15

696 103 14
                                    

*Thomas' POV*

Sepmtember 2015

"Maaf tuan tapi pesawatnya sudah mendarat satu jam yang lalu. Seluruh penumpang sudah keluar dan aku tidak bisa membantumu."

Aku menatap wanita itu dengan tatapan marah sekaligus cemas. Anne hari ini akan datang ke New York dan hal pertama yang kulakukan adalah terlambat satu jam. Beberapa kali aku mencoba menghubunginya tapi dia sama sekali tidak mengangkat teleponnya. Dan itu semakin membuatku khawatir.

Bandara sangat ramai hari ini, membuatku kesulitan menemukannya. Aku dengan lelah mencari tanda-tandanya tapi dia tidak tampak dimanapun. Aku takut dia marah padaku lalu memutuskan untuk kembali lagi ke Itali tanpa memberitahuku.

Aku berjalan menuju sebuah gerai Starbucks. Beberapa orang nampaknya mengenaliku tapi aku sedang tidak ingin menanggapi mereka. Setelah memesan sebuah Pumpkin Latte, aku berjalan menuju sebuah kursi di bagian luar gerai.

"Kau bodoh! Bukannya mencariku tapi kau malah duduk tenang di Starbucks!"

Aku berbalik dan melihatnya berdiri dengan kedua tangan terlipat. Bibirnya mengerucut membuatku tertawa pelan. Aku memeluknya seketika membuatnya sedikit kaget.

"Kau lucu jika sedang marah Anne," ucapku sembari tertawa pelan.

"Dan kau menyebalkan jika sedang terlambat Thomas."

*Anne's POV*

Thomas menarikku menuju sebuah taksi di bagian luar bandara. Dia mengenakan jas yang terkesan resmi dan juga kacamata hitamnya.

"Mengapa kau terlambat?" tanyaku ketika kami berdua sudah duduk nyaman di dalam taksi.

"Harus melakukan beberapa interview mendadak." jawabnya singkat.

Matanya terpaku pada layar ponselnya. Aku bisa memperhatikan dia sangat serius dan biasanya dia hanya akan begitu jika ada hal yang sangat mendesak.

"Hei, apa aku mengganggu jadwalmu? Kau tak perlu menjemputku jika memang kau sibuk Thomas." ucapku cemas.

Thomas mengalihkan pandangannya padaku lalu tersenyum. Dia menarikku dengan tangannya, membuat kepalaku berada di bahunya.

"Tidak Anne, kau tidak mengganggu jadwalmu."

Taksi yang kami tumpangi berhenti di sebuah bangunan besar. Thomas membantuku turun lalu membawakan koperku. Seorang pria gemuk menyambut kami dengan senyuman senang.

"Selamat datang kembali Miss Windsor. Kakak Anda sudah memberitahu kami bahwa kau dan Mr Sangster akan tinggal di apartemen milik kakakmu." ujarnya dengan ceria.

Aku menatap Thomas dengan bingung.

"Max memiliki apartemen disini?" tanyaku.

"Ya dan dia berbaik hati meminjamkannya padaku selama aku berada di New York." jawab Thomas.

Kami menaiki lift sampai tingkat teratas. Apartemen Max berupa penthouse besar dengan kaca-kaca besar yang memperlihatkan seluruh kota New York yang sekarang mulai gelap. Aku melemparkan diriku di atas sofa sedangkan Thomas membawa koperku ke dalam kamarku. Beberapa menit kemudian Thomas kembali dengan sebuah kotak besar di tangannya.

"Untukmu, sebagai hadiah ulang tahunmu. Maafkan aku karena aku tak bisa memberikannya pada saat kau ulang tahun Anne."

Aku meluruskan badanku lalu menerima kotak besar tersebut dari Thomas.

"Thomas ini tidak perlu, kau tahu aku mengerti pekerjaanmu kan?"

Thomas hanya tersenyum lalu mengelus puncak kepalaku.

"Bukalah," ucapnya.

Aku membuka kotak tersebut dan sebuah anjing melompat ke pangkuanku.

Anjing tersebut memiliki bulu hitam yang keriting. Badannya yang kecil bergoyang senang di atas pangkuanku.

"Thomas ini- Terimakasih!"

Aku memeluknya lalu menciumnya. Thomas tertawa pelan melihat air mataku yang sekarang sudah mengalir deras di pipiku.

"Teman kecil untuk kita berdua eh? Kau ingin menamakannya siapa?" tanya Thomas.

"Falcon!" jawabku dengan senang.

"Kalau begitu selamat datang di keluarga kami Falcon!"

*Thomas' POV*

Anne sudah tidur beberapa jam yang lalu. Dia masih menangis senang ketika aku membawanya menuju kamarnya. Tapi setelah badannya berbaring, matanya langsung menutup.

Aku duduk di atas sofa dengan laptop terbuka di pangkuanku. Bulan ini The Scorch Trials akan keluar dan itu artinya jadwalku akan sangat padat. Untung saja syuting The Death Cure sudah selesai, ditambah hanya sedikit adeganku. Tapi manajerku baru saja mengirim seluruh jadwalku dalam sebulan ke depan dan aku bisa mati rasanya.

Ponselku bergetar lalu melihat wajah Dylan memenuhi layarnya. Aku mengangkatnya dan dengan segera mendengar suara Dylan.

"Tommy! Aku sudah berusaha menghubungimu semenjak makan malam! Bagaimana kabar Anne?" tanya Dylan senang.

"Kau bukan kekasihnya Dylan, untuk apa kau menanyakannya?"

"Woah Tommy, aku ini temannya oke? Tenanglah aku tidak akan merebutnya darimu." jawabnya dengan nada tersinggung.

"Ya, ya aku tahu itu. Kapan kau akan terbang ke NY?" tanyaku sembari tertawa pelan.

"Akhir minggu ini. Kebetulan sekali syutingku baru saja selesai dan aku akan segera terbang ke New York. Hei apa kau sudah bertanya padanya?"

Aku terdiam mendengar pertanyaan Dylan.

"Belum dan aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Aku takut akan reaksinya dan kau tahu aku tak bisa meninggalkannya sendiri disini bukan?" ucapku pelan.

"Hei ini kan tidak terlalu jauh dan juga lama. Dia pasti ingin ikut bersamamu."

"Ugh baiklah, aku akan bertanya padanya. Sampai jumpa kalau begitu Dyl,"

Aku menutup teleponnya lalu kembali menatap laptopku. Kurasa dia mau saja ikut denganku dan lagi aku takkan meninggalkannya sendirian disini.

Aku menghela napas panjang lalu melihat Falcon memandangiku dengan mata coklatnya yang besar.

"Ya, kau juga akan kubawa."

DOUBLE POST YEAY!!! Dan mulai chapter ini ceritanya bakal lebih wow hahahahaha

Amore ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 2)Where stories live. Discover now