24

649 100 10
                                    

*Thomas' POV*

"Anne, kau kenapa?" tanyaku panik.

Dia hanya menggeleng, membuatku semakin khawatir. Max sepertinya sudah tertidur karena dia tidak muncul dimana pun.

Aku memegang bahu Anne lalu menggiring ia untuk duduk di sofa. Dia masih terisak, membuatnya tubuhnya bergetar.

"Dimana Max?" tanyaku.

"Dia- dia tidak jadi datang."

Anne menggeleng pelan, membuat air matanya terjatuh. Aku mengambil sebuah sapu tangan lalu menghapus air matanya.

"Hei ceritakan apa yang kau ingat," ucapku pelan.

"Kau seharusnya membenciku bukannya malah menerimaku Thomas, aku tak seharusnya melakukan ini."

"Julianne Windsor, apa yang kau bicarakan?"

Dia dengan cepat berdiri, membuatku terkejut. Air mata masih mengalir dari matanya tapi wajahnya sudah berubah.

"Thomas kau seharusnya memberitahuku! Kau ini sahabatku tapi kau tidak pernah memberitahu semuanya tentangku!"

Aku memegang tangannya lalu memeluknya. Dia menangis ke dalam pelukanku. Aku mengecup puncak kepalanya.

"Anne aku punya alasan mengapa aku tak memberitahumu. Max melarangku dan aku yakin jika kau mendengar alasan mengapa kau bisa kehilangan ingatanmu, kau tidak akan mau berbicara lagi padaku. Aku hanya melakukannya untuk melindungimu,"

Anne masuk terisak tapi sekarang tubuhnya sudah tidak bergetar lagi. Aku melepaskan pelukanku lalu kembali mendudukkannya di atas sofa.

"Jadi ceritakan apa saja yang kau ingat,"

*Anne's POV*

Aku mengingat segalanya. Pertemuan pertamaku dengan Thomas dan bagaimana kami menjadi dua orang yang paling dekat dan tak mungkin dipisahkan. Latar belakang keluarga kami tidak membuat kami jadi canggung.

Aku ingat bagaimana Thomas mengajariku untuk bermain ice skate di danau di belakang rumahku. Aku ingat datang ke premiere film pertama Thomas dan menjadi seorang teman yang paling bangga di dunia ini.

Thomas, walaupun dia sangat sibuk, tapi dia selalu meluangkan waktunya untukku. Berbeda dari Max, aku selalu memercayakan rahasiaku padanya dan dia juga melakukan hal yang sama.

Selama ini aku pikir aku hanya menyayanginya sebagai seorang teman sampai dia memberitahuku dia menyukai Bella. Aku merasakan hampa dan ketakutan, tapi aku berpikir aku hanya takut dia akan berhenti menjadi sahabatku.

Ketika dia mulai berkencan dengan Bella, aku hanya bisa tersenyum. Tapi aku merasakan hal yang berbeda. Aku tak mau berbicara padanya selama berminggu-minggu sampai dia datang meminta maaf dengan membawa sekotak cokelat kesukaanku. Aku tak pernah bisa tahan marah padanya.

Aku tak tahu apa yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, tapi aku merasakan kekosongan yang luar biasa. Dan tiba-tiba saja ingatan itu datang, membuat kepalaku pusing karena informasi yang sangat banyak ini.

"Anne?" tanya Thomas.

Suaranya terdengar sangat cemas.

"Maafkan aku Thomas," ucapku pelan.

Dia tersenyum lalu menarikku ke dalam pelukannya. Pelukan hangat yang masih sama seperti ketika dia memelukku sebelum aku terjatuh di atas danau beku.

"Anne, kau tak perlu merasa bersalah. Ini semua salahku. Tapi aku akan menjagamu," ucap Thomas pelan.

Aku bisa merasakan mataku mulai digenangi air mata lagi tapi aku menahannya.

"Lebih baik kau tidur sekarang, kau pasti lelah setelah perjalanan jauh."

Amore ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 2)Where stories live. Discover now