2

1K 161 17
                                    

*Thomas' POV*

Aku berbalik dan melihat seorang gadis yang sudah sangat kukenal. Dia tersenyum padaku. Rambutnya yang coklat dikepang. Ditangannya teergenggam beberapa kantung besar yang berisi sayuran dan buah-buahan.

"Anne, kau sudah kembali? Sini kubawakan, sepertinya berat." Ucap Max sembari berjalan melewatiku.

Anne menggumamkan terimakasih lalu mengikuti Max masuk. Di pintu dia berhenti lalu berbalik padaku.

"Mari masuk. Maafkan Max, dia memang begitu jika pagi hari. Tapi kurasa jika kau temannya dia akan segera kembali normal,"

Dia tersenyum lalu memberiku jalan untuk masuk. Aku masih menatapnya dengan bingung. Anne tampak seperti tidak mengenaliku. Apakah karena aku terlanjur membuatnya sakit hati sehingga dia memutuskan untuk pura-pura tidak mengenalku.

Anne mempersilakan aku duduk di ruang tengah. Rumah ini kecil namun nyaman. Foto-foto Anne dan Max menghiasi dinding di ruang tengah. Beberapa potret Daniel dan Victoire pun tergantung di dinding tersebut. Max duduk di seberangku. Dia masih menatapku dengan pandangan dingin dan marah.

"Kau tidak tahu kalau begitu?" tanya Max dengan nada dingin.

"Tahu apa?" tanyaku frustasi.

Max menghela napas panjang lalu memanggil Anne.

"Anne, bisakah kau membelikan kopi di kedai kopi di ujung jalan? Temanku ini akan sangat menyukai kopi itu." ucap Max pada Anne.

"Baiklah,"

Anne keluar dari pintu depan lalu menutupnya. Max sekarang berbalik padaku.

"Sekarang mungkin kau sudah sadar Anne menganggapmu seperti seseorang yang baru. Tapi itu bukan karena dia terlalu marah padamu. Ingat ketika kau meninggalkan restoran tersebut dengan marah?"

Aku mengangguk. Pasti aku mengingatnya karena kejadian itulah yang membuat keadaan menjadi seperti sekarang. Max menghela napasnya.

"Dia memanggilmu tapi kau memilih untuk pergi. Dia mengejarnya sampai ke tengah jalan dan tiba-tiba saja sebuah truk menabraknya. Kepalanya terluka parah dan ketika dia bangun dari komanya, dia hanya ingat padaku dan kedua orang tua kami. Dia bahkan tidak ingat dengan Daniel dan Victoire."

Aku terdiam mendengar penjelasan Max. Membayangkan Anne dengan darah di kepalanya membuatku mual. Apalagi mengetahui bahwa akulah penyebab hal tersebut.

"Dad menyarankan padaku untuk membawa Anne tinggal jauh dari kota besar agar ingatannya tidak datang terlalu cepat dan tiba-tiba. Kau tahu itu bisa membuat kepalanya menjadi sangat pusing. Dan dia selalu menyukai Verona dari kecil, jadi aku meninggalkan pekerjaanku lalu pindah kesini."

Max terdengar lelah dan juga sedih. Adik kesayangannya sekarang kehilangan seluruh ingatannya. Aku merasakan badanku menjadi lemas. Ini semua salahku.

"Max, aku sungguh minta maaf. Atas segalanya yang sudah aku lakukan. Aku merasa bodoh karena tidak menghiraukan panggilannya dan aku juga merasa bodoh karena memilih untuk pergi ketika dia sedang dalam keadaan terbaring lemah. Aku sungguh menyesal," ucapku pelan.

"Yah, tidak ada yang bisa kau lakukan sekarang. Semuanya sudah terjadi dan aku hanya bisa menerima permintaan maafmu. Tapi aku hanya ingin memintamu untuk membantunya mendapatkan kembali ingatannya secara perlahan."

Aku mengangguk. Aku akan melakukan apapun agar Anne ingat kembali padaku. Dan jika Anne tidak mendapatkan kembali ingatannya, aku akan memastikan dia mendapatkan pengalaman yang lebih baik daripada sebelumnya.

Anne masuk dengan dua buah gelas kertas di tangannya. Dia tersenyum lalu menyerahkan satu gelas padaku. Aku menerimanya lalu mengucapkan terimakasih. Anne duduk di sebelah Max, dia masih tersenyum.

"Anne, ini temanku Thomas. Ku harap kau bisa berteman dengannya," ucap Max.

Anne mengulurkan tangannya. Aku menerima tangannya dengan senang. Tangannya masih selembut yang kuingat.

"Julianne Windsor, tapi tolong panggil aku Anne."

"Thomas Sangster. Senang bertemu denganmu,"

"Apa aku pernah mengenalmu? Kau mungkin tahu bahwa aku kehilangan beberapa ingatanku dan aku sedang mencoba mengumpulkannya lagi." Tanyanya pelan.

Aku melirik Max. Dia memberiku isyarat dengan matanya.

"Tidak, kita tidak pernah bertemu sebelumnya."

Amore ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 2)Where stories live. Discover now