5

944 138 7
                                    

Max membangunkan Anne pagi itu. Tadi malam Anne bermimpi tentang Thomas. Mengapa dia bisa memimpikan seseorang yang baru saja bertemu dengannya? Anne tidak sempat memikirkan itu karena Max sudah ribut membangunkannya.

"Anne bangun! Dylan dan Kaya ada disini!" ucap Max bersemangat.

Mendengar nama teman-temannya, Anne seketika bangun. Dia berjalan dengan cepat menuju ruang tengah dan melihat Dylan serta Kaya tersenyum padanya. Thomas juga ikut bersama mereka.

"Dylan! Kaya!"

Anne berlari menghambur untuk memeluk kedua temannya tersebut. Dia masih ingat ketika dia terbangun di rumah sakit, wajah Dylan dan Kaya lah yang paling pertama dia lihat. Dia tidak ingat siapa mereka tapi mereka membuat Anne tenang.

"Kapan kalian sampai disini? Seharusnya kalian memberitahuku!" ucap Anne sembari melepaskan pelukannya dengan Dylan.

"Kejutan Anne kejutan! Kami langsung terbang setelah pernikahan Ki Hong, dia menitipkan salamnya untukmu dan merasa sedih karena kau tidak bisa hadir." Ucap Kaya sembari tertawa.

"Oh Ki Hong, padahal aku sudah berjanji akan datang. Tapi Max melarangku pergi dan dia bahkan tidak memberitahuku alasannya,"
Anne menyenggol Max yang langsung tertawa. Kaya dan Max sekarang sudah mengakui perasaan masing-masing dan mereka berhubungan lebih dari sekedar teman. Thomas hanya tersenyum, dia duduk di kursi panjang seakan tidak tertarik dengan kejutan ini.

"Kalian mengenal Thomas?" tanyaku pada Dylan dan Kaya.

"Yep!" jawab Thomas senang.

"Dia salah satu teman kami, Anne. Dan juga teman Max." ujar Kaya.

Anne tersenyum lalu duduk di sebelah Thomas.

"Berarti aku mengenalmu juga dulu, tapi sampai sekarang aku tidak bisa mengingatnya. Nah apakah ada yang lapar?"

*Thomas' POV*

Anne membuat sarapan khas Verona yang sangat enak. Dia memang pandai memasak. Setelah sarapan, Max dan Kaya pergi tanpa memberitahu kemana mereka akan pergi. Anne hanya tertawa melihat tingkah kakaknya lalu mengizinkan mereka pergi. Dylan tertidur di sofa di ruang tengah. Dia memang selalu seperti itu.

"Dylan memang begitu. Setiap selesai sarapan, dia akan tertidur di sofa sampai waktu makan siang."

Anne masuk lalu duduk di sebelahku. Dia tertawa melihat Dylan yang tertidur dengan konyol. Aku merindukan suara tawanya yang renyah tersebut. Anne bahkan tidak banyak berubah.

"Anne, apa kau yakin tidak mengingat apa-apa?" tanyaku padanya.

"Sangat yakin. Aku bangun dan hanya teringat pada Max dan kedua orang tuaku. Aku bahkan melupakan adik kembarku. Tapi ketika aku bangun aku melihat Dylan dan Kaya menatapku khawatir, padahal aku tidak mengenal mereka berdua. Hampir saja aku berteriak memanggil perawat,"

Dia tertawa pelan mengingat kejadian itu. Aku bisa membayangkan wajah ketakutan Anne ketika dia bangun dari komanya. Dan aku merasa bersalah lagi.

"Hei kau mau es krim? Aku tahu dimana kita bisa mendapatkan gelato yang sangat enak disini."

Anne menarikku melewati hiruk pikuk Piazza delle Erbe. Para turis berjejalan bersama warga asli Verona untuk membeli bermacam-macam keperluan. Kami berjalan menuju sebuah gang di dekat katedral besar. Anne berhenti di depan sebuah kedai kecil lalu berjalan masuk. Seorang pria gendut menyambut kami dengan ramah.

"Ah, la buona mattina Anne. Cosa voule oggi?-Ah selamat pagi Anne. Apa yang kau inginkan hari ini?" tanyanya ramah.

"Un gelato di fragoa ed un gelato di cioccolato per il mio amico qui-Satu es krim strawberry dan satu es krim coklat untuk temanku ini." Jawab Anne.

Pria tersebut langsung membuatkan pesanan Anne. Satu es krim strawberry kesukaan Anne dan satu es krim coklat untukku. Dia memesankan es krimku tanpa sekalipun bertanya padaku.

"Ini es krimmu Thomas! Aku mendapat perasaan bahwa kau akan menyukai es krim coklat, kukira itu ingatanku." Ucap Anne sembari memberiku es krim.

Kami duduk di luar kedai tersebut. Matahari menyinari pelataran katedral yang indah itu. Aku menatap Anne yang sedang memakan es krimnya. Dia terlihat seperti anak kecil, merasa senang memakan es krimnya.

"Kau tahu, aku suka duduk disini sendirian memikirkan orang-orang yang aku lupakan. Apakah mereka masih ingat padaku dan merasa sedih karena sekarang aku tidak mengingat mereka? Aku berharap aku bisa mendapatkan kembali ingatanku."

Matanya menerawang jauh. Dia terlihat sedih namun dia tetap berusaha tersenyum. Dia bukan Anne yang aku kenal. Dia tidak pernah terlihat sesedih ini.
Aku menggapai tangannya lalu menepuk-nepuk tangannya.

"Hei, mereka menyayangimu apapun yang terjadi. Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri, Anne." Ucapku pelan.

Dia menatapku sembari tersenyum.

"Aku memiliki firasat aku benar-benar mengenalmu sebelumnya, walaupun kau bilang kita tidak saling mengenal. Kau baik sekali padaku Thomas," ujarnya lembut.

"Aku juga merasakan yang sama Anne."

Ups sorry guys aku selalu nulis dikit terus :((( but dont worry, I'll double post or maybe triple post!

Amore ➡ Thomas Brodie Sangster (Book 2)Onde histórias criam vida. Descubra agora