28 -Be Strong For Me!-

47 4 1
                                    

Yongshin berdiri di dekat kaki tempat tidur memandangi Jongshin yang masih terbaring tanpa progres disana. Kakinya melangkah pelan ke sisi tempat tidur dan menarik kursi agar bisa lebih dekat, lalu duduk di sana. Ia seharusnya mengatakan sesuatu, namun ia tidak tau apa yang harus ia katakan. Bulir air matanya masih berjatuhan sesekali. Ia menatap wajah pria itu lekat beberapa saat, lalu memperhatikan kondisi sang pria. Matanya berhenti pada tangan kanan pria itu yang tertancap jarum infus dan sebuah alat pendeteksi jantung yang di jepitkan di salah satu jari. Tangannya terangkat dan menyentuh kulit sang pria dengan ujung jarinya. Saat itu ia benar-benar berharap semua ini hanya lelucon yang di buat sang aktor. Atau semoga saja ini adalah lokasi syuting yang di gunakan dalam pembuatan drama. Namun semua itu tidak mungkin terjadi. Ia kembali menarik tangannya dan memandang wajah pria itu.

Ia benar-benar tidak tau apa yang harus ia katakan. Bulir air matanya semakin deras mengalir ke pipinya. Sekali lagi tangannya terulur dan memegang tangan Jongshin. Ia diam untuk waktu yang lama. Akhirnya ia merasa memang harus berbicara, ia menghela nafas dalam dan memandang pria itu. "Aku belum membalas pesan-pesanmu.." ucapnya memulai. "Aku sudah merasa lebih baik sekarang, tapi aku masih belum punya keberanian untuk membalasnya. Mungkin terdengar sedikit egois, tapi aku memang tidak berani membalasnya.." seulas senyum muncul di bibirnya mengingat ia juga seorang pengecut, "Sebenarnya aku mengerti dengan kondisimu ketika berpikir untuk memberikanku pada orang lain, mungkin aku akan mengerti perasaan seperti itu ketika aku memiliki anak nanti.." ia mengangguk sendiri membenarkan ucapannya. Matanya jadi blur karena air mengumpul disana. Rasanya ia seperti sedang melakukan sesi cerita pada sosok ibu yang ia pikir sudah meninggal, tidak pernah mendapat jawaban. "Kakak akan bangun kan?" tanyanya penuh harap. "Ayah.. Aku menunggumu untuk bangun.." ucapnya lagi setengah memohon.

Yongshin melanjutkan pembicaraan satu arahnya dengan Jongshin. Ia bercerita panjang lebar tentang sekolahnya, Jisoo dan Seungwoo, Bongshin yang membantunya memikirkan banyak hal, juga tentang bibinya yang sering memasakannya makanan manis untuk menambah semangat ketika di sekolah.

Beberapa saat kemudian.

Bongshin dan Honggak kembali ke ruang ICU Jongshin dan menemukan Yongshin tertidur di pinggir tempat tidur sang pria.

"Hmm.. sepertinya dia menunggu terlalu lama.." ucap Honggak sembari mengelus rambut Yongshin.

Bongshin menghela nafas dalam melihat tangan Yongshin memegang tangan Jongshin, "Berita baiknya mereka sudah berbaikan.." ucapnya sedih karena ia tau bagaimana kondisi kakaknya.

Honggak memandang tangan Jongshin dan Yongshin, bibirnya membentuk senyuman sedih. "Hmm.. iya.." ucapnya. "Mungkin sebaiknya kita membangunkanya, jam besuk sudah habis.." ia mengelus bahu Yongshin, "Yongshin, ayo bangun.." panggilnya. "Sayang.."

Yongshin membuka matanya perlahan dan memandang Honggak, "Hmm.. ayah, kenapa lama sekali?" protesnya sembari duduk tegap dan mengusap matanya.

Honggak tertawa kecil, "Maaf, banyak yang harus di urus di administrasi.." ucapnya. "Ayo, sebaiknya kita segera keluar.. Jam besuk sudah habis.."

Yongshin mengangguk mengerti, "Aku juga sudah lapar.." ucapnya.

Bongshin menahan tawa, "Setelah berbulan-bulan akhirnya kakak mendengar kalimat itu dari mulutmu.." candanya.

Yongshin menatap Bongshin sebal.

"Sudah-sudah, ayo kita isi perut dulu.." ucap Honggak menengahi.

Yongshin bergerak bangkit dan memandang Jongshin yang masih seperti tadi.

"Ayo.." Bongshin melangkah duluan menuju pintu.

"Ayo Yongshin.." Honggak mengelus bahu Yongshin dan mengikuti Bongshin.

See You Later.. (2016 Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang