Lima belas

5.7K 355 16
                                    

Malam hari Nico datang ke rumah Popy. Ia sengaja datang, untuk mengajak Popy berjalan-jalan. Popy yang biasanya malu, kini menerima ajakan Nico dengan senang hati.

Kali ini, Nico datang dengan motor yang sering ia bawa ke sekolah. Tak mau buang-buang waktu, Nico dan Popy langsung pergi ke tempat yang sudah Nico pikirkan.

Keduanya tiba di salah satu restoran. Nico dan Popy masuk ke dalam. Lalu keduanya mencari meja yang kosong. Nico tersenyum melihat Popy. Sementara Popy merasa tidak nyaman, semenjak beberapa wanita yang di sekitarnya menatapnya, aneh.

"Lo kenapa? Kok wajahnya gak enak gitu? Gak suka jalan sama gue?" Tanya Nico.

"Bukan gitu. Tapi gue gak suka sama tatapan orang-orang di sini." Ucap Popy pelan.

Nico menatap sekitar. Orang-orang yang tadinya memperhatikan mereka langsung mengalihkan pandangannya.

"Gak usah dipikirin. Siapa aja boleh makan di sini. Lagipula kita bayar."

"Tapi-"

"Kalau lo gak nyaman disini, kita cari tempat lain aja."

Popy mengangguk. Keduanya beranjak dari meja. Untung saja keduanya belum memesan makanan. Jadi, tak perlu repot untuk pergi dari tempat tersebut.

Di sepanjang perjalanan perasaan Popy mulai tidak enak. Tiba-tiba ia minder karena orang-orang yang menatapnya sewaktu di restoran. Popy menatap punggung Nico yang kini fokus mengendara. Dengan berani, Popy mengajak Nico untuk pulang.

"Kita pulang aja, yuk." Kata Popy.

"Gak mau." Jawab Nico, sedikit berteriak.

"Kita makannya di rumah aja, lebih sehat. Sekalian kamu kenalan sama orang tua aku."

"Kamu bohong. Orang tua kamu kan belum pulang kerja."

"Satu jam lagi, mungkin orang tua aku pulang."

"Kalau gitu kita jalan-jalan, dulu."

Popy mendengus kesal. Tak mau berdebat, akhirnya Popy mengalah. Mengikuti kemana Nico membawanya.

Setelah menempuh perjalanan selama sepuluh menit, Nico dan Popy tiba di salah satu toko mainan. Popy mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti kenapa Nico membawanya ke toko mainan.

"Kamu mau beli mainan?" tanya Popy, setelah turun dari motor.

"Iya. Lusa adik aku ulang tahun. Jadi, aku mau beliin kado untuk dia."

"Oh."

Tanpa di sangka, Nico menggandeng tangan Popy. Popy terkejut, lalu melirik tangannya yang sudah digenggam erat oleh Nico. Nico tersenyum, lalu mengajak Popy masuk ke dalam toko mainan tersebut.
Saat masuk ke dalam, secara tidak sengaja Nico menabrak seorang gadis. Langkah Popy tertahan saat tahu Nico menabrak seseorang. Dengan cepat Nico meminta melepaskan genggaman tangannya. Lalu memungut belanjaan yang berjatuhan di lantai. Setelah semuanya rapih, Nico menyerahkan belanjaan tersebut ke seseorang yang ia tabrak.

"Sekali lagi maaf." Ucap Nico, lalu kembali menggandeng tangan Popy. Dengan terburu-buru ia menarik Popy. Menjauh dari wanita yang ia tabrak.
Popy yang tidak tahu apa-apa hanya bisa diam dan mengikuti langkah Nico. Namun, sesekali ia melirik ke belakang. Melihat wanita yang ditabrak Nico. Popy merasa heran, karena wanita tersebut tak juga pergi. Wanita tersebut tetap berdiri di sana, dan menatap ke arahnya.

* * *

Farel masuk ke kamar Rafa. Kehadirannya membuat Rafa kaget. Rafa takut Farel tahu bahwa ia sedang menonton film romantis. Dengan cepat, Rafa menutup laptopnya.

Hello Nayla [SELESAI]Where stories live. Discover now