Tiga

12.7K 704 63
                                    

Woi cewek jadi-jadian. Lo lagi ngapain?

Nayla terbelalak melihat satu pesan masuk dari nomor tidak di kenal. Tapi dari kata-katanya Nayla tahu siapa yang mengirim pesan itu.
Nayla mencoba untuk tidak menanggapi dan memilih tidur.

Namun getar ponselnya membuat Nayla tidak bisa memejamkan mata.

Woi tikus got, songong banget lp.

Njir, typo.

Nayla menarik nafas panjang lalu mengetik beberapa kata. Niat awalnya ingin membalas, tetapi tidak jadi karena menurutnya sama sekali tidak penting. Nayla mematikan ponselnya lalu kembali tidur.

* * *

Nayla berdiri di derasnya hujan. Menatap pria tinggi yang kini berada di hadapannya. Meski hujan turun dengan sangat deras, Nayla bisa melihat kalau pria di hadapannya sedang menangis.

"Aku cinta sama kamu, Nay."

Nayla terhenyak. Ia tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi. Terlebih orang yang dihadapannya kini adalah Rafa. Kakinya melangkah mundur.

"Lo pasti demam kan?" Tanya Nayla.

Rafa hanya diam. Ia berjalan dan menarik Nayla, hingga tidak ada jarak di antara mereka. Perlahan wajah Rafa mendekat, hendak mencium. Nayla langsung memejamkan mata dengan takut. Tapi selang beberapa detik, ia tidak merasakan sesuatu menyentuh bibirnya.
Nayla membuka mata dan yang ia lihat bukan lagi Rafa, melainkan langit-langit kamarnya.

Nayla mengedipkan matanya berkali-kali. Ternyata semua hanyalah mimpi. Ia mengelus dadanya lega. Lalu melihat jam yang tertempel di dekat meja riasnya.

"Demi apa?! Gue telat!" Tanpa basa-basi, Nayla langsung masuk ke kamar mandi.

Tidak butuh waktu lama. Dalam dua puluh lima menit Nayla sudah keluar dari kamarnya dengan seragam yang sedikit berantakan.

"Yaampun non, itu seragamnya kusut. Sini bibi gosok dulu."

"Udah nggak perlu bi. Mamah mana?"

"Ibu udah pergi dari tadi non, katanya takut ketinggalan pesawat, dan Ibu bilang non berangkat sekolahnya naik taksi aja."

Nayla mendengus kesal. Lalu berjalan dengan malas-malasan.
Di sepanjang trotoar jalan, Nayla hanya mengoceh tidak jelas. Mulai dari mimpi buruknya hingga angkutan umum yang tidak ada lewat.

"Kenapa gue mesti capek-capek ke sekolah? Lagian kalau gua datang jam segini, sama aja gua nyerahin nyawa." Kesal Nayla, saat tahu kalau sekarang sudah pukul setengah delapan.

"Ojek neng?" Mendengar seseorang menawarkan ojek, Nayla langsung menoleh.

"Lo?"
Pikiran Nayla seketika buyar ketika melihat Rafa. Ingin sekali rasanya ia berteriak keras.

"Lo ngapain sih disini!?" Tanya Nayla kesal.

"Mau sekolah, lo sendiri ngapain?"

"Mau ke sekolah juga lah, lo ngga liat gue pake seragam."

"Kali aja lo mau bolos." Jawab Rafa singkat, lalu melanjutkan perjalanannya. Sementara Nayla hanya menatap motor Rafa yang semakin lama semakin jauh.

Hello Nayla [SELESAI]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz