Empat

10.5K 638 36
                                    

Nayla menekuk wajahnya saat memasuki rumah. Seorang gadis berambut pendek sebahu langsung menyapanya dengan girang. Nayla yang masih kesal, menjadi tambah kesal saat tahu Ibunya menyuruh tante Deri menemaninya beberapa hari.

"NAYLA!" teriakan cempreng tante Deri membuat telinga Nayla terasa sakit.

"Apa?" Jawab Nayla, ogah-ogahan.

"Tante di suruh mamah kamu nemani kamu selama beberapa hari."

"Udah tahu." Jawab Nayla singkat lalu pergi menuju kamarnya. Tiba di kamar ia melempar tas nya ke atas tempat tidur, lalu merebahkan tubuhnya untuk menghilangkan lelah sejenak. Kedua tangannya ia taruh di belakang kepala sebagai alas.
Tatapannya lurus pada langit-langit kamar berwarna sagu.

Kelakuan-kelakuan Rafa yang terlewat batas timbul di dalam pikirannya. Semua itu membuat kobaran api besar dalam dirinya. Ia ingat bagaimana cara Rafa menyapanya saat pertama ia pindah ke sekolah itu.
Awal sekali, saat di kantin. Rafa menaruh saus di tempat duduknya. Entahlah bagaimana laki-laki itu tau Nayla akan duduk di situ.
Alhasil, rok yang ia kenakan kotor dan mendapat ejekkan karena orang-orang mengira itu adalah darah haid. Betapa malunya saat itu, sampai ia enggan pulang sebelum sekolah sepi.

Tidak pernah puas, Rafa mencari foto aib nya. Entahlah dari mana laki-laki itu mendapatkannya yang jelas foto itu sangat memalukan. Rafa mencuci foto itu dengan ukuran besar lalu menempelnya di mading. Nayla benci, sangat-sangat benci. Belum puas membuatnyq malu. Ia menaburi putih-putih di kepala Nayla, hingga orang-orang jiji karena mereka pikir Nayla ketombean. Ada lagi, Rafa tiba-tiba saja datang melempari Nayla tepung dan telur saat ia berada di lapangan. Laki-laki itu bernyanyi lagu selamat ulang tahun dan menari ria.
Padahal saat itu bukan hari ulangtahunnya.
Mulai saat itu Nayla tidak mau lagi di permalukan. Keduanya saling menjatuhkan hingga saat ini. Tidak pernah ada kata manis yang mereka ucapkan.

"Gue benci sama lo." Gumam Nayla.

Baru saja Nayla ingin terlelap tiba-tiba ponsel yang berada di saku bajunya bergetar.
Keningnya berkerut saat melihat pesan dari nomor yang tidak di kenal. Nayla pun membuka isi pesan tersebut karena penasaran.

Maaf soal sepatu lo. Gue emang sengaja ngelakuinnya, ya gua pikir lo kagak bakal marah. Sorry.

Nayla menggenggam kuat ponselnya karena kesal. Selang beberapa detik Tante Deri masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Nayla, yuhuuu ada kado." Tante Deri berjalan menuju Nayla sambil membawa sebuah kotak kado. Nayla bangkit dari tidurnya dan duduk di pinggiran tempat tidur.

"Ulang tahun Nayla udah lewat, Tante." Jawab Nayla dengan wajah lesu.

Tante Deri mengangkat bahunya lalu menyerahkan kado tersebut ke Nayla.

"Buka aja, siapa tahu isinya berlian." Ledek Tante Deri lalu keluar.

Nayla mendengus kesal. Di ambilnya kado yang Tante Deri kasih, lalu membawa kado tersebut ke gudang.

* * *

"Lo itu cinta atau benci sih? Gue heran sama lo. Dimana-mana kalau cowo suka sama cewe itu dibaikin, diromantisin, kasi bunga, cokelat atau apalah yang bikin tuh cewe klepek-klepek. Bukannya lo buat kesel setiap harinya. Benci beneran sama lo mampus dah." Rutuk Nico yang tak habis pikir dengan sahabatnya sendiri.

"Gua yang mulai, gimanapun akhirnya gua yang akan tanggung jawab." kata Rafa singkat.

"Iya Raf, mendingan lo berhenti jailin Nayla, keburu dia benar-benar benci sama lo." sahut Adit. Hening sejenak. Adit kembali fokus menonton video game.

Hello Nayla [SELESAI]Where stories live. Discover now