Dua

14.9K 745 33
                                    

Adit merasa ada yang tidak beres dengan perutnya. Rasa aneh itu membuatnya berkeringat dingin. Adit meremas kuat seragamnya, ingin sekali ia berlari ke toilet. Tapi apadaya, Pak Beni bukanlah guru yang dengan mudahnya memberi izin murid untuk ke toilet.

"Siapa yang bisa?" Pak Beni mengacungkan spidol setelah selesai menulis soal di papan tulis.

Adit beranjak dari bangkunya. Semua siswa yang berada di kelas menatap Adit tak percaya.

"Kamu bisa?" tanya Pak Beni.

Adit terdiam. Bibirnya tampak gemetar menahan rasa mules.

"Perut saya sakit, Pak." keluh Adit. Semua siswa yang sempat terpana, mendengus kesal. Mereka berpikir Adit akan menjawab soal dari Pak Beni.

"Masalah bulanan?" sahut Pak Beni.

Adit sama sekali tak mengerti apa yang dikatakan Pak Beni. Ia hanya diam melihat teman-temannya tertawa dengan perkataan Pak Beni barusan.

"Bu-bukan, Pak. Saya mau izin ke toilet. Udah di ujung Pak."

"Lima menit dari sekarang."
Adit berlari keluar kelas, setelah mendapat izin dari Pak Beni.
Setelah lama berperang dengan perutnya, akhirnya Adit keluar dari toilet.

Bel pergantian pelajaran berbunyi, Adit memperlambat langkahnya. Ia berjalan dengan santai, lalu tersenyum kepada guru piket yang sedang bertugas.

"Nak." panggil salah seorang guru.

"Ya, Bu?" Adit menghampiri guru tersebut.

"Bisa bantu Ibu sebentar?"

Adit mengangguk.

"Kak!" Adit menoleh ketika guru yang berada dihadapannya memanggil seseorang.
Adit tersentak kaget saat mengetahui orang itu adalah Nayla.

Nayla yang merasa dipanggil menghampiri guru tersebut.

"Nah pas, kalian berdua tolong Ibu ya?"
Adit melirik ke Nayla. Apa yang harus ia lakukan. Mengapa harus dilakukan bersama.

"Karena kalian berkeliaran saat jam pelajaran, jadi Ibu minta kalian siram tanaman."

"Tapi Bu," serentak Adit dan Nayla.

"Saya ngga berkeliaran kok, Bu. Saya barusan dari UKS." Nayla mencoba memberi penjelasan.

"Saya juga ngga berkeliaran, Bu. Saya dari toilet." kata Adit was-was.

"Jadi, kamu dari toilet?" tanya Bu Erna. Adit mengangguk cepat.

"Dan kamu kak. Kamu dari UKS? Bukannya UKS ada di sana," Bu Erna menunjuk arah ruang UKS.

"Sementara kamu, dari arah kantin." sambungnya.

"Berarti saya ngga dihukum kan, Bu?" tanya Adit.

"Hum, balik ke kelas." Adit tersenyum lebar lalu bergegas kembali ke kelas. Sementara Nayla terus memberikan penjelasan perihal dirinya yang berkeliaran saat jam pelajaran.

* * *

"Assalamualaikum. Yang ngga jawab dosa."
Teriak Adit saat memasuki kelas. Tapi perkataannya sama sekali tak berpengaruh. Semua siswa bungkam, sibuk dengan urusan masing-masing.

"Lo boker apa lahiran, lama banget." rutuk Aldi.

"Brojolin anak." Jawab Adit enteng.

"Lu brojolin lewat mana?"

"Lewat lubang telinga!" Kesal Adit.

Adit dan teman-temannya tiba-tiba saja berhenti bicara saat kelas mendadak hening. Semuanya menatap ke depan papan tulis. Nayla berdiri sambil membawa keranjang hijau. Wajahnya tampak sebal.

Hello Nayla [SELESAI]Where stories live. Discover now