Ian memutuskan ke luar untuk menjawab panggilan. Ibunya yang menelepon, jadi ia tidak akan mengambil risiko untuk tetap di dalam, kecuali jika ia ingin ibunya mendengar suara tawa Faith dan pria lain di seberang.

Begitu memastikan bahwa semuanya aman, Ian segera mengangkat ponselnya. Tidak bicara dan berusaha menyimak dengan baik - seperti yang selalu dilakukannya.

"Aku tidak tahu mengapa kau tidak berusaha mengubungiku, Ian. Apa yang Faith lakukan sampai membuatmu sebegitu sibuk? Aku tidak mengerti kenapa anakku sendiri tidak pernah membuat aku merasa tenang. Kau tahu sudah berapa lama kau pergi? Seharusnya kau menghubungiku, Ian, tidak peduli bagaimana Faith membuatmu sibuk," gerutu Jordyn dari seberang. Ian tersenyum kecut ketika mendengarnya, namun juga tidak bisa menahan godaan untuk tertawa.

"Bu.. Berbulan madu di Memphis adalah idemu."

"Aku tahu! Demi tuhan, kau butuh hiburan! Kau dan istrimu butuh waktu untuk beradaptasi. Aku tidak mungkin membiarkan kau terus bekerja di klinik. Tapi kau punya lebih banyak waktu untuk menghubungiku, walau hanya untuk menyapaku!"

"Hai, bu!"

"Hentikan itu Ian!" bentak Jordyn dan Ian tertawa. "Kau pikir itu lucu?!"

"Maaf, Bu."

"Sekarang kau bisa ceritakan bagaimana pengalamanmu di Memphis?"

"Luar biasa."

Terdengar suara desahan di seberang. "Tentu saja. Biarkan aku bicara dengan Faith!"

Ian dian sebentar, menoleh ke dalam rumah dan melihat Faith di sana, bersama Mike, sedang tertawa bebas. Kemudian ia berdusta, "tidak bisa."

"Apa katamu?"

"Maaf, Bu. Faith kelihatan sangat kelelahan, dia butuh istirahat yang cukup."

Ian sanggup mendengar ketika ibunya berdecak. "Apa yang kau lakukan padanya?"

Ian tidak bisa menahan godaan untuk tersenyum. "Menurutmu apa yang Landon lakukan di malam-malam setelah pernikahannya bersama Jordyn?"

Ibunya tertawa dan entah mengapa respons itu membuat hati Ian mencelos. Ian selalu berbohong pada ibunya, tapi ia tidak pernah bisa berbohong pada ayahnya. Ayahnya selalu tahu apa yang coba ia sembunyikan.

"Kalau begitu sampaikan salamku untuknya, Nak." Kalimat itu menyadarkan Ian dari lamunan. Ia segera angkat bicara.

"Akan ku lakukan."

"Ian?"

"Ya?"

"Begitu Faith sudah merasa lebih baik, ajaklah dia ke kota. Ada perayaan besar di gedung pusat, aku sudah memesan dua tiket masuk sejak jauh-jauh hari untuk kalian. Teman lamaku yang menyelenggarakan perayaan itu. Nicolas Tyler akan menyambut kalian, jadi sampaikan salamku padanya dan katakan aku baik-baik saja di istana Landon. Kalian akan menikmati liburan yang menyenangkan."

Ian ragu Faith akan menyetujui ajakan itu, tapi Ian tidak berniat mengecewakan ibunya, jadi ia mengunjukkan respons yang sama seperti biasanya - tertawa kemudian menyetujuinya.

"Hubungi aku begitu kau punya waktu senggang."

"Aku meragukan itu," sanggah Ian dan ibunya menggeram lagi. Ian tertawa sekali lagi sebelum memutus sambungan telepon. Ia berdiri di sana selama beberapa menit tanpa melakukan apapun kecuali menimbang keputusannya untuk membawa Faith ke kota dan menghadiri pesta.

Akhirnya, setelah berpikir secara jernih, Ian memutuskan untuk hadir di sana, dengan atau tanpa Faith dan ia sudah memikirkan jawaban dari segala kemungkinan tentang berbagai pertanyaan yang akan dihadapi nanti. Tapi sebelum itu, ia akan menepati janjinya pada Faith untuk membawa wanita itu berkunjung ke rumah holtikultura milik seorang teman.

LANDON (seri-1) No Rose Without a ThornKde žijí příběhy. Začni objevovat