"Apa kau selalu berkerja keras?"

Kedua mata Ian menyipit. "Maaf?"

Faith membenahi ucapannya. "Kau punya tiga klinik cabang dan usahamu sukses. Kau pasti bekerja terlalu keras."

Ian tertawa mendengarnya, tapi Faith tidak. "Aku punya daftar pencapaian terbaik sepanjang hidupku. Apa yang tertulis di sana, harus ku wujudkan. Cobalah untuk mempraktikannya, kau akan merasa lebih hidup."

"Daftar pencapaian terbaik?" Faith membeokan. "Sudah sejak lama aku menulisnya."

"Jangan pernah takut untuk mencoba lagi."

"Apa yang harus ku tulis di sana? Imajinasiku benar-benar payah."

"Mulailah dari hal terkecil."

"Seperti?"

Faith menatap Ian, sekilas pemahaman terlintas dalam pikirannya. "Kalau kau berpikir bisa memasukan kata 'ingin tahu ukuran bra-ku' dalam daftarmu, maka sebaiknya kau bermimpi saja."

Ian tergelak dan Faith tidak bisa menahan tawa gelinya.

"Sayangnya aku sudah melakukannya," aku Ian. "Kau tahu, semua yang ku tulis di sana, akan kucapai."

"Aku tidak akan membiarkannya."

"Kalau begitu aku akan memaksa."

"Silakan coba. Kau mungkin tidak akan berhasil."

"Faith, katakan sesuatu tentang bagaimana aku bisa melucuti pakaianmu tanpa harus memaksamu!"

Faith diam sebentar kemudian tersenyum licik. "Coba tebak warna kesukaanku!"

"Biru?"

"Salah."

"Hijau?"

"Sayangnya kau hanya dapat satu kesempatan dalam 24 jam."

***

Sinar matahari yang merambat masuk melalui pintu kaca membuat Faith terjaga dari tidurnya. Ia memeriksa arlojinya dan bergegas begitu teringat sesuatu. Mike pasti sudah menunggunya. Satu jam kemudian Faith sudah rapi dengan pakaian lengkap berupa baju putih yang dilengkapi jeans bewarna biru pucat dan mantel hitam.

Faith berjalan menuruni tangga dan tiba di dapur untuk memeriksa persediaan makanan. Sebelum itu, Faith beranjak untuk menemui Ian. Begitu sampai di depan ruangan Ian, ia segera mengetuk pintu. Faith terus melakukannya sampai percobaan ketiga dan ketika tak kunjung ada jawaban, ia segera membuka pintu kamar tersebut.
Seperti yang sebelumnya telah ia bayangkan, tidak ada seorangpun dalam ruangan kecil yang ditata begitu rapi dan sempurna. Hanya ada sebuah ranjang yang bersih, aroma mint khas Ian dan sebuah tas barang yang masih tergeletak di sudut ruangan. Ian pasti tidak sempat membenahi barang-barangnya. Memikirkan hal itu membuat Faith tergerak untuk masuk dan membenahi segalanya. Entah di mana pria itu berada, Faith berharap bisa menemuinya segera dan meminta izin untuk menemui Mike.

Faith turun ke dapur setelah bebenah. Ia melihat rantang makanan yang segaja di letakkan Ian di atas meja makan. Faith tersenyum kemudian beranjak untuk memeriksa isi rantang tersebut. Aroma lezat dari roti yang dipanggang dengan selai rasberi segera menyeruak begitu tutup rantang dibuka. Faith tersenyum kemudian membaca isi pesan yang terselip di antara rantang makanan itu.

Tiga puluh menit untuk latihan kebugaran dan aku akan segera kembali.

Ian tidak pernah mengatakan bahwa pria itu mejalani rutinitas berlatih di tempat gym. Namun, mengingat bagaimana otot-ototnya yang kentara, hal itu menjadi wajar. Dokter ahli bedah sekaligus suami sempurna yang meminta untuk dikhianati. Luar biasa!

LANDON (seri-1) No Rose Without a ThornWhere stories live. Discover now