Part 4.....Teman baru 'Kang Hye Ri'

Start from the beginning
                                    

"Sekarang, mereka tengah bersiap-siap untuk latihan memasak, salah satu pelajaran favorit disini..." tak butuh waktu lama, rambut Ji Eun sudah terkepang, meski tidak rapih karna banyak rambut yang tidak beraturan.

"Eh, kenapa tiga anak bangsawan pagi tadi menumpahkan air kewajahku?" Ji Eun masih belum terima perlakuan ketiga gadis menyebalkan itu.

"Mereka suka begitu, jangan dipikirkan...!"

"Selesai"

Tepat setelah itu, pintu terbuka, menampilkan Dayang Myo Heon yang tersenyum kearah Ji Eun, tangannya menjinjing dua wig yang sudah dalam bentuk kepangan berwarna hitam dan coklat.

"Mau yang mana?"

Tentu saja Ji Eun memilih yang hitam, rambut aslinya memang hitam, tak seperti rambut Hye Ri hitam kecoklatan.

"Tolong, kang Hye Ri bantu Lee Ji Eun pakaikan wig nya.."

Seperti biasa Dayang Myo Heon pergi tanpa kata, sesuai perintah, Hye Ri membantu Ji Eun memasangkan wig nya.

"Ehm...rasanya berat..." Ji Eun mengerucutkan bibirnya, panjang kepangan wig nya seperti kepangan Rambut Hye Ri, sebatas pantat. Hye Ri tertawa kecil melihatnya, ia ingat sesuatu, ia berlari kecil kearah kotak miliknya.

"Akan semakin cantik kalau ditambah jepit rambut..."

Ji Eun risih juga, tapi ia diam saja saat Hye Ri memasangkan jepit bergambar capung kewig nya.

"Selesai, kau cantik sekal, bahkan melebihi kecantikan Putri Mi Rae, ayo cepat! kita harus cepat-cepat kedapur Sekolah, tempatnya cukup jauh, sebelum kita terlambat." Ucap Hye Ri seraya terkekeh, mereka berjalan beriringan.
******
Benar saja, ternyata letak dapur sekolah cukup jauh, dari tadi berjalan-berjalan tak sampai-sampai.

"Jauh ya?" Ji Eun mengangkat kepangan rambutnya, lebih tepatnya wig nya.

"Sudah kubilang, tempatnya cukup jauh,"

Mereka bahkan sudah melewati beberapa bangunan yang didalamnya ratusan anak-anak perempuan tengah mengajar, sesekali harus menunduk ketika bertemu rombongan.

"Tuuh, sebentar lagi sampai"

Hye Ri menunjuk bangunan memanjang, kali ini atapnya berbentuk jajar genjang.
******
"Lee Ji Eun? Caramu menyalakan api salah!" Teriak Dayang Soo Hyun, sudah lebih dari tiga kali teriakan itu menyebut nama Lee Ji Eun. Ji Eun mendengus, menyalakan api saja harus ada caranya.

"Ji Eun? cara memegang korek apinya tertukar" Hye Ri berbisik, tungku milik Hye Ri sudah penuh dengan api. sementara Ji Eun, masih berkutat dikorek api. Sesuai perintah Hye Ri, Ji Eun menukar letak korek apinya.

Ceklekk...

Benar saja, api langsung muncul, betapa bahagiannya Ji Eun saat itu.

Pluuung

Ji Eun melemparkan korek yang terbakar api sembarangan kedalam tungku, tentu saja apinya langsung padam.

"Ahhh..." Ji Eun menggaruk kepalanya bingung. Memasak? Katanya menyenangkan? Memasak benar-benar akan menjadi pelajaran yang akan dibenci Ji Eun. Ji Eun memandang ratusan tungku milik Murid lainnya yang rata-rata api sudah memenuhiny, Ji Eun mengerutkan keningnya melihat ketiga anak yang mencari gara-gara di pagi hari tadi dengannya, mereka berdiri tanpa sedikitpun menyentuh korek api maupun tungku.

"Shuut ..."

Hye Ri mendongak, "Ada apa?"

"Kenapa mereka tak ikut praktek?" Ji Eun menunjuk tiga anak itu dengan bibirnya.

"Mereka memang suka begitu"

Ji Eun mendengus kesal, ini namanya tak adil. Dia dibentak-bentak hanya karna salah menggunakan cara, sementara tiga anak manusia itu yang sama sekali tak menyentuh korek api maupun tungku dibiarkan saja.

"Kenapa diam? Cepat kembali mencoba!" Teriak Dayang Soo Hyun yang entah sejak kapan sudah berdiri disamping Ji Eun.

Ji Eun gelagapan "Ba...baik dayang..."
******
"Rambut palsu ini benar-benar menakutkan..." Ji Eun menghempaskan ujung kepangan wig nya yang semula ia tarik kedepan. Hye Ri cekikikan sendiri mendengarnya, mereka memegang nampan besar berisi makanan siang.

"Ji Eun? kita duduk disana saja yo?" Hye Ri menunjuk bangku paling ujung, tempat makannya berada diluar bangunan kuil, disetiap Bangku dan kursi terdapat payung besar yang melingkupinya. Yang berfungsi sebagai pelindung dari panasnya cahaya matahari maupun air hujan yang bisa saja tiba-tiba turun. Didepan tempat makan tersebut terbentang Sungai Yian yang mengalir indah.

"Waah, tempat itu indah sekali?" Ji Eun menatap takjub pada tempat makan didepannya, tempat makan itu berada diatas air kolam dengan lantai terbuat dari kaca bening, membuat ribuan ikan-ikan koi yang berwarna-warni akan terlihat dari atasnya.

"Tempat itu khusus untuk anak kalangan atas..." Hye Ri tersenyum kecut, Ji Eun ikut tersenyum miris mendengarnya.

"Ayo cepat? bukankah aku berjanji akan menceritakan sekolah besar ini?" Hye Ri menarik tangan Ji Eun yang hanya mematung memandang takjub pada ruang makan istimewa itu.

"Kau sudah melihat Putra tunggal Raja?"

Dengan mulut penuh, Ji Eun mengangguk.

"Benar-benar tampan yah?" Hye Ri menghentikan suapan nasinya. Ia malah menerawang membayangkan Putra Kaisar duduk disampingnya.

"Aku tak tau" Ji Eun mengangkat bahunya,

"Ish...apakah kau tak menyukai lelaki?" Hye Ri memandang kesal kearah Ji Eun yang sibuk melahap makanan siangnya.
Ji Eun tiba-tiba menghentikan kunyahannya, tatapannya sayu.

"Aku hanya tak ingin menjadi janda..."

-------------------tbc----------
Hai...hai...hai? Apa kabar Readers Semua? Udah lama gak nongol, Mksiih ya? Gk nyangka ternyangka ada yg baca cerita ini juga, padahal cuman iseng buat... Mksih Sebesar-besarnya buat @Merahlangit, yang udah Komen yang manfaat banget, makasiiih banget, aku baru sadar kalau EYD cerita aku bener-bener Gak karuan, sekali lagi Makasiih... Ada yang Vote satu orang aja aku udah seneng, makasih untuk semua yang Vote...!
Sampai Jumpa!
Salam RNA,

"The Queen Of Jaegsukk"Where stories live. Discover now