"Aku pastikan aku tidak akan mengecewakan, Bu."

Dan selalu kalimat yang sama. 'Aku pastikan aku tidak akan mengecewakanmu' bukannya: 'aku akan berusaha melakukan sebisaku'. Tapi Faith tidak berniat untuk memusingkannya sekarang.

Bersama Kylee, Faith turun dari lantai atas menuju meja makan, dimana keluarga Landon sudah menunggunya di sana. Faith merasakan kecanggungannya kian tersulut. Dari jauh ia masih sanggup memerhatikan. Ayahnya duduk di atas kursi roda, tempat di meja kepala keluarga dan berhadapan dengan sang senator, Christopher Landon di seberang. Mereka kelihatan tengah berbincang-bincang. Kemudian tatapan Faith beralih pada wanita mungil berkulit putih dan berambut pirang yang duduk di samping sang senator. Faith mengenali wanita itu sebagai Jordyn Landon, istri Christhoper yang menawan.

Jordyn lahir dari keluarga kaya yang bergelut dalam dunia politik. Ayahnya seorang jaksa dan adik bungsunya merupakan agen FBI. Wajar jika Jordyn berjodoh dengan sang senator. Paradigma tidak pernah berubah.

Faith mencoba mengabaikan Jordyn dan beralih pada pria tinggi bertubuh besar yang duduk di sudut terkiri. Dari caranya berpakaian yang formal dan tatapannya yang kosong, Faith menduga bahwa pria itu tidak lain adalah Joseph Landon, putra kedua dari pasangan Landon.

Joseph masih tampak seperti biasa: dingin, kaku dan terlalu formal dengan kecerdasannya yang memesona. Kemudian tatapan Faith beranjak dari Joseph ke pria yang duduk di sebelahnya. Pria dengan balutan kemeja putih sederhana, celana dan sepatu yang formal, itu tampak menawan. Faith sempat menduga bahwa pria itu adalah Luke, namun ia tahu dugaannya salah begitu mendengar suara tawanya yang aneh dan bergemuruh memenuhi ruangan. Dan tepat seperti yang tersisa, ia segera tahu bahwa pria itu Ian. Calon tunangannya yang tidak lama lagi akan menjadi calon suaminya.

Satu hal yang segera disadari Faith bahwa Ian tidak pernah berubah. Bahkan ketika pertemuan keluarga yang melibatkan obrolan seputar rencana pertunangan mereka, Ian tidak merasa canggung untuk tampil sederhana.

Lelaki itu menjawab semua pertanyaan Juan, merespons dan tertawa dengan cara yang aneh ketika ada sesuatu yang dianggapnya menarik. Khas Ian. Faith merasakan tangannya lembap hanya dengan mendengar tawa Ian yang bergemuruh.

Dalam benaknya ia bertanya-tanya: benarkah ia akan menikah dengan Ian? Ia pasti sudah gila. Bukan karena lelaki itu kurang dalam berbagai sudut. Tentu saha tidak. Wanita cerdas manapun tidak akan keberatan menerima Ian sebagai calon tunangannya. Tapi, yang bisa dirasakan Faith hanyalah kebimbangan dan rasa khawatir yang tidak mendasar.

Kehadiran Faith dan Kylee menyita segala perhatian. Tidak ragu jika semua mata tertuju pada wanita cantik berambut hitam yang mengenakan gaun biru dengan tinggi di atas rata-rata, kecuali Juan. Juan adalah yang pertama dan yang terakhir menatap istrinya. Faith segera merasa iri pada ibunya sendiri. Ia selalu berharap suatu saat nanti akan ada seseorang yang menatapnya seperti Juan menatap Kylee - seakan pria itu rela menyerahkan hidupnya untuk satu-satunya wanita yang paling dicintai.

Kemudian Faith memerhatikan Ian dan tersenyum ketika pria itu memberi anggukan ramah, kemudian pada pasangan Landon dan juga Joseph. Faith tidak nyaman menjadi pusat perhatian, maka ia segera mengambil posisi duduk di kursi yang telah disiapkan yaitu tepat di samping Ian.

Faith berusaha merunduk dan tetap tenang. Ia masih menjaga tatapannya agar tidak bertemu pandang dengan Ian, meski begitu Faith bisa merasakan tatapan Ian yang tidak pernah lepas darinya.

Ian adalah pria yang bisa mencairkan suasana. Pria itu berbicara dengan cara yang blak-blakan dan membuat seisi ruangan terhibur dengan leluconnya yang -menurut faith- aneh. Ian bahkan tidak merasa segan berbicara bahwa ia menyukai Faith dan ide pernikahan adalah hal terbaik. Tapi Faith tidak merasa demikian. Ia tidak banyak bicara dan memilih untuk tersenyum sepanjang acara makan malam dan pertemuan.

LANDON (seri-1) No Rose Without a ThornWhere stories live. Discover now