Mobil Sport metalik

Start from the beginning
                                    

"Emang apa?" Lian mengerutkan dahinya

"Ini .. " Vian menunjuk pipi kanannya

"Ohh itu.." Lian melangkah berjalan mendekati Vian

"Iyaa.." Vian berubah jadi mupeng

"Nihhhh!!! Dapet cium dari pantat piring!" Lian menempelkan punggung piring ke pipinya Vian

"Ahh elo mah jadi adek romantis dikit kenapa sih?"

"Bodo! Gue mau berangkat!" Lian melengos dan ngeloyor gitu aja

"Ckckckkck, beruntungnya gue punya adek kaya elo Li. Elo itu tampil apa adanya. Tetep cantik walaupun gak pake make up, walaupun kelakukan lo tomboy nya kaga ketulungan, tapi gue tetep sayang sama elo dek"

Vian menggeleng gelengkan kepalanya dan tersenyum sambil membatin dalam hatinya

☔☔☔

Ketika sampe di depan Teras, Lian terkejut, karena di depannya telah berdiri sosok cowok yang wuihhh pokoknya keren deh. Gimana gak?

Rambutnya lurus kaku hitam, sepatunya Nike warna merah, memakai kacamata hitam, dan jaket absolut warna hitam. Walaupun pake seragam putih abu-abu tetep aja kerenya gak ketulungan. Apalagi kalo pake kemeja? Wah bisa pada ileran tuh yang ngeliatnya.

"Silahkan nona cantik" Rano membukakan pintu mobilnya dan membungkukkan badannya, persis kaya pangeran memperlakukan wanita yang di cintainya ketika akan menaiki kereta kuda.

"Gue masih bisa buka pintu sendiri" jawab Lian ketus dan langsung masuk ke mobilnya

"Ni cewek gak bisa ya di romantisin dikit aja, dasar cewek aneh" batin Rano dalam hati.

Rano bergegas memasuki mobilnya dan menancapkan gas. Dalam hitungan detik mobil sport metalik itu melesat meninggalkan rumah Lian.

☔☔☔

"Silahkan nona Desky" Vian membukakan pintu mobil ketika sampai di parkiran sekolah

"Gue bilang gue masih sanggup buka pintu mobil ini sendiri" Lian masih ketus dan maen ngeloyor aja.

"Eitsssss! Tunggu dulu" Rano menarik pergelangan tangan Lian mencegahnya untuk pergi

"Apaan lagi sih?" Lian berbalik badan dan menjawab dengan nada kesal

"Elo harus jalan dari sini sampe ke kelas sama gue. Di samping gue. Gandeng tangan gue" Kata Rano masih menggenggam tangan Lian.

"Emang lo kira kita mau nyebrang jalan apa? Pake gandengan tangan terus jalannya sampingan gitu?" Lian menatap Rano dengan sinis

"Elo gak lupa kan sama taruhan kita? KAPANPUN, DIMANAPUN, DAN APAPUN" Rano menekankan pada kata 'kapanpun, dimanapun, dan kapanpun'

Brengsek!! Kenapa gue harus persetan dengan taruhan itu!!

batin Lian dalam hati dengan perasaan kesal

"Iya gue inget!" jawab Lian ketus

"Ya udah, tunggu apa lagi? Ayo ke kelas" Rano menarik pergelangan tangan Lian, mengajaknya untuk masuk kelas.

Kini sempurna, tangan Lian berada dalam genggaman tangan Rano. Di sepanjang perjalanan Lian mengucir bibirnya. Wajahnya nampak memendam rasa kesal.

"Senyum dong, biar cantik" Rano membisikkan kata-kata itu ke telinga Lian.

"Bodo!" Lian menjawab dengan nada ketus sekali

Di sepanjang koridor menuju kelas X MIIA 2, sudah banyak pasang mata yang sedari tadi menatap Lian dengan tatapan tidak menyenangkan. Seperti segerombolan singa kelaparan yang sedang mengintai satu rusa dan siap untuk melahapnya di tempat ( serem juga ya).

-AFTER RAIN-Where stories live. Discover now