Anka menganga girang. Mereka menerima pandangan iri dari orang di sekitar situ yang tidak membawa payung.

"Lo bawa payung? Kenapa nggak dari tadi buka payungnya terus pergi?" Anka mendumel.

Brian melirik keki, "Mau ikut ke sekolah nggak sih? Kalo banyak komentar nggak usah ikut. Ck. Dasar bawel."

Brian melesat ke barisan depan meninggalkan gadis itu, Anka ikut menyelinap menerobos kerumunan, meloncati genangan air dan sukses mendarat di sebelah Brian. Anka tertawa riang entah mengapa rasanya asyik sekali menerobos hujan. Di sisinya Brian sama sekali tidak berkomentar padahal dia tahu betul Anka sudah cekikikan kelewat ceria.

Brian memperkecil langkah kakinya menandakan tidak sekesal tadi. Mengimbangi langkah kecil Anka.

"Gue kira hujannya cuma sebentar, males buka payung jadi gue tunggu dulu ngeliat situasi. Taunya deras dan nggak akan bisa ditunggu." Suara Brian yang tenang itu mengisi perjalanan.

Anka merasakan sebuah cengkeraman kuat di bahunya, memaksa agar tubuh kecil itu merapat supaya air hujan tidak mengenai seragam sampingnya.

Anka sedikit terkejut menerima perlakuan dari pemuda tinggi yang asyik menatap lurus ke depan. Tapi Brian diam saja.

Brian mengambil plastik kliping Anka, mendekapnya dengan tangan kanannya yang kosong. Tidak tahu efek magnet darimana tapi bahu Anka menempel erat di lengan Brian padahal cowok itu sudah tidak menyentuhnya.

Anka tidak pernah menyangka adegan-adegan romantis yang biasa dilihat dalam film atau drama romantis bisa dirasakan saat ini. Sentuhan yang Brian berikan begitu hangat, sampai tubuh Anka seluruhnya jadi lemas memanas.

Dia tidak sedingin yang orang lain kira, dia mampu mengalahkan dinginnya hujan dengan sentuhan tadi. Akan kuingat selalu momen ini. Salam kenal, Brian.

Anka mengadahkan tangan ke arah rintikan hujan menikmati air hujan yang terjatuh mengenai kulit, rasanya sangat menyenangkan sekali.

When the rain falls, let the rain kiss you.

"Brian, lo suka hujan?" Senyuman usil terukir di bibir Anka.

Sontak mata Brian melebar. "Eh! Hei! Hei, jangan norak begitu deh! Gue tau lo mau apa," cetus Brian saat melihat aksi Anka bermain air.

Anka membasahi tangannya dan menciprati wajah Brian dengan air hujan, membuat dia mengerjapkan mata beberapa kali, Anka cekikikan geli sendiri.

"Elo," geramnya.

"Kenapa sih lo masih jutek gitu sama gue? Nggak bakal bisa lagi, hahahaha..."

"Bagus deh kalo lo nggak takut sama gue."

Anka mendongakkan kepala heran, tetapi Brian keburu memalingkan wajah. Saat Anka mau bertanya lagi mereka sudah tiba di koridor depan kantor guru. Kehadirannya membuat beberapa murid yang berada di situ langsung pergi tanpa diminta, Anka hampir geer karena sepertinya mereka segan dengannya, tapi dia teringat sosok Brian. Mereka pasti takutnya sama Brian.

"Emangl lo anak presiden ya?" tanya Anka iseng.

Dia mengira Brian tidak akan mendengarkan ucapan usil itu. Namun, Brian menoleh ke arahnya sambil merapikan payungnya. "Bukan. Kalo gue anak presiden, nggak mungkin sekolah di sini."

Anka mendesis gemas. Ada dua orang cowok datang menghampirinya, Kamal dan Irwan, mereka adalah sahabat lengketnya si Brian.

Yang kurus namanya Irwan, mirip cowok Korea dengan kulit putih dan mata sipitnya.

"Ngojek payung lo?" goda Irwan iseng, Kamal juga tertawa puas.

"Nggak. Sekalian bareng, gimana sosialisasi LDKS dan kemah bersamanya?" Benar-benar sama sekali tidak bisa diajak bercanda. Membosankan sekali hidupnya.

"Udah sip lah pokoknya. Eh, ada Anka ya? Hai!"

Anka mengangguk kecil merasa diperhatikan. Mana bisa cowok-cowok melewati cewek sebening Anka begitu saja.

"Udah yuk masih banyak yang harus dikejar!" seru Kamal kemudian melangkah pergi, Irwan menyusulnya, tinggal Brian yang masih berdiam diri.

Anka mengira cowok itu bakal diam saja tapi ternyata dia melangkah menyusul kedua temannya menuju ruangan OSIS.

"Brian tunggu!" seru Anka keras, cowok itu menoleh tepat setelah Anka berteriak. "Yang tadi, kenapa lo bilang begitu?"

"Yang mana ya?" Responsnya sangat polos sehingga ingin rasanya Anka menarik ke tengah lapangan lalu menggebukinya sampai babak belur.

"Ah, lupain aja." Anka membalikkan tubuh berjalan menuju ruang guru.

Anka menepuk jidat saat teringat sesuatu, tuinggg.

"Brian tunggu!!!! Plastik makalah kliping punya gue masih di lo!" teriak Anka keras.

Cowok itu menoleh lagi ke belakang mendekati Anka secepat kilat, "Jangan teriak!! Ini!!" Brian menyodorkan plastik kliping dengan kasar.

Anka nyengir lebar. "Makasih ya." Dia masih saja tersenyum lebar dengan pandangan terus mengekor punggung Brian hingga dia belok di koridor.

Saat Anka menoleh tak sengaja tatapannya bertemu dengan Rena, yang dikawal dua dayang-dayang cantiknya. Rena menyipitkan mata, Anka langsung salah tingkah membalikkan tubuh lalu segera masuk ke ruang guru. Anka lupa kalo Brian sudah memiliki pacar.

But it hasn't to be yours, Anka.

EndorphinsWhere stories live. Discover now