1. Hari pertama

35.7K 1.4K 168
                                    

Sampai detik ini dia masih tidak mengerti. Anka melayangkan pandangan ke arah bangunan yang bisa disebut sebagai sekolah. Sebuah plang dari kayu dicat coklat bertuliskan SMA PALAGAN besar-besar.

"Hhhh...." Mengembuskan napas pelan dia telah sampai juga di sekolah yang sebulan terakhir ini selalu disebut oleh sang mama.

Para murid memasuki gerbang dengan berseragam khas batik biru--rok bawahan abu-abu untuk cewek dan celana abu-abu untuk cowok-- seragam mereka baru, masih kaku dan bau pasar.

Hari ini adalah hari pertama Anka datang ke sekolah. Tiga hari kemarin dia di rumah saja membolos dengan alasan 'masih mengurus kepindahan', padahal kepindahannya berjalan dengan mulus tidak ada kendala. Dibantu oleh pihak sekolah lamanya. Dipermudah agar lebih cepat pergi.

Anka masih terus merutuki nasib. Untuk apa sih dirinya harus pindah sekolah? Padahal dia sudah berada di kelas 12 yang seharusnya dipakai untuk menikmati sisa masa setahun bersama teman seperjuangan sejak masuk SMA di Bandung, SMA Budi Kembang.

Alasan pertama Anka dipaksa secara halus oleh sekolah lamanya untuk pindah dengan iming-iming dinaikkan ke kelas 12, karena kalau tidak diutak-atik nilai gadis itu banyak yang merah. Daripada saat kelulusan nanti dia merusak angka kelulusan yang seharusnya bisa sampai 100%, pihak sekolah mengeluarkan anak-anak yang memiliki nilai buruk termasuk Anka.

Alasan kedua, mamanya mendapat tawaran kenaikan jabatan menjadi Head Manager di Jakarta yang merupakan pusat Butik Cempaka. Sangat tepat waktunya bukan?

Anka tidak bisa menolak dengan berbagai alasan konyol. Dari tidak bisa meninggalkan rumah lama mereka hingga alasan tidak bisa putus dari Okie, pacarnya yang masih satu sekolah dulu. Sekarang sih sudah putus karena Okie tidak mau LDR.

Ya, semoga dirinya bisa bertahan untuk satu tahun ke depan, demi masa depan. Mengingat letaknya di kawasan gaul, Jakarta, anak sekolah di SMA ini pasti kece-kece. Tapi menurut Intan, sepupunya, di sekolah ini ada biaya bantuan juga, program yang dibuat untuk menarik minat orang tua, karena sekolah ini pernah mengalami beberapa masalah. Jadi sepertinya tidak semua anak murid di sana tajir dan keren.

Ponsel Anka di saku bergetar, dia mengambilnya buru-buru sambil meniup gelembung permen karet. Matanya melotot mempertajam tatapannya. Mata gadis itu membelalak sempurna melihat foto di ponselnya. Kiriman dari Karin, musuh dalam selimutnya. Seseorang yang mengaku sebagai sahabat namun menusuknya dari belakang. Di foto tersebut adalah gambar Karin bersama Okie -mantan pacar Anka-- di dalam sebuah mobil. Diambilnya dengan mode landscape sehingga menampilkan gambar Okie dalam balutan seragam menyentir dengan tatapan ke arah lain. Dan Karin tersenyum dibuat semanis mungkin.

Anka menghentakkan kakinya sebal. Dia memaki merutuki cewek penusuk itu.

Harusnya gue yang sama Okie berangkat naik mobil keren itu, dengusnya sebal.

Anka berjalan cepat-cepat memasuki gerbang sampai tak menyadari ada seseorang tidak jauh di depannya sedang bersusah payah membawa beban yang berat.

Misi gadis itu, dia harus mencari teman yang gaul, asyik, dan cantik biar bisa pamer ke Cynthia, sahabatnya di Bandung, lalu si Karin akan iri saat mendengar ceritanya dari Cynth....

Bruk...

Setelah sempat terhuyung ke belakang dan berhasil mengendalikan keseimbangan tubuh, Anka mencari sosok pemilik sikut besar yang tadi menyodok lengannya sampai melayang-layang..

Tidak...

Oh... My... God...

Tulang gadis itu tidak patah atau keluar lalu rontok berjatuhan sehingga menimbulkan suara keras bak benda berjatuhan tadi.

EndorphinsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora