8. Niko?

10.2K 897 55
                                    

Hari ini Anka pergi ke sekolah.

Tiada yang berbeda dari sekolah setelah Anka tidak masuk selama satu hari, kecuali kini Anka menjadi pusat perhatian banyak murid. Ke mana pun Anka pergi selalu ada saja yang membicarakannya atau sekedar memberi tatapan sinis, dan senyuman meledek. Entah kenapa mereka harus melakukannya, padahal Anka tidak tahu siapa mereka, dan apa salahnya?

Urusan dia hanya dengan Davi, teman sekelasnya, lalu kenapa mereka ikut-ikutan sinis? Oh, mungkin rasa solidaritas.

Jadi di sinilah Anka sekarang berada, pekarangan belakang sekolah. Dia merebahkan diri di kursi panjang di bawah salah satu pohon mangga, membolak-balikkan tabloid bulanan sekolah edisi terbaru, tidak ada yang seru kecuali artikel tentang rangkaian acara perayaan ulang tahun sekolah yang ke-17 yang dirayakan pada tahun lalu.

HORE!! Kita sudah memasuki bulan baru guys! Ada yang tahu ini bulan apa? Yup kita sudah memasuki bulan ulang tahun sekolah tercinta kami, SMA Palagan. Bulan di mana kita akan melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka merayakan ulang tahun sekolah. Wah, semuanya sudah tidak sabar kan? Karena acara inilah yang ditunggu-tunggu oleh semua murid.

Anka membaca artikel itu sampai habis, asal tau saja artikel itu menghabiskan 7 halaman sendiri. Anka sempat terkesima saat membaca penuturan penulis artikel ini mengenai acara tersebut. Keren banget.

Halaman selanjutnya menampilkan foto panitia pelaksana Pekan Raya tersebut. Anka mengernyitkan dahi saat melihat wajah yang sangat tak asing lagi baginya.

Tiara pernah jadi anggota OSIS?

Setahu Anka, kakaknya Intan itu memiliki kepribadian yang tertutup, anti asosial, dan kalem banget. Masa dia menjadi anggota OSIS?

Anka bangkit dari posisi rebahan dan menajamkan penglihatan ke arah gambar cewek berambut panjang, memakai jaket pink, dan tersenyum tipis itu.

Tiara diapit oleh seorang cowok yang Anka kenal sebagai Niko. Si ketua OSIS yang cute dan manis itu. Di sebelah Tiara, ada si cowok bongsor berwajah jutek, siapa lagi kalo bukan Brian. Setelah diamati lebih teliti lagi Anka dapat mengenali wajah-wajah lainnya.

Lalu ada wajah Rena-Kinar-Gizka-Irwan-Kamal, Anka sudah hapal wajah mereka loh. Sisanya sudah pernah terlihat meski tidak tahu namanya berpapasan saat di koridor. Anka mengambil ponsel untuk memotret foto Tiara. Setelah mengambil foto tersebut di layar muncul nama INTAN memanggil.

"Apa?" jawab Anka setelah berkelip berkali-kali. Suaranya dibuat seakan merasa terganggu ditelepon saat di sekolah begini.

"Kak, gue pinjem pianika yang di laci bawah TV ya? Ada praktek musik," ucap cewek itu.

"Aelah, udah lo bawa kan? Pake aja sih nggak usah izin."

"Yaaa, abisnya gue kira ini punya Dinda, gue telepon dia katanya punya lo, ya gue harus izin dong."

"Ah, manisnya. Good lah. Btw, lo udah sekolah seperti biasa?"

"Sudah dong. Di sini asyik."

"Gue jadi iri," desah Anka pelan. Tapi Intan tidak langsung merespons.

"Gimana di sana?"

"Udah pernah gue ceritain. Nggak asyik. Oya, kok foto kakak lo ada di tabloid sekolahan? Bohong banget kalo kalian nggak terkenal di sekolah dulu!"

Kresek.

Terdengar seperti daun kering terinjak, Anka menjauhkan ponsel dari telinga lalu mengedarkan pandangan mencari asal suara. Tidak ada siapa pun. Terdengar suara Intan dari speaker tidak jelas.

"Kak Anka? Kok diem?" tanya Intan saat Anka menempelkan ponsel lagi ke telinga.

"Eh? Nggak, tadi lo ngomong apa? Di sekolah lo ada ninjanya ya? Kayak ada suara kresek kresek kayak di film horor."

EndorphinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang