"Ninja? Ah, udah dulu ya, Kak jangan menerima panggilan dari gue di sembarang tempat ya, please!!!"

"Kenapa?" tanya Anka heran. "Emangnya kita melakukan transaksi barang haram apa?"

Tut... tut....

Intan memutus teleponnya, Anka memandang layar tak mengerti. Sebenarnya Intan kenapa sih? Kok dia seperti itu?

🎓🎓🎓

Satu-satunya yang Anka suka dari sekolah ini adalah air terjun mini di salah satu sudut sekolah dengan berbagai ikan koi seliweran berenang dengan bebasnya di kolam ikan. Beberapa kali Anka suka duduk di tepi kolam jika saung yang tidak jauh dari kolam sepi. Anka tidak suka menjadi bahan tontonan anak murid yang nongkrong di sana. Tapi sepertinya beberapa kali ke sini ada yang mengintai atau mengamatinya dari jauh, bukan Anka gede rasa ada yang naksir dirinya setelah kegagalan cinta bersama Davi.

Tapi Anka ini cewek yang sangat peka, saat sedang melamun Anka melihat bayangan orang di pantulan kolam air, mencari tahu dengan melihat ke belakang orang itu sudah tidak ada.

Anka tidak pernah mendapati orang tersebut. Kedatangan dan kepergiannya pun tidak terdeteksi. Dan kali ini Anka berharap akan mendapati orang yang selalu muncul di pantulan air kolam tersebut.

Seperti biasa dengan manis dan cantiknya Anka duduk di tepi kolam ikan, bahkan memajukan sedikit tubuhnya agar bisa menangkap bayangan orang lewat pantulan. Posisi yang sudah pas, ikan koi besar-besar seliweran di kolam, bunga-bunga teratai mempercantik kolam tersebut.

Eh itu bayangan apa? Astaga. Oh oh ya Tuhan! Nah itu dia...

Sosok bayangan hitam terlihat jelas di air, posisinya tepat di atas Anka. Semakin lama dia semakin mendekat dan membungkuk seperti hendak segera melahap dirinya mentah-mentah.

Timing yang pas Anka.

Anka membalikkan tubuh untuk segera tahu siapa orang selama ini sudah muncul misterius tersebut.

Niko menangkap tubuh mungil Anka sebelum cewek itu jatuh terjengkang ke kolam ikan karena kehilangan keseimbangan tubuh. Akibat kepanikan yang dibuatnya sendiri. Niko memeluk Anka erat sekali jemarinya sangat terasa di belakang punggung. Wanginya memenuhi rongga hidung Anka.

"Aaaaaaaa!" Anka berteriak heboh, saat tahu kalo orang itu adalah Niko. Anka mendorong Niko lalu berdiri dengan wajah kesal, "Jadi, lo yang selama ini suka ngintip-ngintip di belakang gue?"

Sepertinya dorongan Anka cukup keras karena Niko terhuyung ke belakang. Raut wajah yang semulanya shock mandadak berubah seram, sorot matanya berubah nyalang.

"Apaan sih? Bukan kok. Ini baru pertama kalinya gue melihat ada yang mau bunuh diri di kolam ikan dangkal."

"Gue nggak mau bunuh diri. Gue lagi maen di sini," sahut Anka judes.

"Jangan aneh-aneh di sini tengah hari bolong, apalagi sendirian. Nanti ketempelan hantu loh." Niko mengerutkan dahi, "Apa tadi lo bilang? Selama ini ada yang suka lo liat di air?"

"Iya. Beberapa kali, gue kira kali ini gue bakalan dapetin orang yang suka menguntit gue."

"Lo dikuntit?" Raut wajah Niko berubah semakin ganas, Anka jadi mengkeret di tempat, kalau mundur malah kecebur. "Kalo lo ada apa-apa bilang sama gue ya, Kak."

Kenapa baru sekarang mengulurkan bantuan? Anka mendengus geli.

"Kenapa harus bilang sama lo?" tanya Anka lagi.

"Gue kan ketua OSIS di sini."

Oh, ya benar juga. Anka sudah mengira yang tidak-tidak, karena dia diam-diam naksir misalnya.

EndorphinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang