My Love From Jupiter

21.1K 745 12
                                    

'Apa yang sudah menjadi takdirmu tak akan bisa kau rubah meskipun kau berusaha sekuat tenaga'

~Athena~

Suara nyaring klakson mobil yang lalu lalang membuat kota New York ini bertambah penat dan membuatku mengumpat entah yang keberapa kali. Belum lagi udara dingin yang menusuk menembus mantel tebal yang kupakai menyebabkan langkahku semakin lamban.

Ini adalah musim dingin pertamaku di kota asing ini. Baru sekitar enam bulan lalu aku pindah kekota ini karena ada magang dari perusahaanku. Selama satu tahun aku akan ditempatkan disini sebelum kembali ke Jakarta.
Seperti halnya Jakarta kota ini sangat padat dan rawan terlebih pengendaranya yang suka kebut-kebutan.
Malam ini terpaksa aku pulang lebih larut karena harus mengantarkan Vannesa yang mabuk setelah acara perpisahan dikantor yang diadakan direstoran korea dijalan dekat kantor. Aku memasukkan kedua tanganku kedalam mantelku dan berdiri menunggu bus lewat. Ada beberapa orang yang juga menunggu sama sepertiku.
Sepasang suami istri yang sudah beruban duduk berdekatan dan terlihat mesra dan saling menyayangi. Dan diujung ada seorang pemuda dengan tas ransel besar sepertinya seorang fotografer atau wartawan karena membawa kamera yang digantung dilehernya. Pandanganku beralih kearah jalan raya. Disana berdiri banyak orang menanti lampu berganti hijau untuk para pejalan kaki. Aku menoleh kembali ke jam tanganku dan saat ini menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku mendongak saat seorang wanita muda melintas dihadapanku dengan mata sembab. Dia terlihat buru-buru dan pandanganku beredar kearah jalan lain siapa gerangan yang membuatnya menangis. Ada seorang pria berumur empat puluhan berlari dan kurasa bukan pria tua itu penyebabnya. Kemudian ada seorang pemuda yang memakai jaket kuning berlari-lari namun bukan juga dia yang menyebabkan wanita muda itu menangis. Aku kembali melayangkan pandanganku pada wanita itu yang berdiri saja ditepi jalan. Aku mengamatinya dan gerakannya sangat mencurigakan. Aku segera berlari meraih tangan wanita muda tadi yang melangkah tepat saat lampu berwarna merah. Refleks wanita itu mengibaskan tangannya dan mendorongku hingga jatuh.
"Fhy!" Suara teriakan penuh amarah itu muncul dari suara bariton dari belakangku dan diikuti suara decit ban mobil bergesekan dengan aspal dan dentum pipa air bertubrukan dengan besi. Pipa air itupun bocor dan menyemburkan air kencang dan membasahi tubuhku yang masih shock. Kulihat ada kilatan lensa kamera dan aku menatap kesekelilingku. Kacau sekali dan pria yang membawa kamera tadi sekarang sibuk memotret kami.

"Kau fikir itu lucu ya?!"kataku pedas.

Namun pria itu tak menggubrisku dan sibuk memotret wanita tadi dan pria yang memeluknya dengan erat. Pria itu yang tadi bersuara kini menatapku dan menyadari keberadaanku. Kemudian aku terkejut saat pria itu melayangkan tinjunya pada pria pembawa kamera tadi. Syok?tentu saja. Syok karena pria itu menyarungkan tinjunya pada fotografer itu dan juga karena pria itu adalah Justin O'conor salah satu pembalap dunia yang dua tahun menghilang dari dunia balap yang hanya muncul diinfotiment karena gosip-gosip panasnya dengan beberapa artis terkenal.

"Kau terluka?"suaranya menyadarkanku dan membuatku gugup seketika sehingga aku hanya bisa geleng kepala saja tanpa sanggup mengeluarkan suara.
Hingga seorang pria berpakaian medis menggantikan Justin menanyakan keadaanku.

My Love From JupiterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang