Mamah dan Banjir

2.1K 205 23
                                    

Gue sekarang udah 20 tahun, tapi enggak tau kenapa gue masih enggak faham kenapa hari itu ada 7. Kenapa enggak dua aja dalam seminggu, Senin sama Minggu. Kalo enggak 4 hari deh, Senin, Kamis, Jumat dan Minggu. Pasti enak banget. Senin Kamis kerja, Jumat kuliah, Minggu libur dan tidur seharian. Hmm. Kenapa juga dalam satu bulan itu ada 30 atau 31 hari, kenapa enggak 12 hari? Jadi satu tahun itu ada 144 hari doang, banyak libur dan tahun baru cepet. Eh tapi jangan deh, kalo satu tahun 144 hari, umur gue udah lebih dari 40 tahun dong. Bangkotan dong gue! Enggak deh enggak.

Hai semua,

Hari ini gue lagi magerrrrrrr. Males gerak. Bawaannya pengen makan, tidur, makan tidur, makan tidur. Tapi karena ini di kantor, apa boleh buat, gue pun tidur dengan kepala di meja yang keras ini. di luar lagi turun hujan, atmosfir yang pas buat gue bersemedi cari pangsit. Oh bukan, wangsit ding. Anyway, di Malang lagi musim hujan loh, kalo enggak salah sih seluruh Indonesia juga sih. Berita banjir dimana-mana, kasihan gue. Andai aja gue ini anaknya Iron Man yang bisa bikin tekhnologi canggih, gue bakal bikin rumah mengapung di udara, terus semua korban banjir bisa ngungsi tanpa takut dan bisa tidur nyenyak.(Ya ampun, kenapa omongan gue enggak bisa jauh dari kata tidur sih?!) Nanti pas udah enggak banjir, rumah itu bisa jadi tempat hiburan (sejenis taman) yang bisa move ke mana-mana, keliling Indonesia gitu. Gue yang nyetir pastinya walau dengan ugal-ugalan.

Tapi apa lah daya, gue bukan anak Iron Man dan bukan pula anak Spiderman yang bisa manjat kemana-mana. Gue anak Bokap yang mana cuma manusia biasa, gue pun Cuma bisa berdoa. Gue berdoa supaya para korban banjir di sana, diberi ketabahan, kesehatan, kekuatan dan ketangkasan untuk melawan air hujan yang datengnya keroyokan. Gue berdoa supaya sungai-sungai enggak macet dan enggak meluap, kan kasihan kalo kuning-kuning yang mengambang di kali pada jalan-jalan ke desa-desa, jalan-jalan dan bahkan masuk rumah kaya tamu enggak diundang.

"Mah, di Palembang enggak banjir?" tanya gue waktu pulang kantor kemaren. Nyokap enggak jawab, malah asyik nonton film India yang lagi nge-hits di Indonesia. Ashoka heee Ashoka Ha! Ashoka heee Ashoka Ha! Tiap tuh film dimulai, gue bakal nyanyi bareng Bayu sekenceng-kencengnya sampe nyokap nutup kamarnya dan nonton berduaan sama Bokap. "Mah kalo Malang banjir, terus aku hanyut eh ketemu siluman hiu, gimana?"

Nyokap ngecilin volume TV karena iklan. "Nanti Mamah taro kamu di pucuk gunung Bromo! Kalo ada hiu biar Mamah bikin pempek khas Palembang." Jawab Nyokap dengan mata yang siap keluar. "Kamu kok ngelantur gitu sih?!"

Gue diem seribu bahasa. My nyokap is superhero! "Mamah baik banget, aku ditaro di gunung karena Mamah takut kehilangan aku kan ya?"

"Mamah jadiin kamu sesajen supaya banjir hilang dan gunungnya jangan meletus kapan-kapan." Gue langsung terharu denger jawaban ini men. T__________T

"Mah aku tidur di sini ya?" kata gue dengan manja. Semenjak Gery dan Nofal kerja di luar kota, gue sama Bayu ngerasa sepi. Bokap Nyokap juga sering banget ke luar kota, pulang seminggu sekali. Nofal juga paling pulang sehari abis itu pergi lagi. nah Gery enggak tanggung-tanggung, dia kerja sekalian hijrah ke Tanggerang sana. Hmm, ini yang ngebikin gue sedikit enggak suka sama 'tumbuh dewasa', karena kebanyakan 'tumbuh' itu artinya kita siap ditinggal dan kehilangan tanpa boleh mengeluh.

Nyokap enggak komentar apa-apa, tapi badannya rada geser ke kiri supaya gue bisa tidur dengan lebih leluasa. Bokap gue lagi ke rumah temennya, jadi kemungkinan malam ini bokap gue tidur di pojokkan kalo enggak ya ngungsi ke kamar gue, kalo enggak ya berakhir tidur di sofa.

"Besok bangun pagi, Mamah sama Ayah mau ke luar kota 2 minggu." Kata nyokap sambil ngusap kepala gue. "Bayu masakin yang simpel-simpel aja, dia lagian enggak suka sayur. Kalo males yang beli aja, nanti Mamah transfer." Penjelasan nyokap gue membuat gue semakin ngantuk. "Sekarang banyak orang jahat berkeliaran, penculikan, cuci otak sama perdagangan perempuan. Kalian di rumah berdua hati-hati, jangan lupa kunci pintu, apa lagi kalo malem. Kalian berdua kan tidur kaya mayat, enggak bakal denger apa-apa."

"Iya.." Jawab gue sambil berusaha tetep ngedenger, tapi apa lah daya, mata gue kaya lampu yang listriknya udah nunggak 3 bulan. Mau dimatiin paksa.

Nyokap masih aja komat-kamit, dia pasti khawatir banget. apa lagi minggu kemaren pas nyokap bokap ke luar kota, gue lagi UAS dan pulang hampir tengah malem. Gue sih enggak masalah, dari kecil gue udah sering ketemua 'begal' dan harus ngelawan mereka dengan tangan kosong *asek*, tapi Bayu? Dia itu susah dipercaya. Gue pernah nyuruh dia ikut silat di tempat gue pas kecil dulu, tapi dia enggak mau. Dia malah sering nge-game dan game, tanpa ada rasa pengen jago bela diri kaya kakaknya yang paling cantik ini. "Cewek itu enggak boleh bangun siang Zi, denger enggak?"

"He.emmm..." kata gue pasrah. "Mah aku udah mau berangkat nih, dah Mamah." ZzZZZzzz gue pun tak sadarkan diri.

[besok paginya]

"LIZAAAAAAAAAAA IKRIMAAAAAAAAAAAAAAA FAUZIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!!!!!"

Demi hujan yang turunnya enggak pernah ke atas.

Demi kentut Bayu yang baunya mematikan sel-sel dengan ganas.

Itu suara sangkakala malaikat Izroil atau...

"KAMU ITU ENGGAK LIHAT APA UDAH JAM BERAPA INIII! ADEK KAMU AJA UDAH SIAP MAU KE SEKOLAH LAH KOK KAMU MASIH ILERRAAAAN?!"

Nah, gue tau sekarang. Itu pasti...

"KAMU ITU CEWEK, YA AMPUUUUUN!!"

"Mamahku sayaaang...." Dengus gue dengan mengumpulkan nyawa satu persatu. "Kata Mamah cewek itu enggak boleh bangun siang kan? Sekarang aku enggak bangun pun masih diomelin???"

O__________________O

Nyokap gue tiba-tiba diem dan megang kepalanya. "Mamah hitung sampe tiga, kalo Kamu masih di kasur, Mamah siram Kamu ya?!"

"Eitsss Mah Mah Mah." Gue langsung melek lebar. "Enggak perlu sampe tiga Mah!" kata gue sambil lari ke kamar mandi.

What A Girl ThinksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang