Bagian Tigabelas - Pesan dalam Pesan

1.7K 146 11
                                    

Bagian Tigabelas

Pesan Dalam Pesan

“Kenapa kau lakukan ini, Demi? Kau membunuh Profesor Connely, pemimpin kita?”

“Maaf, Bibi Sabrina, Aku hanya menginginkan benda itu. Siapa yang membawanya?”

“Tidak, Demi. Dengarkan bibi, bukankah kau sudah berjanji tidak menyalahgunakan kepintaranmu?”

“Tapi aku menginginkan benda itu. Aku ingin membuat Mom bangga.”

“Tidak dengan cara seperti ini! Kau membunuh profesor!”

“Karena dia membunuh Mom, Bibi.”

“Itu kecelakaan. Kau pasti tahu bahwa ibumu meninggal karena efek formula yang diciptakannya sendiri.”

“Bohong.”

“Kau bahkan tidak mempercayaiku?”

“Aku tidak pecaya pada siapapun untuk saat ini.”

“Apa yang kaulakukan pada pistol itu? Letakkan, Sayang…”

“Kalau bibi tidak mau mengatakannya, maafkan aku peluru dalam pistol ini harus menembus kepalamu.”

Rachel’s Point of View

Perjalanan menuju Mesir membutuhkan waktu yang tidak singkat. Kami mencari flat untuk tempat tinggal. Nick dan Justin bergantian berjaga dua puluh empat jam demi keamanan kami sementara aku dan Destiny mulai memecahkan kode pentagram yang dimaksud. Pertanyaannya adalah apa maksud pentagram tersebut? Selama kami berdiskusi, kulihat Barbara tidak tertarik dengan apa yang kami lakukan. Dia hanya duduk-duduk, menaikkan kakinya di atas meja sambil berkutat dengan laptopnya.

“Apakah pentagram itu terletak di paramida?” tanyaku sambil membuka-buka jilidan daftar anggota PHI.

Destiny mengedikkan bahunya seraya meneguk diet coke. Diraihnya gambar pentagram yang telah dibuatnya di pekarangan rumah Profesor Courtenay. Dia mengelus dagunya sambil terus berpikir. Sedikit heran dalam benakku selama ini, Destiny sangat cerdas dan jenius, mengapa dia gagal menjalani seleksi menjadi detektif CIA?

“Kau itu pintar, kenapa kau gagal masuk CIA?” tanyaku secara tiba-tiba.

Seperti yang sudah kutebak, Destiny melengos. Dia menunduk tanpa menarik perhatiannya kepadaku. “Karena mereka tahu aku punya catatan kriminal.”

“Huh?” Alisku bertautan heran.

“Ya. Aku dan Devian memiliki catatan kriminal. Kami iseng mencuri karena ingin mendapat perhatian orangtuaku.” Dikedikkan bahunya seraya menghempaskan kertas dalam genggamannya di atas meja. “Sayangnya, mereka tidak terlalu peduli, sebab tiap dihubungi oleh polisi, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Itulah sebabnya aku tidak diterima menjadi detektif legal.”

Aku mengatupkan bibirku membentuk garis lurus. Sebaiknya tak usah kuungkit lagi kejadian itu. Destiny pasti tidak ingin mengingat-ingatnya lagi. Maka, kami kembali menyibukkan diri.

“Pada siapa benda itu diberikan oleh Profesor Courtenay?” Destiny mendesah frustasi. “Pentagram. Apa hubungannya orang ini dengan pentagram?”

Itu juga menjadi pertanyaanku dari tadi, pikirku. Aku menimbang-nimbang kembali kata kunci yang diberikan profesor Courtenay. Pentagram. Apa hubungannya?

“Pentagram dihubungkan dengan dewi Venus atau bintang Venus, kalau kalian ingin tahu,” saut Barbara tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop. Otomatis, aku dan Destiny menatapnya bingung. “Apabila dilihat dari bumi dengan menghubungkannya bersama zodiac, Venus membentuk sebuah bintang dengan lima ujung lancip yang mengelilingi Matahari tiap delapan tahun sekali, dan akan kembali ke tempat awalnya setelah mengalami siklus selama empat puluh tahun.”

Red  Circle (ON HOLD)Where stories live. Discover now