Bagian Satu - Foto di Atas Perapian

5.6K 368 8
                                    

Bagian Satu

Foto di Atas Perapian

Andai saja dia tahu bahwa setiap bayangan mengikuti kemana pun arah geraknya, di sanalah bahaya terus mengawalnya. Bahaya yang tidak akan pernah puas menunggu, sampai dia tahu bahwa detik kehidupannya hanya bergantung dari sebuah benda yang dibawanya kini. Aku menyesal. Bagaimana tidak? Hidupnya terancam hanya akibat kebodohan kelompok kami. Tolong aku, Gerald. Dia harus diselamatkan. Tidak akan ada lagi yang bisa membantunya apabila mereka berhasil menemukan jejakku, apalagi jika aku dibunuh. Satu-satunya pertanda hanyalah keberadaannya bersama orang-orang kita.

Apabila kau menerima pesan ini, secepatnya ubah kata sandi, kode, seluruh file berharga yang kalian pegang. Juga, bantu Shank menyembunyikan identitas Emerald. Save Red Circle!

 

-Diamond

 

 

Rachel’s Point of View

Aku baru menyelesaikan satu tembakan tepat sasaran ketika kudengar suara klakson mobil di pekarangan rumahku. Pandanganku beralih pada SUV putih dan menampakkan seorang pria bertubuh tegap keluar dari dalam. Senyum senang terkembang dari bibirku begitu menyadari siapakah tamu yang berkunjung kemari. Tamu yang kutunggu, yang tak lain adalah pamanku, John Evergreen.

“Selamat pagi, Rae,” sapanya sembari mendekat.

Aku menaruh senapan laras panjang yang kugenggam, lantas menyambut paman John dengan pelukan hangat. Sambil menyerukan namanya, aku melompat dan memeluknya. Dia terkekeh melihat sikap kekanak-kanakanku.

“Oh paman, seharusnya kau menelepon terlebih dahulu. Dengan begitu aku sudah siap-siap,” kataku sambil melepas pelukan. “Sekarang mau tak mau kau harus menungguku berkemas.”

Paman John terkekeh. “Tidak apa, Sayang. Ayo masuk kalau begitu.”

Didekapnya aku dan kami berdua masuk ke dalam rumah dengan tawa mengimbangi langkah kami. Berulang kali paman John mengatakan padaku kalau aku akan menyukai liburanku kali ini. Pamah John adalah kakak ibuku. Dia tinggal di Lakewood bersama seekor kucing Norwegian Forest. Paman John tidak memiliki anak maupun istri. Aku sendiri tidak tahu mengapa dia lebih memilih melajang daripada mencari istri.

Kopor dan tasku sudah penuh dengan baju dan barang-barang favoritku. Paman John lebih asik memandangi foto orangtuaku yang dipajang di atas perapian. Aku mengamatinya sebentar, melihat dia berdecak pelan, lantas membalikkan tubuhnya untuk memandangku.

“Matamu mengingatkanku pada mata Sabrina. Coba mereka masih ada dan berkumpul bersama kita,” tukasnya murung.

Aku menundukkan kepalaku. Sudah lama aku hidup sendirian tanpa kehangatan sebuah keluarga. Sudah lama pula aku merindukan keberadaan orangtuaku. Ibuku meninggal lantaran dibunuh sedangkan ayahku menghilang entah kemana. Mungkin karena mereka berdua bekerja sama dengan FBI, sehingga bahaya selalu membayangi langkah mereka. Setelah ibuku meninggal, ayahku berusaha keras menutupi identitasku agar musuh-musuhnya tidak mencium bauku. Sampai akhirnya dia mendaftarkanku di Universitas Brown, bertempat di Rhode Island. Namaku diubah dari Rachel Dalton ke Christalique Lutherwood. Setelah aku masuk kuliah, aku tidak lagi mendengar kabar ayahku. Menurut FBI, dia menghilang usai membantu penyelidikan kasus pembunuhan yang terjadi saat itu.

Tatapan paman John berubah drastis menyadari bahwa aku murung. Tampaknya dia tidak suka apabila melihatku murung seperti ini. Alih-alih, diraihnya aku dan memelukku.

Red  Circle (ON HOLD)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ