Bagian Tiga - Red Circle?

2.7K 244 6
                                    

Sudah lama aku memantau Emerald. Tidak hanya satu yang menginginkan Red Circle dan menyadari tanda-tanda keberadaannya sehingga mulai mengejar Emerald. Salah satu pelindung Red Circle tewas. Perlindungan semakin diperketat. Aku ingin menampakkan diri, tapi terlalu sulit memutuskan antara keselamatan Emerald atau kerahasiaan Red Circle.

Satu-satunya orang yang akan melindungi Emerald sampai batas akhir pertarungan nanti hanyalah kau, Gerald. Seperti pesan Diamond sebelum meninggal. Kau satu-satunya yang memahami isi di dalam Red Circle, sekaligus yang pandai menyembunyikan apapun. Sekarang tugasmu hanyalah melindungi Emerald tanpa disadarinya.

Karena apabila dia mengetahui segalanya, dia justru semakin dalam bahaya.

 

-Shank

 

Rachel’s Point of View

SUV putih paman John berhenti di depan sebuah rumah berukuran besar bergaya Eropa klasik yang bertuliskan Dr. Elias Mandingo di bagian samping pagar besi tinggi. Selama ini aku tidak pernah bertemu maupun mengenal Dr. Mandingo. Itupun baru pertama kudengar namanya dari pesan yang ditinggalkan paman John sebelum tewas.

Kematian misterius paman John masih menyisakan duka, kepedihan, dan misteri bagiku. Dia satu-satunya orang terdekat yang kumiliki. Tiap mengingat kejadian yang menimpanya, mataku terasa perih dan air mata sudah bergumul di pelupuk mataku. Aku mengusap mataku yang basah dengan telunjukku mengingat lagi kesendirian dan kemeranaan yang merundungku. Setelah kematian ibuku, menghilangnya ayahku, dan kematian paman John, sekarang aku hidup sebatang kara.

Pagar besi terbuka otomatis. Kulajukan SUV ini masuk ke dalam halaman rumah Dr. Mandingo. Keadaan rumah yang besar tampak tak berpenghuni meskipun terlihat rapi dan bersih. Aku keluar dari dalam SUV, menggendong Tinker Bell yang sedari tadi diam tidak memperdengarkan ngeongannya.

Kakiku beranjak mendekati pintu besar berukiran simbol-simbol tak kumengerti. Sampai kutekan bel di sebelah pintu besar itu dan tak lama kemudian muncullah seorang pelayan wanita paruh baya membukakan pintu.

“Selamat pagi,” sapaku.

“Siapa kau?” tanya si pelayan tak ramah. Aku berjengit mendengar nadanya yang menunjukkan tanda tak suka.

“Aku Rachel Dalton. Aku ingin bertemu dengan Dr. Mandingo.”

Belum sempat pelayan tersebut membalas, terdengar seruan dari dalam rumah dibarengi suara langkah pelan mendekati kami. Aku menengok ke arah belakang pelayan itu, mendapati seorang pria tua berjalan diimbangi tongkat tuanya mendekati kami.

“Rachel…” sapanya sambil terkekeh pelan. “Silakan masuk. Aku sudah menunggu kedatanganmu.”

Aku mengangkat sebelah alis penuh tanya seraya masuk ke dalam. Pelayan tak ramah tadi meninggalkan kami berdua, walau masih bisa kurasakan pandangan menusuknya tak lepas dariku. Pria tua yang sepertinya Dr. Mandingo itu mendekapku, mengantarku duduk di sebuah sofa berlengan panjang di ruang tamu.

“Aku turut berduka atas meninggalnya John, pamanmu,” ucapnya sungguh-sungguh. Lantas dilepasnya kacamata bundar bergantung yang dikenakannya. “Aku mengenal John dan orangtuamu. Itulah sebabnya John menyuruhmu datang kemari.”

Aku mengernyit heran. Jadi, Dr. Mandingo mengenal orangtuaku beserta paman John. Untuk apa paman John menitipkan aku pada orang yang belum pernah kukenal? Well, secara teknis Dr. Mandingo yang mengenalku.

“Kenapa aku tidak pernah dikenalkan pada Anda?” tanyaku.

Dr. Mandingo mengucek matanya sebentar. “Karena, keberadaan kami belum boleh diperhitungkan secara luasnya.”

Red  Circle (ON HOLD)Where stories live. Discover now