We're Deadly In Love

2.2K 242 34
                                    

beberapa part sampai ending bakalan gw private, so kalian must be following me ya ;-)

*Justin Bieber*

Seharian ini aku dan Rose hanya saling diam, aku tak bermaksud untuk menyakitinya tapi aku hanya ingin dia membenciku karena kita sudahlah berakhir.

Meski aku sendiri tak bisa melupakannya, ya bagaimana aku dapat melupakan perasaan terindah untuk gadis yang aku cintai selama ini? Dia segalanya bagiku.

Jika kau bilang alam semesta adalah hal yang begitu luas dan tak terbatas maka seperti itulah cintaku pada Rose.

I'm madly deadly in love with her.

"Baiklah, ini hanya akan memakan waktu beberapa menit saja" ujar Rose padaku sambil berjalan keatas kamar.

Hari ini Rose telah diperbolehkan pulang oleh dokter, ini artinya dia juga akan membereskan barangnya di rumahku dan berjalan keluar dari hidupku.

Aku pun menyusulnya keatas, jika bisa aku akan menahannya untuk pergi, tapi aku tak bisa karena hal yang terpenting saat ini adalah keselamatan Rose. Dengan menjauh dari hidupku, pasti dia akan aman.

"Aku akan merindukanmu,Just" ucapnya sambil terus memasukkan barang-barangnya kedalam koper hitamnya.

Aku pun hanya tersenyum kecil padanya dari ambang pintu kamarku.

*Rosella Douglas*

Hari terakhir aku berada dirumah Justin, sudah beberapa baju aku masukkan kedalam koperku.

"Aku akan merindukanmu, Just" ujarku padanya. Tapi dia hanya diam dan hanya memberikan seulas senyuman bodohnya itu.

Bisakah dia mengucapkan aku akan merindukanmu juga, padaku?

Sudah cukup lama aku menahan semua ini, melihat Justin terus mendiamkanku, tak mau bicara denganku rasanya aku ingin mati saja.

Tangisan yang selama ini aku tahan dan pendam pun perlahan keluar, aku meremas baju diatas pahaku untuk menahan tangisanku. Tapi aku tak bisa, semakin kutahan semakin keras saja tangisanku.

"Rose?" Tanya Justin yang terlihat khawatir.

Aku melihat kearah Justin dengan tangisan diwajahku, tak bisa kutahan lagi semua luapan emosi dalam hatiku.

"Rgghh" erangku.

Kulemparkan semua barang yang aku bisa raih, baju yang telah aku rapikan didalam koper, bantal, selimut, semua aku lemparkan pada Justin.

"Rose, hei!" Teriak Justin melindungi wajah dengan kedua tangannya.

"I hate you!" Balasku terus melemparkan barang-barang padanya.

Tangisan dan teriakan pun menjadi satu disini.

"You're jackass!"

"I hate you fucking boy!"

"Fuck my life!"

"You're dickhead, Just!"

"Why you're come to my life?!"

"In the end you're leave me!"

"Why you leave me, Just???"

Aku tampak sangat berantakan, seperti orang gila jika bisa dijelaskan. Tapi aku tak peduli, masih banyak baju yang dapat aku lemparkan padanya.

"Rose, tenanglah!"

Justin langsung memeluk tubuh gemetaranku, dia mengeratkan pelukannya saat aku mencoba memberontak darinya. Dia mengunci punggungku dengan kedua tangan besarnya.

"Fuck off from me, you're dickhead!" Bentakku.

"No, I'm not gonna leave you!"

"Then why you push me away? Why you said we're not destiny anymore? Why you leave me in silence?!"

Hanya terdengar isak tangisanku saat aku dipelukannya, tubuhku pun melemas dipelukan Justin.

"Kau tak mencintaiku lagi! Untuk apa aku hidup? Kenapa kau selamatkan aku saat itu? Biarkan saja waktu itu aku mati karena aku lebih memilih mati disaat aku masih yakin jika kau mencintaiku!"

"Rose! Deng- " Teriaknya ingin memotong pembicaraanku.

"Apa kau mencintaiku? Tidak!"

"No! i do! Of course I love you! But like I've said, aku tak bisa memberimu kehidupan yang aman, satu-satunya cara agar kau aman adalah- ya seperti ini" ujar Justin terdengar begitu frustasi. Nafasnya semakin menggebu dan menggebu.

"Dengan mengakhiri semua ini?!" Bentakku padanya, kulepaskan pelukannya agar dapat melihat tepat di kedua matanya  yang berair.

"Aku hanya ingin kau bahagia" desisnya melihat kearah lantai, tangisan dipipinya pun jatuh.

"Aku bahagia bersamamu, Just! Aku ingin dirimu, aku butuh dirimu, apa semua ini kurang? Apa kau ingim tubuhku?? Semua kuberikan untukmu!"

Tangisanku semakin deras saat Justin terdiam membeku mendengarkanku.

"Benarkah,Rose?"

Aku pun hanya mengangguk menjawabnya.

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan, Just. Jangan buat kau menyesali pilihan yang telah kau ambil, jika kita ingin bersama maka lakukanlah, kau tak perlu memikirkan hal seperti itu, kau mengerti?"

Aku beranjak duduk keatas pangkuannya, kulingakarkan tangan dan kakiku ketubuhnya.

Aku tahu dia tak benar-benar mengakhiri semua ini, dia hanya terlalu berpikir bagaimana dengan keselamatanku. Dia selalu menaruh diriku pada prioritas utamanya.

"Rose?" Desisnya.

Aku memeluknya semakin erat, kucium bibirnya penuh dengan penghayatan. Aku kecup bibirnya dan sesekali menggigitnya pelan, meski pada awalnya dia tak membalas, tapi perlahan Justin pun membalas ciumanku.

"Aku mencintaimu,Rose" desahnya disela ciuman.

"Maka dari itu, jangan pernah tinggalkan aku Just, aku akan mati jika hidup tanpa mu"

"Same here, when I've heard about Luke and you are in forced marriage, I think I want to end my life right now"

Untuk beberapa menit kedepan, aku dan Justin hanya akan saling membasahi baju satu sama lain, menciumi wajah satu sama lain dan bercerita betapa kita saling membutuhkan satu sama lain.

"I'm so deadly in love with you,Rose"

So sweet kan??
Hahaha pls comment for next babes :-)

PART KEDEPAN BAKALAN SO SWEET LOH

Deadly » jb/lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang