Don't Rape Me, Zayn

2.3K 258 23
                                    

✨massive thanks for 1k votes, silent readers pls leave ur votes, bikin cerita susah loh ya thx :-(

*Rosella Douglas*

Aku hirup nafasku dalam-dalam, menata pikiranku untuk menerima semua kemungkinan yang akan aku dapatkan seperti bullying tentunya.

"Sialan" desisku.

Saat aku berjalan di koridor kampus dapat kulihat semua orang melihatku dengan tatapan tajamnya. Dari rambut hingga ujung kaki mereka memperhatikanku begitu seksama.

Aku merasa semuanya baik-baik saja, skinny jeans hitam, kaus pink serta jacket bermotifkan snowflakes salju dari Aeropostale, apakah ini terlihat buruk?

"Rose?!" Teriak Ariana begitu kencang, membuatku dapat mendengar teriakannya meski suasana disini sangatlah bising.

"Ari!" Balasku.

Kita pun berpelukan, rasanya kita tak bertemu selama bertahun-tahun.

"Omg! You're back Rose!"

Dia masih memelukku, tapi sedetik kemudian dia melepaskannya.

"Kau tahu kenapa semua orang disini melihatiku seperti ini?" Bisikku ketelinganya.

Ariana pun tersenyum kecil padaku, dia sedikit ragu untuk memberitahu hal yang sebenarnya terjadi.

"Come on,Ari"

"Okay okay, so Selena dan temannya membuat gossip tentangmu selama kau pergi"

"Shit, really??"

***

Untungnya waktu berjalan sangat cepat, aku tak bertemu dengan Selena, gadis si pembuat gossip dan Zayn, sahabat kasarku.

Tapi tiba-tiba saat aku akan mengembalikan buku dilokerku, aku sudah dapat melihat Selena dan Cara berdiri disana.

"Sial" umpatku lirih.

Mereka bertepuk tangan saat aku berjalan kearah mereka, senyuman sinis pun semakin mengembang diwajahnya.

"Ow ow ow, akhirnya si tukang bolos pun kembali"

"Kau benar, tapi bukankah dia tidak masuk karena dia hamil di luar nikah?"

"What the fuck, girls!" Sentakku pada mereka berdua.

"Oh tidak, dia menjadi kasar!"

"Ini pasti karena dia tinggal bersama berandalan itu"

Aku pun hanya terdiam mendengarkan celotehan dari Selena dan Cara. Tumben sekali Gigi tak ikut bersama mereka.

"Tapi sayangnya, Justin tak pantas untuknya ya kan Sel?"

"Kau hanya gadis culun, sama sekali tak pantas untuknya! Come on!"

Tiba-tiba mereka berdua menarik tanganku dengan kuat.

"Lepaskan! Hei!" Teriakku.

Tapi mereka tak peduli, Selena terus saja menarikku kedalam kamar mandi perempuan diujung koridor.

*BRAK*

Mereka menghempaskan badanku kearah dinding dengan kasar sehingga membuat keningku terbentur dan berdarah.

"Argh"

Saat aku berusaha bangun, Zayn dan Gigi pun ikut masuk kedalam toilet ini. Tatapan mata mereka sama tak menyenangkannya dengan Sele dan Cara.

"Shit" umpatku meruntuki diriku sendiri.

"Kau tahukan apa yang harus kau lakukan,Zayn?" Tanya Gigi.

Setelah melihat anggukan dari Zayn, ketiga gadis itu pun pergi. Membuat perasaanku menjadi lebih tak enak.

"Rose?"

Nafasku semakin menggebu saat Zayn semakin mendekat denganku. Nafas rokoknya pun sudah tercium.

"Please no, Zayn"

Elakku mendorong tubuhnya dariku, tapi karena dia terlalu kuat jadi dia dapat langsung menahan kedua tanganku keatas dan menciumiku.

Zayn terus mencium bibirku, aku yang tak dapat berkutik pun tak bisa berbuat apa-apa. Ini benar-benar salah, aku tahu apa yang diinginkan Zayn sore ini.

"No, please"

Zayn hanya menatapiku penuh dengan nafsu, satu tangannya telah menjelahi seluruh lekukan tubuhku lalu kembali mengusap bibirku dan menciumnya lagi.

Ciumannya terus menjalar kebawah, keleherku serta belakang telingaku membuatku tak dapat berhenti mengeluarkan desahan dari mulutku.

"Mmhhh"

"Good"

Zayn terlihat senang saat aku mulai hilang kendali ditangannya. Tapi aku tidaklah seperti itu, yang aku perlukan hanya waktu yang tepat untuk kabur, itu pun jika aku bisa.

"I know you like it, Rose"

Zayn langsung menaikkan satu kakiku untuk melingkar kepinggangnya, dia benar-benar gila. Meski aku terlihat menikmati ciumannya tapi didalam aku sedang berpikir keras untuk dapat kabur darinya.

Disela ciuman dapat kurasakan Zayn terus menggesekkan tubuhnya ketubuhku, sialan.

"Mhhh come on,Justin, fuck me faster please" desahku. Aku sengaja memanggilnya Justin agar dia kecewa.

Sedetik kemudian hal itu pun benar. Zayn langsung melepaskan tubuhku begitu saja.

"You said Justin, bitch?!" Marahnya.

"Benarkah? Apa aku mendesah dengan menyebut nama Justin?" Godaku.

Tatapannya semakin tajam, tentunya Zayn akan marah jika gadis yang sedang make out dengannya malah mendesahkan nama lelaki lain.

Sebuah tamparan yang sangat keras pun mendarat dipipi kiriku. Lebih baik seperti ini dari pada harus kehilangan virginity ku ditangan Zayn, karena tubuhku hanya untuk Justin.

ena ena dikit lah ya :-) padahal besok TO math :-(

omes lagi mode on haha #efekpillowtalk

70votes for next luv

Deadly » jb/lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang