Bagian Delapan - Kata Mutiara Michelangelo

Start from the beginning
                                    

“Kami hanya ingin tahu apakah Elisabeth Etienne pernah membeli sesuatu di toko perhiasan Rousseau?” tanyaku mengalihkan lirikanku dari foto itu.

“Ya, tapi untuk keperluan bisnis. Dia menjualnya kembali pada seorang kolektor benda antik,” jawab Luella.

“Seorang kolektor?” Destiny menegakkan dagunya. “Apakah kau tahu kalau ibumu terlibat dalam sebuah organisasi rahasia bernama Philosopher and Historian Intelligence?”

“Apa?” ulang Luella. Dia tertawa. “Aku tidak tahu.”

“Foto itu akan menjelaskannya.” Destiny menunjuk foto di atas perapian. “Mereka tergabung dalam organisasi rahasia bernama PHI.”

Lagi-lagi Luella tertawa. Tapi tawanya kali ini seperti kaget dan tidak mempercayai ucapan Destiny. “Jangan asal bicara. Mereka adalah murid ibuku.”

“Murid?” Dahiku berkerut heran mendengar ucapannya. Sejak kapan orangtuaku memiliki guru di Perancis? “Maaf, tapi orangtuaku ada di sana. Dan, aku tidak pernah mendengar bahwa orangtuaku memiliki guru. Apalagi di Paris.”

Luella menggelengkan kepalanya. Dia berdiri dari sofa, berjalan menuju perapian, dan menunjuk foto berukuran besar itu. “Ini adalah murid ibuku. Dan ini…” Jari Luella berhenti pada sosok Dr. Mandingo. “…ini rekan ibuku, Dr. Mandingo. Setahuku, mereka berteman dan menjadi sangat akrab sejak saling mengenal. Juga karena mereka memiliki ketertarikan di bidang yang sama.”

Aku menggigit bibirku. Sepertinya wanita ini tidak tahu ibunya adalah anggota kelompok PHI. Mungkin saja karena Elisabeth tak ingin anaknya dikecam bahaya. Sama seperti yang dilakukan orangtuaku.

Destiny berdehem pelan, kelihatan tidak ingin berlama-lama di tempat itu. “Boleh aku tahu kemana dia menjual benda yang dibelinya di toko Rousseau?”

Luella mengangguk. Dia kembali duduk di depan kami sambil membagi pandangan antara aku dan Destiny.

“Aku tidak tahu pasti. Urusan ibuku sangat rahasia sehingga yang kutahu hanyalah, dia memberikan benda itu pada seorang kolektor. Dia hanya meninggalkan pesan sebelum mengirim bendanya pada orang itu.”

“Untuk apa dia mengirimnya?” Kening Destiny berkerut heran.

Benda yang dibeli Elisabeth adalah sebuah perhiasan dari Profesor Rousseau. Dia mengirim benda itu pada seseorang, kolektor benda antik. Aku yakin kolektor itulah pemilik resmi Red Circle. Jadi, Red Circle dibeli melalui seseorang, yakni Elisabeth Etienne. Tapi untuk apa? Toh pemilik Red Circle ini juga memiliki hubungan dengan Profesor Rousseau. Mereka tergabung dalam satu organisasi rahasia.

“Aku tidak tahu. Jangan tanya aku.” Luella mengeluarkan selembar kertas dari sebuah buku. Dia menuliskan sesuatu di sana. “Ini adalah pesan yang ditulis ibuku. Dia menaruh pesan ini pada kotak yang akan dikirimnya pada kolektor benda antik. Aku sempat melihat saat dia menulisnya.” Luella mengulurkan kertas tersebut pada kami.

Destiny menyambar kertas itu, lantas menatapku dengan sebelah alis terangkat heran. Sebuah kalimat yang pernah kutahu berasal dari Michelangelo.

I saw the angel in the marble and carved until set him free (Aku melihat malaikat di marmer dan diukir sampai kubebaskan dia)

Tahu maksudnya?

Barbara’s Point of View

(Playlist: Goodbye-Avril Lavigne)

Ibu, aku merindukanmu. Melihatmu duduk termangu dengan pandangan kosong sungguh menyiksaku. Aku ingin memelukmu dan mengatakan bahwa aku ada di sampingmu, aku masih hidup, aku akan menemanimu. Tapi, aku tak mampu melakukan itu karena tidak mau membuatmu terseret bahaya. Setiap orang yang ikut campur ke dalam duniaku akan dihabisi pemimpin organisasi kami. Aku tidak mau jika kelihangan ibu.

Red  Circle (ON HOLD)Where stories live. Discover now