BAB 2

643K 29.1K 1.2K
                                    

Stephanie ScottasVanilla Arneysa Putri Bharmantyo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Stephanie Scott
as
Vanilla Arneysa Putri Bharmantyo

Hari ke-3 MOS

Vanilla menoleh kesana kemari, mencari sosok Raquella yang menghilang secara misterius. Beberapa menit lalu masih berbicara dengan Vanilla, namun sekarang tidak tahu berada dimana. Ditambah dengan hiruk pikuk para peserta MOS yang sibuk mengejar para pengurus OSIS demi menyelesaikan misi mencari tanda tangan.

Lelah mencari, Vanilla memutuskan untuk duduk di bangku koridor. Keringat mengalir di pelipis Vanilla karena rasa hawa panas yang menyengat kulitnya.

"Kalau tahu gini sih, mending aku bilang ke Papi kalau aku gak mau ikut MOS. Malah si Rara gak tahu hilang kemana. Awas aja, ntar dia main ke rumah, aku suruh blacky kejar dia!" Omel Vanilla sembari mengusap keringatnya.

Vanilla kembali memperhatikan teman-temannya yang lain. Terlihat sangat ambisius untuk menjalankan misi. Sementara dirinya asik duduk tanpa peduli dengan tugas yang diberikan.

Tanpa sadar, ternyata cowok bermata hazel itu bersandar pada pilar di dekat Vanilla. Bersedekap dada sembari memperhatikan Vanilla yang berbicara sendiri. "Kenapa malah duduk disini? Gak ikut cari tanda tangan para artis dadakan?" ucapnya mengejutkan Vanilla.

"Males. Lo ngapain disini? Lo kan ketua OSIS. Hati-hati ntar diserbu sama mereka."

"Memangnya ada larangan kalau ketua OSIS dilarang kesini?" Tanya Dava duduk disebelah Vanilla. Vanilla otomatis bergeser untuk memberikan jarak antara dirinya dan Dava. "Udah dapat tanda tangannya?"

Vanilla menggelengkan kepala sembari memperlihatkan halaman bukunya yang masih bersih. "Kayaknya gue harus cari sekarang. Gue gak mau dapat hukuman dari o dan teman-teman lo itu," Vanilla langsung berdiri dan bersiap untuk pergi. Namun, belum sempat melangkah, Dava malah menahan pergerakannya.

"Sini buku lo,"

"Untuk apa?"

"Untuk dipelototi sampai tanda tangannya keluar sendiri," sarkas Dava.

"Memangnya bisa?"

Tanpa persetujuan Vanilla, Dava langsung merampas buku tersebut dan pergi meninggalkannya begitu saja. Vanilla berteriak memanggil Dava, namun Dava tidak menoleh dan malah mengangkat buku Vanilla sembari terus berjalan lurus.

Vanilla mengangkat bahunya. Baguslah kalau Dava mau mencarikan seluruh tanda tangan untuk Vanilla. Ia jadi tak perlu repot-repot berlari kesana-kemari dan berdesak-desakan.

Sembari menunggu Dava, Vanilla memutuskan untuk pergi membeli minuman. Mungkin saja ia bisa menemukan Raquella yang sampai sekarang belum muncul dihadapannya.

°°°

"Tuh, anak pergi kemana sih? Nyaris satu sekolah gue telusuri, tapi masih aja gak kelihatan batang hidungnya."

If You Know Why [RE-PUBLISH]Where stories live. Discover now