"Ini juga penuh. Atau memang ia menyuruh Icha untuk menjaga dan merawat rumah ini? Mengingat mereka berdua sahabat yang lengket sekali. Eh tapi tunggu, mereka tidak khilaf disini kan?" Olsa mulai curiga dan lihatlah bahkan mimik muka nya sekarang terlihat konyol.

"Ah.. tidak penting." Olsa melenggang pergi, bergegas untuk mandi.

ΔΔΔΔ

Olsa terus memerhatikan jam di dinding. Ini sudah pukul 9 malam, tapi kenapa suami nya tidak kunjung pulang? Bahkan ia sudah membereskan makan malam itu karena tidak kunjung yang ditunggu itu pulang, dan terpaksa ia makan sendiri.

Ia sudah mengunakan baju tidur nya, tapi tidak kunjung untuk tidur, karena ia masih menunggu suami nya itu. Ah sebaiknya diri nya ini menonton tv saja.

Terdengar suara orang membuka pintu utama. Olsa melirik jam, sudah pukul 10. Apa itu suami nya yang pulang? Olsa mematikan tv nya lalu bergegas kepintu utama.

"Kau sudah pulang?" Sapa Olsa lalu menjinjing tas kerja Galih

"Kau juga." Olsa terdiam, kenapa suami nya ini cuek dan dingin sekali?

"Eh.. mau makan? pasti lapar kan?"

"Bikinkan aku susu saja seperti biasa." Tepat! Galih seperti nya dalam mood yang buruk. Apa karena pekerjaan ya?

"Kalau begitu kau mau langsung tidur atau-"

"Aku akan mandi." Galih berjalan kearah kamar

"Mau mandi pakai air hangat at-"

"Air biasa." Galih melepaskan dasi nya lalu menaruh kemeja dan dasi nya diatas ranjang. Dan mulai membuka kancing baju nya.

"Hmm.. baiklah, akan kusiapkan." Olsa menaruh tas kerja Galih diatas ranjang lalu berjalan kearah kamar mandi

Galih memasuki kamar mandi dan mulai untuk mandi. Sementara Olsa membereskan pakaian kerja Galih dan juga tas kerja nya. Membuka lemari dan mengambilkan baju tidur untuk suami nya.

Olsa menyiapkan susu untuk mereka berdua, rasa vanila dan coklat, ya tentu saja.
.
.
.

Olsa menatap punggung suami nya yang sedang tidur membelakangi nya itu, Galih menghadap kearah jendela, sedangkan Olsa telentang dengan kepala miring kearah Galih. Lampu ruangan memang hanya ada lampu tidur, suasana nya remang tapi mengapa Olsa belum tertidur juga? padahal tadi ia juga sudah minum susu.

Olsa memiringkan tubuh nya menghadap Galih, mereka tidur dalam jarak.

"Apa ia sudah tidur ya?"

"Apa pekerjaan nya se stress itu sampai ia acuh padaku?"

"Hmm.. lalu bagaimana dengan besok pagi? apa kondisi nya masih sama nanti?"

"Tapi tunggu! Apa aku telah melakukan kesalahan?"

Olsa memikirkan letak kesalahan nya, dan dia teringat sesuatu

"Apa benar Elsa sudah bercerai dengan Wilson?" Ujar Galih tampak sarat

Olsa menelan ludah, nah.. pasti tentang ini.

"I-iyah." Jawab Olsa takut. Posisi nya masih sama, diri nya yang menghadap ke punggung Galih, dan Galih membelakangi nya

"Kau yang menjadi pengacara nya bukan?" Tanya Galih lagi

"Benar." Olsa menjawab singkat. Bukan kah Galih harus nya senang untuk pada akhirnya Elsa bercerai dengan kak Wilson? setidak nya kan Galih bisa mengejar kembaran nya itu

"Dan pergi kesana tanpa seizin ku?"

Olsa terdiam. Memang dia sengaja tidak bilang pada Galih bahwa dia akan menjadi pengacara Elsa untuk perceraian Elsa-Wilson, dia juga tidak izin dengan Galih kalau diri nya pergi ke Australia. Inilah mungkin kesalahan nya

"Apa kau sudah mengetahui perceraian ini dari awal?" Galih bertanya lagi tanpa repot-repot menghadap Olsa

Lagi-lagi Olsa terdiam. Benar, Olsa sudah mengetahui semua nya sejak awal. Semua nya.

"Maka dari itu kau tidak ingin mempunyai seorang anak dengan ku?"

DEG!

Olsa memejamkan mata nya, pada akhirnya Galih akan tahu semua yang telah ia pikirkan selama ini

"Aku tahu, setelah ini kau akan mengejar Elsa bukan? Pernikahan kita akan sama dengan Elsa, jadi kupikir aku tidak mau mempunyai seorang anak. Bukankah nanti anak itu akan kasihan mendapati orang tua nya yang telah berpisah?" Olsa membela diri. Kalau masalah ini tidak semua salah nya, salahkan saja pada cinta yang membingungkan.

"Apa kau berpikir sependek itu?" Ucapan Galih masih terdengar dingin

"Huh?" Olsa tidak mengerti

"Jika pada pernikahan kita ini kita sudah mempunyai anak, untuk apa aku repot-repot menceraikan mu? bukankah kita sudah bisa bertahan satu sama lain sejauh ini?" Galih menatap kerah jendela yang tertutupi kain itu.

"Lalu bagaimana dengan cinta mu? Kau mau melepas nya begitu saja? Kau lihat bukan, dia sedang tidak dimiliki." ujar Olsa

"Jika bersama mu saja aku bisa melakukan semua, untuk apa aku masih mengejar hal konyol itu. Berhenti memikirkan perasaan ku, aku sudah bersama nya sekian lama, hanya aku yang dapat mengontrol nya."

Olsa terdiam lagi, memang sih perkataan Galih ada benar nya, tidak seharus nya dia ikut mencampuri perasaan pria ini. Memang nya siapa diri nya ini hingga pede nya memikirkan perasaan pria ini? tapi bukan kah memang dia ini istri nya?

"Kurasa, setiap orang harus memperjuangkan cinta nya. Dan hal ini, kau belum melakukan nya untuk Elsa." Ujar Olsa, teori nya memang begitu bagi dia 'setiap orang harus memperjuangkan cinta nya'

"Kau tau? Jauh dilubuk hati ku, aku ingin sekali mempunyai anak. Setidak nya, jika tidak ada orang untuk berbagi cinta, aku masih memiliki buah hati untuk hal itu." Galih menghiraukan teori cinta Olsa

Olsa menatap punggung Galih dengan perasaan bersalah. Ini sebuah pernikahan, tentu saja. Harus nya ia sudah diskusi kan masalah anak, tapi apa ini? Ia bahkan memutuskan begitu saja bahwa pernikahan ini tidak bertahan lama

Olsa mendekat kearah Galih, memeluk Galih dari belakang

"Maaf. Pikiran ku masih terlalu kekanakan. Maafkan aku." Olsa menghirup aroma di tubuh Galih

Galih melepaskan tangan Olsa yang sedang memeluk nya itu, tapi Olsa malah mempererat nya.

"Ck! Keras Kepala!" Ujar Galih kesal

Mereka terdiam dalam beberapa waktu. Sampai pada akhir nya Galih berbalik, lalu memeluk Olsa.

Olsa mendongak, ia ingin menatap wajah suami nya itu. Sudah seminggu dia tidak memperhatikan wajah suaminya, ditambah lagi sepulang nya dia dirumah Galih bersikap acuh.

Galih menedekatkan wajah nya ke wajah Olsa

"Kita harus tidur." Ucap Galih pelan. Dilumat nya bibir Olsa perlahan dan lembut, bukan sebuah gairah, cinta maupun sayang. Hanya sebuah ciuman, mungkin kerinduan.

Triangle by Riani ✔Where stories live. Discover now