Sejahat ini?

1.1K 16 0
                                    

Author POV

"Bangun wanita jalang!" Olsa mengerak-gerak kan mata nya. Berusaha bangun. Namun, ia teringat bahwa mata nya dipaksa untuk terus tertutup. Entah mengapa, badan nya kini tidak lemas lagi. Agak sedikit bertenaga. Seketika udara dingin menerpa kulit nya. Dan banyak angin-angin malam yang terus meniup baju nya kebelakang.

"Bagaimana ini boss?"

"Suami nya tidak peduli pada nya. Ia tidak kunjung kemari memberikan uang 2 milyar itu. Sebaiknya kita terjunkan wanita ini saja."

"Baik bos!" Olsa dituntun nya berjalan

"Ini adalah hari terakhirmu. Kami memberikan mu kesempatan untuk melihat langit malam untuk terakhir kali nya." Si boss menengadahkan kepala Olsa. Lalu perlahan melepaskan ikatan mata.

Olsa mengerjapkan mata nya berkali-kali. Mengadaptasi cahaya. Mata nya terasa lengket karena menangis tadi. Ia memandangi langit malam yang cerah. Ada bulan purnama disana. Perlahan pandangan nya turun kebawah. Dapat dilihat nya cakrawala yang tidak jelas karena banyak nya gedung yang tinggi menjulang. Dirasakan nya ikatan pada tangan dibelakang tubuh nya telah dilepas. Olsa menurunkan terus pandangan nya ke bawah sambil memegang pembatas gedung ini.

"Kau harus loncat. Atau kami yang mendorong nya." ujar pria yang telah menculik nya itu

Olsa mengangguk. Lalu pandangan nya melonggok kebawah. Melihat dasar dari pandangan nya. Mengira seberapa tinggi nya gedung ini. Tidak terlalu tinggi tapi cukup membuat nya pusing. Ia masih dapat melihat kebawah ada beberapa orang berlari lalu setelah nya ada cahaya-cahaya lucu membentuk sesuatu. Orang-orang itu berlari lagi kedalam gedung dan tak muncul lagi.

Olsa mengerjap kan mata nya berkali-kali lagi. Membaca sebuah tulisan yang terangkai melalui cahaya-cahaya di bawah itu. Diri nya menegang, setelah membaca tulisan cahaya itu yang ia yakini dari banyak nya lilin yang disusun rapi.

"Happy Birthday, Zeze. Happy Birthday." Cengkraman tangan nya menguat pada pembatas gedung, suara itu, suara yang familiar. Suara suami nya, Galih. Galih sedang berada di belakang tubuh nya. menempel sempurna pada tubuh kecil nya. Kepala Galih sedikit condong ke telinga Olsa, dan membisikkan kata itu tepat di telinga Olsa

Olsa masih tercekat dan tertegun. Mata nya masih terpaku pada tulisan cahaya 'Happy Birthday!' Heh! jadi ini suatu kejutan?

Galih lalu berpindah ke samping kanan Olsa dan membalikkan tubuh istri nya. Ia mengamati lekat wajah Olsa yang sudah sembab begitu. Galih memang telah merencanakan semua nya, semua hari buruk Olsa. Kecuali masalah ban kempes itu. Kalau itu murni takdir. Galih merencanakan supaya tidak ada seorang pun yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Olsa. Sengaja membuat istri nya telat kuliah. Sengaja bertengkar. Dan sengaja ada culik-menculik. Semua nya berhasil.

Olsa menatap suami nya tidak percaya. Jadi keburukan nya ini sudah di rekayasa oleh pria sialan ini? Dia sudah menghabiskan seluruh tenaga dan batin nya hanya untuk menjalani permainan Galih ini? Dan apa ini? semua keluarga, sahabat, dan teman nya sedang berkumpul disini? menyaksikan adegan nista ini?

"Maafkan aku Zeze. Maafkan aku yang selalu sibuk. Selalu sibuk hingga lupa kau pun membutuhkan perhatian dari diriku. Maafkan aku yang tidak mengerti mu, bahwa kau perlu proses pendewasaan penghadapi sebuah pernikahan. Maafkan aku Zeze." Galih berucap dengan tulus nya.

PLAK!

"Hah?" sebuah suara dari samping mereka tampak terkejut. Terkejut karena Olsa menampar Galih

Sebuah tamparan telak mampir pada pipi mulus Galih. Galih tidak beranjak dari posisi nya. Dengan keadaan kepala yang miring ke kanan. Menghadap ke halaman gedung, dimana cahaya itu masih menyala.

Galih kemudian menoleh kearah Olsa kembali, sambil memegangi pipi nya yang panas itu akibat sebuah tamparan keras. Ia menatap Olsa didepan nya, mata Olsa terlihat membara, dada nya sedang mengembang dan mengempis, bertanda bahwa ia sedang sangat emosi. Apakah Olsa sangat marah dengan diri nya? sampai-sampai ia berani menampar diri nya? suatu hal yang tidak pernah dilakukan Olsa meski mereka bertengkar hebat sekalipun. Apakah Olsa kini sedang berada pada puncak kemarahan nya? Lalu jika seperti ini, akan kah ia mampu untuk dimaafkan oleh istri nya itu? Apakah ia kelewat keterlaluan? Kecemasan sedang menghinggapi perasaan Galih. Ia tidak memperdulikan tatapan orang lain di atas gedung ini yang sedang menatap nya iba. Fokus nya hanya pada 'apakah aku bisa dimaafkan?'

Dengan wajah yang masih penuh emosi, Olsa menarik kerah baju Galih. Menarik tubuh Galih untuk mendekat kearah nya. Galih hanya menurut, istri nya ini sedang marah sekali seperti nya, dan ia berharap-harap takut.
Chup!

Olsa mencium bibir Galih. Hanya menempel disana. Mata Olsa memejam, merasakan betapa lama nya bibir mereka tidak bersentuhan seperti ini. Galih melotot tidak percaya pada apa yang sedang terjadi, Olsa mencium nya?

Tangan kiri Olsa menahan tenguk Galih, untuk memperdalam ciuman nya. Sedangkan kanan kiri nya mengelus pipi kiri Galih dengan punggung tangan nya, dimana ia sudah menampar nya tadi. Olsa melumat bibir Galih, menyalurkan rasa bahwa 'aku tidak marah'. Galih memejamkan mata nya, dan mulai membalas lumatan Olsa. Tangan nya mengalung ke pinggang Olsa. Semua akan indah pada akhir nya.

Mereka melepaskan ciuman itu. Dan kemudian saling tersenyum.

"Apakah ucapan nya telat?"

"Kau bahkan orang pertama kali nya yang memberikan ku kejutan se jahat ini." Galih hanya terkekeh

"Maaf ya."

"Kurasa semua nya impas dengan tamparan ku tadi." Olsa melipat tangan nya di depan dada

"Ayo! masih ada kue disana." Galih merangkul Olsa, lalu membawa nya ke tengah. dan dengan serempak mereka berteriak

"Happy Birthday Olsaurellia Hocka Viergo!!" Teriak Mom and Dad, Ibu dan Ayah, Putri, Yasmin, Ulfah, Salma, Ricky, Adam, Yusuf, Fitri dan Salsa. 13 orang dalam satu ucapan.

"Ck! Nama itu?" Olsa meminta penjelasan pada Galih

"Aku sudah men-sah kan nya."

Triangle by Riani ✔Where stories live. Discover now