Matahari sore di London menembus jendela kaca besar rumah keluarga Partigon-Wave. Suasana hangat, terdengar tawa anak-anak bercampur dengan suara televisi.
Elliot berdiri di dapur, sibuk menyiapkan kue tart kecil untuk ulang tahun Bastian yang ke-4. Sementara itu, Nicolas duduk di sofa dengan ekspresi “pasrah”, karena dua anaknya yang lebih besar sedang ribut di ruang tamu.
“Bentry! Balikin remote! Itu giliran aku main!” Alex berteriak, wajahnya merah.
“Kalau mau main, belajar dulu. Nilaimu kemarin aja nyaris jelek, Lex.” Bentry menjawab dengan cool, sambil mengangkat remote tinggi-tinggi agar adiknya nggak bisa meraih.
“Aku belajar kok! Papa, bilangin dong ke Bentry!” Alex lari ke arah Nicolas, merengek sambil menarik lengan ayahnya.
Nicolas menghela napas panjang, menatap Elliot di dapur. “See? This is harder than racing, Ell.”
Elliot terkekeh, menoleh sebentar. “Kamu yang mau punya tiga anak, Nic. Enjoy the chaos.”
“Three kids? You mean three hurricanes,” gumam Nicolas, meski senyumnya tipis tetap muncul.
---
Bastian kecil tiba-tiba muncul dengan piyama dinosaurusnya, berlari sambil membawa mainan mobil. “Papa! Papa! Vroom vroom! Aku mau jadi racer kayak Papa!”
Nicolas langsung luluh. Ia menunduk, mengangkat Bastian ke pangkuannya. “Oh yeah? You wanna beat Papa in the race?”
“Yesss!” Bastian menjawab penuh semangat.
Bentry mendengus, “Please, Pa, dia masih kecil. Aku dulu aja yang balapan beneran.”
Alex langsung protes, “Nooo! Aku juga mau balapan! Aku jago main game balap loh, Pa.”
Nicolas memandang ketiga anaknya, lalu memeluk Bastian erat. “Dengar ya, kalian bertiga… siapa pun yang mau balapan, Papa akan selalu jadi fans nomor satu kalian. Tapi ingat, satu hal-” Nicolas menatap tajam ke arah Bentry, yang langsung merasa diperhatikan. “Don’t ever forget family comes first. Always.”
Elliot, yang mendengar itu dari dapur, menatap Nicolas dengan senyum hangat.
---
Malamnya, setelah pesta kecil ulang tahun selesai, anak-anak sudah tidur. Elliot dan Nicolas duduk berdua di balkon rumah, menikmati secangkir wine. Lampu kota berkilau di kejauhan.
“Kamu sadar nggak,” Elliot membuka percakapan, “hidup kita berubah gila-gilaan. Dulu kamu cuma pembalap yang sibuk sama mesin dan podium. Aku cuma atlet renang yang jatuh cinta sama orang keras kepala. Now look at us three kids, rumah penuh ribut, dan aku masih bisa gila liat senyum kamu.”
Nicolas menoleh, menatap wajah Elliot yang kini lebih matang, lebih dewasa, tapi tetap cantik seperti dulu. Ia menyentuh tangan Elliot, menggenggam erat.
“Aku juga kadang nggak percaya. Tapi kalau aku dikasih pilihan… jadi juara dunia sepuluh kali atau punya kamu sama anak-anak…” Nicolas tersenyum lembut. “…I’ll choose this life. Every single time.”
Elliot tertawa kecil, lalu kepalanya bersandar di bahu Nicolas. “You’ve changed, Nic. Dulu kamu arogan, keras kepala, bahkan bikin aku nangis berkali-kali. Tapi sekarang… kamu jadi Papa yang paling sabar.”
“Not really sabar sih,” Nicolas menyela, mengingat keributan tadi sore. “Tapi ya… I’m learning.”
Mereka tertawa bersama, lalu saling berciuman pelan di bawah cahaya bulan.
Di kamar, Bentry tidur dengan earphone mendengarkan musik rock, Alex memeluk boneka mobil balapnya, dan Bastian mengigau sambil berkata, “Papa… vroom vroom…”
Malam itu, keluarga kecil mereka kembali membuktikan satu hal: cinta yang dulu lahir dari lintasan dan laut kini tumbuh menjadi rumah. Rumah yang riuh, penuh tawa, tangis, dan kehangatan.
Dan itu adalah balapan paling indah yang pernah dimenangkan Nicolas dan Elliot.
ESTÁS LEYENDO
Between the Track and the Waves • Williamest [END]
Novela JuvenilDuh maaf ya kalo acak acak wkwkwk,gara gara lihat foto William itu di X jadi pengen buat ceritanya kaya f1 gitu, berhubungan author juga suka nontonin f1. happy reading. HANYA FIKSI GA NYATA YAAAAAA...... sinopsis dikit: Nicolas Partigon, seorang pe...
![Between the Track and the Waves • Williamest [END]](https://img.wattpad.com/cover/400044515-64-k340518.jpg)