Breaking News, Broken Silence

301 40 0
                                        


Suara kamera, teriakan paparazzi, dan kilatan flash memenuhi seluruh ruangan. Elliot berdiri kaku di belakang Nicolas, jantungnya berdegup kencang, tidak pernah membayangkan momen latihan privatnya berubah jadi bahan konsumsi publik.

“Mr. Partigon! Are you dating him?!”
“Look here, both of you! A smile, please!”
“Tell us, Nicolas, is this the new scandal after Monaco?”

Suara-suara itu bercampur, menusuk telinga. Elliot ingin berteriak, ingin kabur, tapi tubuhnya tak bisa bergerak.

Nicolas, dengan ketenangan khasnya, menatap paparazzi dengan tatapan tajam. “No comments.” Ia menarik handuk, menyampirkannya ke tubuh Elliot, lalu menggenggam tangan pria itu lebih erat.

“Let’s go.”

Elliot ditarik keluar melewati kerumunan, melewati kilatan lampu kamera yang terasa menyilaukan seperti ribuan petir. Suara-suara itu masih mengejar: dating rumors, secret affair, swimmer-boyfriend.

Begitu mereka berhasil masuk ke dalam mobil hitam yang sudah menunggu, Elliot langsung menunduk, kedua tangannya menutupi wajah.

“Nicolas… what just happened?” suaranya bergetar.

Nicolas duduk di sampingnya, napasnya dalam, wajahnya sedikit tegang. “They found us earlier than I thought.”

Elliot menoleh cepat, tatapannya penuh kebingungan. “You knew this would happen?!”

Nicolas menatapnya balik, mata hijaunya serius. “Elliot, I’m Nicolas Partigon. Every move I make is being watched. Of course they would notice if I kept showing up around you.”

Elliot terdiam. Kata-kata itu menghantamnya keras. Ia tahu Nicolas terkenal, ia tahu hidup pria itu penuh sorotan, tapi… ia tidak siap.

---

Malam itu, berita meledak di seluruh media.

“BREAKING NEWS: World Champion Racer Nicolas Partigon Spotted With Mysterious Swimmer in London”
“Is Nicolas Dating Olympic Hopeful Elliot Suntharasami?”
“Love in the Fast Lane: Racer and Swimmer Romance Rumors”

Foto-foto mereka di kolam renang muncul di layar televisi, portal berita online, bahkan trending di Twitter. Elliot melihat semua itu dari kamar apartemennya, tangannya gemetar memegang ponsel.

Notifikasi pesan masuk bertubi-tubi. Teman-temannya, pelatih, bahkan keluarganya dari Bangkok mulai bertanya-tanya.

“Elliot, apa benar itu kamu?”
“Kamu serius pacaran sama dia?”
“Hati-hati, jangan sampai karier kamu rusak gara-gara ini.”

Elliot menutup layar ponsel, dadanya sesak.

---

Tak lama kemudian, bel apartemen berbunyi keras. Ding-dong. Ding-dong.

Dengan langkah ragu, Elliot membuka pintu. Nicolas berdiri di sana dengan hoodie hitam, wajahnya sedikit tertutup topi.

“Let me in,” katanya singkat.

Begitu pintu tertutup, Elliot langsung meledak. “Nicolas, ini gila! Semua orang bicara tentang kita! Karierku bisa hancur kalau mereka pikir aku cuma numpang tenar!”

Nicolas menatapnya, wajahnya tetap tenang tapi sorot matanya penuh ketegangan. “Do you care that much about what they think?”

“Of course I do!” Elliot hampir berteriak. “Aku kerja keras selama ini, latihan siang malam, demi Olimpiade. Kalau namaku jadi gosip murahan di tabloid, semua pengorbananku akan sia-sia!”

Nicolas mendekat, jaraknya hanya sejengkal. “And what about me, Elliot? Do you think it’s easy for me too? I risk everything being here with you.”

“Then why did you come?!” Elliot balas menatap dengan mata memerah. “Kenapa kamu nggak biarin aku hidup normal aja?”

Keheningan memenuhi ruangan. Nafas mereka terdengar berat, emosi memuncak.

Nicolas menunduk sebentar, lalu suaranya pelan. “Because… I can’t stay away from you.”

Kata-kata itu membuat Elliot terdiam. Dadanya berdesir aneh.

“Aku tahu ini sulit. I know this will hurt both of us. But when I see you, Elliot… everything else disappears. And I don’t care what the world says.”

Elliot menggigit bibir, matanya berkaca-kaca. Ia ingin marah, tapi bagian lain dari dirinya ingin percaya. Ingin merasakan perasaan yang Nicolas bicarakan.

Namun sebelum ia bisa menjawab, ponselnya kembali berdering. Kali ini nama yang muncul membuatnya membeku: Coach Harrison.

Dengan tangan bergetar, Elliot mengangkat.
“Coach…”

Suara berat sang pelatih terdengar serius dari seberang. “Elliot. We need to talk. Tomorrow morning. About the rumors… and your future.”

Klik. Sambungan terputus.

Elliot menatap ponsel dengan wajah pucat. Ia merasa seluruh duniannya runtuh.

Nicolas melihat ekspresi itu, lalu meraih bahu Elliot. “Don’t worry. I’ll handle this.”

Elliot menoleh dengan mata berkaca-kaca. “No, Nicolas. This is my career… not yours.”

Untuk pertama kalinya, Nicolas tak bisa menjawab. Ia hanya menatap Elliot lama, lalu menarik pria itu ke dalam pelukan.

“Then let me be here,” bisiknya. “At least let me be the one who stays.”

Elliot menutup mata, air matanya jatuh di bahu Nicolas. Di tengah hiruk pikuk dunia luar, hanya dekapan itu yang membuatnya merasa aman.

Tapi ia tahu besok segalanya akan berubah.

Between the Track and the Waves • Williamest [END]Where stories live. Discover now