First Splash of Jealousy

355 40 0
                                        

Pagi di London cukup sejuk. Cahaya matahari menembus tirai apartemen Elliot, membuat matanya perlahan terbuka. Ia mengeliat pelan di ranjang, lalu meraih ponselnya di meja samping. Notifikasi pertama yang muncul membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Nicolas Partigon: Morning, swimmer. Did you sleep well?

Elliot otomatis tersenyum. Baru beberapa detik bangun, tapi mood-nya sudah bagus hanya karena satu pesan itu. Ia menggulung tubuhnya di selimut, lalu mengetik balasan.

Elliot: Morning, racer. Slept well. You?

Tak butuh waktu lama, balasan masuk.

Nicolas: Not really. Kept thinking about you.

Elliot langsung menutup wajahnya dengan bantal. “Oh my god, what is this…” gumamnya dengan suara kecil. Pipinya memanas, jantungnya berdetak kencang. Ia mengetik balasan dengan tangan gemetar.

Elliot: Stop teasing me. I’m not used to this.
Nicolas: Get used to it, then.

Elliot menggigit bibirnya. Bukan hanya cara Nicolas berbicara yang membuatnya gemetar, tapi keseriusan yang bisa ia rasakan di balik kalimat sederhana itu.

---

Hari itu, Elliot sudah berjanji bertemu dengan teman-temannya di kolam renang umum. Ia butuh refreshing setelah malam yang cukup intens dengan Nicolas. Begitu tiba, ia melihat Pergas, Benz, dan Channarong sudah duduk di kursi pinggir kolam sambil bercanda.

“Finally!” seru Benz ketika melihat Elliot datang. “Kamu telat, bro. Lagi sibuk sama siapa, hah?”

Elliot mengangkat alis. “Apa maksudmu?”

Channarong menyipitkan mata. “Don’t play dumb. Muka kamu glowing banget pagi ini. Ada yang bikin bahagia, ya?”

Pergas menambahkan dengan nada menggoda, “Jangan-jangan… itu pembalap keren yang lagi trending di TV, huh?”

Elliot tersedak air minumnya. “W-what?! Nggak ada, kok! Aku cuma… tidur nyenyak.”

Benz langsung menepuk bahunya. “Bro, kalau tidur nyenyak bisa bikin kamu senyum terus gini, gue juga mau.”

Mereka semua tertawa, sementara Elliot hanya bisa nyengir sambil berusaha menyembunyikan wajahnya yang merah.

---

Di sisi lain kota, Nicolas sedang duduk bersama Erwin, Jey, dan Kevin di sebuah café. Para sahabatnya itu tahu betul kalau Nicolas jarang terlihat distracted. Biasanya fokus Nicolas hanya ke dua hal: balapan dan bisnis keluarganya. Tapi hari ini, Nicolas duduk sambil menatap layar ponsel dengan senyum tipis.

Erwin melirik Jey lalu Kevin, sebelum akhirnya membuka suara. “Alright, spill it, man. Siapa cewek atau cowok yang bikin lo senyum-senyum sendiri kayak gitu?”

Nicolas mendongak, menatap mereka santai. “Cowok.”

Kevin hampir menyemburkan kopi yang baru saja ia teguk. “Wait...WHAT? Are you serious, Nic?”

“Yeah,” jawab Nicolas singkat, seolah hal itu sama sekali bukan masalah.

Jey bersiul panjang. “Damn. Gue kira nggak bakal ada yang bisa bikin lo kayak gini. So, siapa dia?”

Nicolas menatap ke luar jendela sebentar, lalu kembali ke teman-temannya. “Namanya Elliot. Atlet renang. Thailand-American. He’s… different.”

Erwin menatapnya lekat-lekat. “Different in a good way?”

“More than good,” jawab Nicolas, kali ini dengan senyum yang jarang ia tunjukkan.

---

Sore itu, setelah sesi latihan renang selesai, Elliot duduk di pinggir kolam dengan rambut basah. Ia baru saja membuka ponselnya ketika sebuah pesan masuk.

Nicolas: I’m outside.

Mata Elliot melebar. Ia buru-buru menoleh ke arah pintu masuk, dan benar saja Nicolas berdiri di sana dengan kacamata hitam, jaket kulit hitam, dan aura cool yang langsung menarik perhatian banyak orang di sekitar kolam.

“Shit…” Elliot menutupi wajahnya.

Benz, yang memperhatikan reaksi Elliot, segera menoleh ke pintu. “No way… THAT’S Nicolas Partigon!”

Channarong hampir menjatuhkan botol minum. “Elliot! Kamu kenal dia beneran?!”

Pergas menepuk kening. “Astaga, pantas aja kamu senyum-senyum dari tadi!”

Elliot panik. “Sssh! Jangan ribut!”

Namun sudah terlambat. Beberapa orang di sekitar kolam mulai berbisik-bisik dan memotret Nicolas yang berjalan mendekat. Aura seorang pembalap terkenal jelas tidak bisa disembunyikan.

Nicolas melepas kacamata hitamnya begitu sampai di depan Elliot, menatapnya dengan tatapan yang bikin suasana langsung jadi tegang. “You didn’t tell me you’d be here.”

Elliot berdiri, berusaha menjaga ekspresi wajahnya agar tetap tenang. “I… I didn’t know you’d come.”

Nicolas menoleh sebentar ke arah teman-teman Elliot yang sedang menatap mereka dengan mulut terbuka. “Are you going to introduce me to your friends?”

Elliot terdiam, lalu menghela nafas. “Guys… this is Nicolas.”

Benz langsung berdiri, setengah tidak percaya. “Holy shit, ini gila banget. Gue ngefans sama lo, bro. Mobil lo waktu di Monaco… legendary!”

Nicolas hanya mengangguk sopan, lalu kembali fokus pada Elliot. “Can we talk?”

Elliot bisa merasakan tatapan penasaran dari teman-temannya. Ia akhirnya mengangguk pelan. “Okay. Let’s talk.”

---

Mereka berjalan ke taman kecil di dekat kolam renang. Suasana agak lebih sepi, meski beberapa orang masih melirik karena Nicolas jelas mencolok.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Elliot begitu mereka berhenti.

Nicolas memasukkan kedua tangannya ke saku jaket. “I wanted to see you.”

Elliot menghela nafas. “Nic… kamu sadar kan kalau banyak orang di sekitar kita? Kalau ada media, bisa jadi gosip besar.”

“Let them talk,” balas Nicolas tegas.

Elliot menatapnya tak percaya. “You don’t care?”

“No. The only thing I care about right now is you.”

Kata-kata itu membuat Elliot terdiam. Ada kehangatan aneh yang merayap di dadanya, bercampur dengan ketakutan. Ia tahu betul apa artinya jika hubungan mereka terekspos ke publik.

Namun sebelum ia sempat menjawab, tiba-tiba sebuah suara terdengar.

“Elliot!”

Mereka berdua menoleh. Pergas, Benz, dan Channarong berlari mendekat, ekspresi wajah mereka campuran antara terkejut dan khawatir.

“Media udah mulai ngumpul di depan, bro,” kata Benz cepat. “Kalau kalian ketahuan bareng di sini, habis deh.”

Elliot menatap Nicolas dengan panik. “See?! This is what I’m talking about!”

Nicolas hanya menatap balik dengan tatapan tajam. “Then maybe it’s time I stop hiding.”

Elliot terdiam, tidak tahu harus berkata apa.

Between the Track and the Waves • Williamest [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon