Setelah beberapa ketukan-belum kunjung terbuka pintu dihadapan mereka. Draco menarik napas panjang, melirik Harry yang masih berdiri kaku di sebelahnya.
Di depan mereka, Rumah The Burrow berdiri menjulang dengan segala keunikannya-atap yang seolah bisa jatuh kapan saja, dinding penuh tambalan, dan taman kecil yang dipenuhi tanaman liar.
Harry, dengan wajah penuh kebingungan dan sedikit gugup, memandang pintu depan rumah itu seolah-olah itu adalah arena duel.
Draco meraih bahu Harry, memutar tubuhnya sehingga mereka saling berhadapan.
"Dengar, Harry" katanya pelan, suaranya tidak mengandung sarkasme kali ini.
"Granger dan Weasley mungkin satu-satunya saksi kunci yang benar-benar bisa membantumu. Mereka mengenalmu lebih lama daripada siapa pun, dan kementerian tidak akan punya alasan untuk meragukan kesaksian mereka."
Harry menelan ludah, matanya menatap penuh keraguan. "Tapi, Draco... aku bahkan tidak ingat wajah mereka."
Draco terdiam sejenak, ekspresi di wajahnya berubah. Ada sedikit kejutan, tapi dengan cepat dia menutupi itu. Dia menggenggam tangan Harry, memberinya tekanan lembut.
"Kau tidak perlu ingat. Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Kalau pun kau tidak tahu harus bilang apa, aku di sini. Aku akan menjelaskan semuanya."
Harry mengangguk perlahan, meskipun rasa gugupnya masih terlihat jelas.
Sebelum Draco kembali mengetuk pintu, tiba-tiba pintu terbuka, dan di sana berdiri Ron Weasley, rambutnya kusut, matanya setengah terpejam seperti baru bangun tidur.
Ron terdiam, memandang Harry dengan mulut menganga, sementara Harry menatapnya dengan ekspresi kosong.
Draco, yang tentu saja tidak bisa melewatkan kesempatan untuk menyindir, berkata dengan suara mencemooh.
"Ah, Ronald. Masih tampan seperti biasa, atau haruskah aku bilang, lebih mirip troll pagi hari?"
Ron mengerutkan alis, lalu balas menyentak, "Draco Malfoy? Apa kau lupa bagaimana mengetuk pintu? Atau memang Malfoy tidak diajarkan sopan santun?"
Harry berdiri diam di antara mereka, seperti anak kecil yang tersesat di tengah keramaian. Tatapannya beralih dari Ron ke Draco, lalu kembali lagi, sebelum dia berkata lirih.
"Kau... kau Ron, ya?"
Ron yang awalnya hendak membalas Draco, kini terpaku. Matanya membelalak.
"Apa? Harry, tentu saja ini aku! Ron! Kau ingat aku, kan?"
Sebelum Harry bisa menjawab, suara langkah kaki cepat terdengar, diikuti dengan teriakan penuh semangat.
"HARRY!" Hermione muncul dari dalam rumah dengan rambut liarnya yang khas, langsung berlari dan memeluk Harry erat.
Harry terpaku, tubuhnya kaku dalam pelukan Hermione, sementara Draco berdiri di sebelah mereka dengan ekspresi yang perlahan berubah menjadi kemarahan.
"Baiklah, Granger, kau bisa berhenti menghancurkan Harry-ku sekarang."
Namun, Hermione tidak mendengar. Dia malah menarik wajah Harry, menatapnya lekat-lekat dengan mata penuh air mata.
"Harry... astaga, Harry! Kami begitu khawatir! Kau baik-baik saja, kan? Astaga, kau kurus sekali."
Draco melipat tangan di dada, ekspresinya seperti naga yang bersiap menyemburkan api.
ESTÁS LEYENDO
If Tomorrow Was Yesterday | Drarry
Fanfiction𝑺𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊, 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒅𝒊 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒕𝒖𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒎𝒖. 𝑰𝒕𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒓𝒓𝒚 𝑷𝒐𝒕𝒕𝒆𝒓. ⸻Draco Malfoy 𝑫𝒖𝒍𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈�...
