~~ Chapter 10 ~~

1.1K 89 4
                                        

Waktu berlalu begitu cepat, bagai pasir yang lolos dari genggaman. Beberapa bulan telah berlalu sejak Harry dan Draco memutuskan untuk bersama. Setiap hari, Draco selalu menyempatkan diri untuk mengantar jemput Harry, bahkan terkadang ia ikut mengajar di sekolah tempat Harry bekerja. Meski sikapnya masih sama dingin dan sarkastik, Harry bisa merasakan ketulusan di balik semua itu.

Draco semakin sibuk dengan pekerjaannya sebagai Auror. Seringkali ia pulang larut malam atau bahkan tidak pulang sama sekali karena harus bertugas di luar kota.

Harry memahami betul kesibukan Draco. Ia tahu bahwa tugas Draco sangat penting, dan ia bangga melihat Draco menjadi seseorang yang begitu berdedikasi pada pekerjaannya.

Malam itu, Harry duduk di kamarnya sambil menatap album foto yang telah ia buat. Album itu berisi kumpulan foto-foto Draco dari berbagai momen. Ada foto Draco saat sedang tersenyum tipis, foto Draco yang sedang fokus bekerja, bahkan ada foto candid Draco saat sedang tidur. Setiap foto dilengkapi dengan keterangan yang ditulis tangan oleh Harry.

Di halaman pertama album, terdapat sebuah tulisan indah yang ditulis dengan tinta emas:

"𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤𝐤𝐮, 𝐃𝐢𝐫𝐢𝐤𝐮 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢. 𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐃𝐫𝐚𝐜𝐨 𝐌𝐚𝐥𝐟𝐨𝐲, 𝐏𝐫𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐮 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢."

Tulisan itu adalah pengingat bagi Harry di masa depan, ketika ingatannya mulai memudar.

Harry membalik halaman demi halaman. Di setiap halaman, terdapat catatan tentang Draco, mulai dari hal-hal kecil seperti makanan kesukaannya, warna favoritnya, hingga mimpi-mimpi yang ingin ia raih. Ada juga surat-surat cinta yang pernah ia tulis untuk Draco, namun tidak pernah berani untuk diberikan.

"𝐃𝐫𝐚𝐜𝐨 𝐌𝐚𝐥𝐟𝐨𝐲, 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐚𝐫𝐚𝐡 𝐦𝐮𝐫𝐧𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐦𝐛𝐮𝐭. 𝐃𝐢𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐝𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐝𝐮𝐥𝐢, 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢𝐚 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐝𝐮𝐥𝐢 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠-𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐧𝐲𝐚. 𝐃𝐢𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐡𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐣𝐮𝐛𝐚𝐡, 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐮𝐫𝐨𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐣𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠𝐢 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚 𝐬𝐢𝐡𝐢𝐫. 𝐀𝐤𝐮 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐦𝐮." tulis Harry dalam salah satu halaman.

Harry terus menulis di album itu. Ia menuliskan semua perasaan dan pikirannya, seolah-olah sedang berbicara dengan dirinya sendiri di masa depan. Ia berharap suatu saat nanti, ketika ingatannya sudah mulai memudar, ia masih bisa mengingat Draco melalui album ini. Harry tersenyum tipis, jari-jarinya membelai foto Draco yang sedang tertawa kecil. Album kulit hitam itu terasa hangat di tangannya, seakan menyimpan jutaan kenangan manis.

Album itu bukan sekadar kumpulan foto. Setiap halamannya adalah sebuah karya seni. Harry telah mendesainnya dengan penuh cinta. Kertas-kertas berkualitas tinggi berwarna krem dipilihnya dengan hati-hati, lalu dihiasi dengan pita satin berwarna perak yang berkilau lembut.

Setiap foto ditempelkan dengan rapi menggunakan sudut foto berlapis emas, seolah membingkai setiap momen berharga dalam hidupnya.

Di samping setiap foto, Harry menuliskan catatan kecil dengan tangannya yang indah. Catatan itu berisi tanggal, tempat, dan perasaan yang ia rasakan saat foto itu diambil. Ada juga kutipan-kutipan puisi yang ia tulis sendiri, yang menggambarkan cinta dan kekagumannya pada Draco.

If Tomorrow Was Yesterday | DrarryWhere stories live. Discover now