Kini mereka telah sampai di Portobello Road yang penuh warna. Deretan toko-toko antik dengan papan kayu tua berbaris di sepanjang jalan. Bau wafel hangat dan kopi bercampur dengan aroma debu dari barang-barang tua yang berjejer di etalase.
Harry berjalan dengan antusias, matanya berbinar seperti anak kecil di taman hiburan.
"Lihat! Jam kuno itu pasti punya cerita seru, ya? Mungkin dulu digunakan oleh raja-raja!" serunya sambil menunjuk jam dinding besar dengan bingkai emas yang mulai mengelupas.
Draco, yang berjalan di sampingnya dengan tangan terselip di saku celananya, melirik sekilas ke arah jam itu sebelum mendengus.
"Atau mungkin itu hanya barang murah yang dicat ulang untuk membuat para Muggle bodoh merasa seperti bangsawan."
Harry tertawa kecil, tak terpengaruh oleh komentar sarkastis Draco. Ia memandang Draco dengan senyum yang tak pernah pudar.
"Kau selalu punya cara untuk merusak imajinasi, ya?"
"Bukan salahku kalau imajinasimu terlalu liar, Potter," balas Draco datar.
Harry melangkah ke salah satu toko, memandangi rak penuh barang antik dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
"Menurutmu ini apa?" tanyanya sambil mengangkat benda logam berbentuk aneh.
Draco menatapnya sekilas. "Itu alat pembuka botol. Kau benar-benar tidak tahu, ya?"
Harry mengangguk polos. "Aku hanya ingin memastikan. Kau tahu banyak hal, Malfoy."
Draco terdiam sejenak, terkejut oleh tatapan penuh kekaguman yang diberikan Harry. Sesuatu di dalam dirinya terasa hangat, meski ia segera menyembunyikannya dengan mendengus.
"Tentu saja aku tahu. Berbeda denganmu yang tumbuh bersama Muggle tapi tidak mengerti benda Muggle."
Harry hanya terkekeh, lalu melanjutkan menyusuri toko dengan penuh semangat. Saat ia sibuk mengamati kotak musik kecil yang berbunyi lembut saat diputar, seorang pria muda mendekatinya. Pria itu tampak ramah, dengan senyum lebar dan pakaian kasual yang rapi.
"Permisi" kata pria itu, "kotak musik itu indah, ya? Kau suka barang-barang antik?"
Harry menoleh, tersenyum sopan. "Iya, aku suka. Ini lucu sekali, bukan?"
Namun sebelum pria itu sempat melanjutkan pembicaraannya, suara dingin Draco memotong percakapan.
"Dia suka barang-barang antik, bukan orang antik. Sekarang pergilah sebelum aku memutuskan kau mengganggu."
Pria itu terlihat bingung dan sedikit takut oleh tatapan tajam Draco. Ia segera mundur dan meninggalkan mereka.
Harry memandang Draco dengan kepala sedikit miring. "Kenapa kau begitu galak, Malfoy? Dia hanya berbicara."
Draco mendengus. "Dia mengganggu. Dan aku tidak suka orang asing mendekatimu seperti itu."
Harry tertawa kecil, tak memahami nada cemburu yang terselip dalam kata-kata Draco. "Kau terdengar seperti bodyguard-ku sekarang. Lucu sekali."
Draco tidak menjawab, hanya mengambil kotak musik yang tadi dilihat Harry dan membayarnya tanpa berkata apa-apa. Ia menyelipkan kotak itu ke dalam saku jaketnya, memastikan Harry tidak menyadarinya.
Ketika mereka melanjutkan perjalanan, Harry membeli dua es krim dari sebuah kios kecil di sudut jalan. Ia memberikan salah satu kepada Draco, yang menerimanya dengan sedikit enggan.
YOU ARE READING
If Tomorrow Was Yesterday | Drarry
Fanfiction𝑺𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊, 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒅𝒊 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒕𝒖𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒎𝒖. 𝑰𝒕𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒓𝒓𝒚 𝑷𝒐𝒕𝒕𝒆𝒓. ⸻Draco Malfoy 𝑫𝒖𝒍𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈�...
