~~ Chapter 04 ~~

1.3K 115 5
                                        

Cahaya matahari sore mulai meredup, memancarkan kehangatan yang perlahan-lahan digantikan oleh angin dingin. Draco Malfoy berdiri di bawah pohon besar di halaman belakang taman kanak-kanak, mengenakan jubah Auror yang rapi dan wajah yang menuntut perhatian. Matanya tajam mengamati pintu keluar, sementara tangan dimasukkan ke saku. Sikapnya seperti seorang bangsawan yang tengah menunggu pelayan membawa kabar penting.

Ketika pintu akhirnya terbuka, seorang pria berambut hitam berantakan keluar dengan tas ransel besar yang nyaris menelan tubuhnya yang ramping. Harry Potter. Ya, itu dia. Tapi tampaknya Harry tidak menyadari siapa yang sedang menunggunya. Draco mendengus sinis saat melihat cara Harry berjalan dengan santai seolah dunia ini milik bersama.

"Kau sangat kurus," ucap Draco tanpa basa-basi begitu Harry mendekat. Nada suaranya penuh kritik, seperti biasa.

Harry menghentikan langkah, memiringkan kepalanya dengan bingung, lalu tersenyum kecil.

"Aku hanya kehilangan sedikit berat badan," jawabnya santai, seperti tidak peduli dengan komentar Draco.

Draco memutar matanya, merasa jengkel. Dia melangkah maju, berdiri tepat di depan Harry, cukup dekat untuk menciptakan suasana tegang.

"Ikut denganku. Aku punya sesuatu yang penting untuk dibicarakan."

Harry mengangkat alis. Tatapannya lugu, bahkan sedikit bingung.

"Maaf, kau siapa?"

Draco nyaris tersedak oleh kata-kata itu. "Apa maksudmu siapa? Aku Draco Malfoy! Kita telah melewati banyak hal bersama, dan kau bertanya siapa aku?" Wajahnya memerah oleh emosi yang tak tertahankan.

"Oh, Draco Malfoy..." Harry tampak memikirkan sesuatu, lalu mengangguk kecil. "Aku ingat namanya, tapi... aku rasa kau salah orang. Aku hanya guru taman kanak-kanak."

Draco menatapnya dengan tidak percaya. "Jangan bodoh, Potter. Jangan pikir aku akan termakan oleh aktingmu ini. Kau pikir aku tidak tahu apa yang sedang kau lakukan? Kau ini Obscurus, kan? Kau menghilang selama bertahun-tahun lalu berpura-pura jadi muggle yang tolol!"

Harry memiringkan kepala sedikit, ekspresinya benar-benar datar. "Obscurus? Bukankah itu penyakit? Aku tidak begitu paham soal dunia sihir. Mungkin kau salah orang."

Draco menutupi wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menenangkan diri. Tapi, semakin dia mencoba, semakin frustrasi dia dibuatnya. Harry yang berdiri di depannya ini benar-benar seperti orang asing yang tidak peduli, dan itu membuat darahnya mendidih.

"Aku tidak bercanda, Potter. Kalau kau terus berpura-pura seperti ini, aku tidak akan segan-segan mengirimmu ke Azkaban!"

"Azkaban?" Harry terlihat semakin bingung. "Apa itu semacam penjara anak nakal? Karena aku hanya guru TK, aku rasa itu tidak relevan."

Draco merasa kepalanya akan meledak. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya dia menghadapi seseorang yang benar-benar tidak merespons intimidasi atau sarkasmenya.

"Aku harus ke halte bus sekarang," kata Harry tiba-tiba, memotong omelan Draco. Dia melihat arlojinya, lalu melangkah pergi dengan santai seolah Draco tidak berdiri di sana sama sekali.

Draco menatapnya dengan tidak percaya. "Apa-apaan ini?! Potter!"

Dia melangkah cepat untuk mengejar Harry, tapi yang dia temukan hanyalah Harry yang sudah duduk di bangku halte, dengan tenang memainkan ponselnya.

Amarah Draco meledak. Dia mendekat dan dengan gerakan cepat merampas ponsel dari tangan Harry.

"Apa yang kau lakukan?!" serunya.

If Tomorrow Was Yesterday | DrarryWhere stories live. Discover now