"Maaf, bisa geser sedikit? Aku mau ambil itu," kata Harry dengan sopan, menunjuk ke arah rak di belakang pria tersebut.

Alih-alih minggir, pria itu tersenyum kecil, memperhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Serius, Harry? Kamu tidak ingat siapa aku?" tanyanya dengan nada setengah bercanda, tapi ada rasa penasaran yang nyata dalam suaranya

Harry mengernyitkan dahi, menatap Theodore dengan polos. "Maaf, tapi aku benar-benar tidak tahu siapa kamu" jawabnya jujur.

Pria itu tertawa pelan, nada suaranya terdengar santai tapi juga sedikit menggoda.

"Baiklah, mungkin aku harus bantu kamu ingat," katanya sambil mengambil roti dari rak. Dia memindahkan tangannya dengan cekatan, menambahkan beberapa pilihan lain ke nampan yang ada di tangan Harry.

Namun, ketika nampannya penuh dengan berbagai jenis roti, Harry menggeleng cepat.

"Aku tidak butuh sebanyak ini" katanya sambil mencoba menghentikan Theodore.

"Percayalah, kamu butuh," jawab pria itu santai, menaruh beberapa lagi ke dalam nampan.

"Roti ini favoritku. Kamu harus coba."

Harry menghela napas, menyerah. Dia mengikuti pria itu ke meja kasir, di mana pria itu meminta beberapa roti dibungkus dan beberapa lainnya disajikan di piring. Sebelum Harry sempat berkata apa-apa, pria itu menariknya ke meja di sudut toko roti dan memintanya duduk.

Harry, yang merasa agak canggung, mengikuti Theodore dan duduk. Dia terkejut ketika Theodore langsung memesan susu hangat untuknya tanpa bertanya lebih dulu.

Harry menatap pria itu dengan bingung. "Kamu siapa, sebenarnya?" akhirnya dia bertanya.

Pria itu bersandar ke kursinya, tatapannya penuh percaya diri. "Theodore Nott," jawabnya.

"Kita pernah sekolah bersama di Hogwarts. Kau sungguh tidak ingat?"

Harry menggeleng pelan. "Maaf, tapi aku tidak ingat apa pun tentangmu," jawabnya, ada nada bersalah di suaranya meskipun ia tidak bermaksud demikian.

Theodore tertawa kecil, nadanya tetap ramah. "Tidak apa-apa, aku tidak tersinggung," katanya santai.

"Tapi aku ingat cukup banyak tentangmu."

Harry menatapnya penuh tanya, dan saat itu dia teringat sesuatu. Ia merogoh saku mantelnya, mengeluarkan sapu tangan yang dilipat rapi.

"Ini milik mu?" tanyanya, menunjuk bordir bertuliskan Theodore Nott & Harry Potter di sudut kain itu.

Theodore menatap sapu tangan itu sejenak sebelum tersenyum lebar.

"Aku sungguh tidak menyangka kau masih menyimpannya," ujarnya, suaranya melembut.

Harry menunduk, sedikit malu. "Aku menemukannya kemarin di lemari. Aku tidak ingat bagaimana mendapatkannya."

Theodore bersandar dengan santai ke kursinya, senyumnya tidak pudar. "Itu Aku berikan waktu kamu alergi bunga di Hogwarts. Aku menambahkan mantra agar alergimu bisa reda hanya dengan menempelkan sapu tangan itu," jelasnya.

Harry menatap sapu tangan itu, terkejut. "Serius?" tanyanya, lalu, dengan rasa penasaran, ia mengendus sapu tangan tersebut. "Baunya unik," komentarnya polos.

Theodore terkekeh, suaranya penuh godaan. "Itu aroma khas ku. Tidak akan hilang meskipun dicuci berkali-kali" katanya, membuat Harry memerah.

Harry tersenyum kecil sambil meletakkan sapu tangan itu di meja. "Sepertinya Aku harus mengucapkan terima kasih.." ucapnya pelan.

If Tomorrow Was Yesterday | DrarryWhere stories live. Discover now