"Twiinkle, twiinkleee, littlee staaaarrr!" Anak-anak serempak bernyanyi dengan suara nyaring, beberapa bahkan bertepuk tangan terlalu keras.
Sementara itu, seorang guru lain, Noah, yang mengenakan kemeja biru rapi dengan name tag-nya di dada, tersenyum ke arah Harry. "Kau benar-benar hebat dengan anak-anak, Harry. Lihat saja mereka, semuanya bahagia."
Harry tersenyum malu. "Oh, itu bukan apa-apa. Mereka mudah diajak bersenang-senang kalau kita tahu caranya."
Tidak jauh dari sana, Draco memperhatikan percakapan itu sambil menyandarkan kepala ke jendela. Tatapan malasnya berubah saat ia melihat Noah, dan seorang pria lain bernama Garren, seorang wali murid, berbicara bersamaan.
"Guru Harry, duduk saja di sini."
"Tidak, Harry, di sini lebih nyaman."
Draco mengangkat alis, menyadari bahwa kedua pria itu jelas memperebutkan Harry. Tanpa berpikir dua kali, ia menarik Harry ke kursi kosong di sebelahnya.
"Dia duduk di sini" katanya dingin, matanya menantang kedua pria itu.
Harry menatap bingung dan berkata tenang, "Malfoy, aku bisa duduk di mana saja, kau tahu."
"Tutup mulutmu, Potter" jawab Draco singkat, sementara Noah dan Garren menatapnya dengan kesal.
Harry mengeluarkan tas kecilnya, yang penuh dengan camilan buatan rumah.
"Hei, kau lapar?" tanyanya sambil membuka bungkus muffin cokelat kecil.
Draco hanya membuka mulut tanpa berkata apa-apa, membiarkan Harry menyuapinya seperti biasa. Harry terus berbicara santai, membahas anak-anak, sementara Draco mengunyah sambil melirik tajam ke arah dua pria yang tertarik pada Harry, memastikan mereka melihat betapa santainya Harry melayani dirinya.
Harry hanya tertawa kecil, membuka kotak bekal yang ia bawa. Di dalamnya ada berbagai camilan: potongan apel, sandwich kecil, dan beberapa kue buatan sendiri. Anak-anak yang duduk di dekat mereka menatap dengan mata berbinar.
"Guru Harry! Boleh minta apel?" salah satu anak memohon dengan suara manis.
"Tentu Sayang, ambil ini." Harry memberikan beberapa potong apel ke anak-anak itu sambil tersenyum. Draco mendesah pelan, tapi tidak bisa menahan senyuman kecil melihat cara Harry membuat semua orang merasa nyaman.
Harry sibuk mengobrol dengan anak-anak tentang museum yang akan mereka kunjungi. Anak-anak antusias mendengar cerita Harry, terutama tentang fosil dinosaurus dan koleksi seni yang akan mereka lihat. Suasana di bus semakin ceria dengan tawa dan nyanyian.
Ketika bus mulai mendekati museum, Harry menoleh ke Draco. "Sudah siap untuk menghadapi dinosaurus?"
Draco mendengus. "Potter, kalau kau berharap aku bersemangat seperti anak-anak ini, kau akan kecewa."
Harry tertawa kecil, menyentuh bahu Draco dengan lembut. "Jangan khawatir. Aku yakin kau akan menikmatinya."
Draco menatap tangan Harry di bahunya, lalu berpaling dengan sedikit senyum di wajahnya yang dia sembunyikan. Harry selalu berhasil membuatnya merasa lebih baik, meskipun ia tidak mau mengakuinya.
°❀⋆.ೃ࿔*:・°❀⋆.ೃ࿔*:・°❀⋆.ೃ࿔*:・°❀⋆.ೃ࿔*:・°❀⋆
Museum itu megah, dengan pilar-pilar besar yang menjulang tinggi di depan pintu masuk. Di dalamnya, ruangan terang benderang oleh pencahayaan lembut yang menyoroti berbagai artefak dan koleksi. Anak-anak TK berlarian dengan suara tawa yang memenuhi lorong-lorong museum.
YOU ARE READING
If Tomorrow Was Yesterday | Drarry
Fanfiction𝑺𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊, 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒅𝒊 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒕𝒖𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒎𝒖. 𝑰𝒕𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒓𝒓𝒚 𝑷𝒐𝒕𝒕𝒆𝒓. ⸻Draco Malfoy 𝑫𝒖𝒍𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈�...
~~ Chapter 06 ~~
Start from the beginning
