Harry berdiri di depan murid-muridnya yang berbaris rapi, dengan senyum lebar mulai memanggil nama satu per satu untuk memberikan name tag.

"Alexandra?"

"Di sini, Guru Harry!" jawab seorang gadis kecil dengan pita merah di rambutnya, melompat gembira ke depan untuk menerima name tag-nya.

"Benjamin?"

"Siap, Guru Harry!" teriak seorang anak lelaki, mengangkat tangan seperti tentara kecil.

Draco berdiri beberapa langkah di belakang Harry, menyilangkan tangan di dadanya, matanya menyipit dengan bosan. Ketika seorang anak lelaki berambut keriting menatapnya dengan kesal, suasana mulai berubah.

"Kenapa bapak yang selalu ganggu di kelas ikut juga sih?" tanya anak itu dengan polos, matanya menyipit seperti menantang.

Harry tertawa kecil, menunduk ke anak itu. "Tuan Malfoy sedang membantu kita hari ini. Dia akan memastikan kalian semua aman selama perjalanan."

Anak kecil itu mengernyitkan dahi, lalu berkata polos, "Tapi bapak ini kelihatan seperti tidak suka anak kecil."

Draco, yang awalnya hanya mengabaikan, langsung menatap anak itu dengan alis terangkat.

"Memangnya kau tahu apa tentang aku, hmm? Jangan sok tahu hanya karena tinggi badanmu masih setengah dari lututku."

Draco mendengus, membuka mulutnya untuk membalas, tetapi sebelum ia sempat berbicara, seorang anak perempuan lain menyela.

"Tapi Pak Malfoy memang tidak pandai dengan anak-anak, kok," katanya dengan nada sarkas yang menggemaskan, sambil berkacak pinggang.

Mata Draco menyipit. "Oh, benarkah?" katanya, suaranya penuh tantangan. Ia jongkok hingga setinggi mata anak itu dan melipat tangan.

"Kamu pikir aku tidak pandai dengan anak-anak? Aku bisa saja-"

"Draco Malfoy" suara Harry memotong, dengan nada sedikit serius, menyebut nama lengkap Draco dengan tegas.

Draco berdiri dengan kaget, pikirannya melayang pada sesuatu yang lebih serius. "Apa?" tanyanya, sedikit bingung.

Harry mendekat dengan senyum yang tak terbaca, lalu menggantungkan name tag berbentuk kalung ke leher Draco.

"Sekarang kau resmi ikut dalam tur. Jangan ribut dengan anak-anak, oke?"

Wajah Draco langsung memerah. Ia menatap name tag itu-bertuliskan "DRACO MALFOY" dengan huruf besar-lalu menatap Harry, penuh kekesalan.

"Kau memperlakukanku seperti anak TK!" protesnya.

Harry mengusap rambut Draco pelan sebelum berbalik untuk memimpin anak-anak masuk ke bus.

"Kalau begitu, jangan bertingkah seperti mereka," balasnya lembut tanpa menoleh.

Draco hanya berdiri membeku beberapa detik sebelum berjalan masuk ke bus dengan langkah kesal, pipinya sedikit memerah. Sentuhan Harry selalu membuatnya seperti orang bodoh.

Bus besar berwarna biru terang itu penuh dengan suara tawa dan kegembiraan anak-anak. Mereka duduk di kursi berpasangan, beberapa melambaikan tangan keluar jendela, yang lain saling bertukar camilan.

Draco, yang akhirnya masuk setelah Harry memaksanya, memilih tempat duduk di bagian tengah. Ia tampak tidak nyaman dengan kebisingan, tetapi tidak menunjukkan protes keras.

Harry, di depan, mulai memimpin anak-anak menyanyikan lagu-lagu ceria.

"Ayo, semuanya, kita nyanyi Twinkle, Twinkle Little Star! Siap?"

If Tomorrow Was Yesterday | DrarryWhere stories live. Discover now