"Potter, pertama-tama, aku tidak akan pernah membiarkan seseorang yang kucintai meninggalkanku. Itu konyol."

Harry tersenyum kecil. "Oh? Jadi kau tidak percaya dengan keputusan mereka?"

"Bukan soal percaya atau tidak," balas Draco, nada suaranya penuh keangkuhan.

"Tapi soal logika. Kalau mereka pergi karena alasan konyol seperti ingin 'melindungiku dari rasa sakit,' itu justru menunjukkan bahwa mereka tidak memahami siapa aku sebenarnya."

Harry mengerutkan kening, bingung. "Bagaimana maksudmu?"

Draco mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, matanya menatap Harry dengan intensitas yang biasa ia gunakan saat mengintimidasi lawan debat.

"Aku, Potter, adalah Draco Malfoy. Aku tidak membutuhkan perlindungan dari rasa sakit atau kesedihan. Aku bisa menangani itu. Jika seseorang mencoba meninggalkanku demi alasan seperti itu, mereka sama saja meremehkanku."

Harry terdiam, terpaku pada kata-kata itu. "Jadi... kau tidak akan membiarkan mereka pergi?"

"Tentu saja tidak." Draco menyeringai kecil, senyumnya dingin namun penuh keyakinan.

"Aku akan mencari mereka, Potter. Memaksa mereka kembali. Dan jika perlu, aku akan mengurung mereka di Malfoy Manor sampai mereka sadar bahwa meninggalkanku adalah ide terburuk yang pernah mereka pikirkan."

Harry tertawa kecil, mencoba menutupi keterkejutannya. "Kau benar-benar dramatis, Malfoy."

"Dramatis?" Draco menyipitkan matanya dengan tatapan mencemooh. "Kau baru saja menonton drama Muggle yang penuh tangisan, dan kau menyebutku dramatis?"

"Jadi menurutmu pilihan di film tadi salah?"

"Tentu saja salah." Draco mendengus, lalu bersandar ke sofa dengan postur arogan.

"Drama Muggle selalu menyajikan logika yang terlalu sentimental. Mereka membuat seolah-olah cinta itu hanya soal pengorbanan tanpa akhir. Padahal, cinta itu tentang menghadapi hal-hal sulit bersama, bukan melarikan diri seperti pengecut."

Harry tertegun. "Kau benar-benar punya pendapat yang kuat soal ini."

"Tentu saja," jawab Draco, mengibaskan tangannya seolah itu adalah hal paling wajar.

"Dan aku tidak percaya pada konsep 'lebih baik membenci daripada kehilangan.' Itu ide yang bodoh. Kau pikir orang akan berhenti mencintai hanya karena mereka marah? Tidak, Potter. Cinta yang sejati tidak seperti itu."

Harry tersenyum kecil, nada suaranya melembut. "Kau terdengar seperti punya pengalaman, Malfoy"

Draco mendengus, pura-pura tidak peduli, lalu meraih kembali berkasnya.

"Pengalaman atau tidak, itu hanya logika sederhana. Jika seseorang berani meninggalkanku, aku akan mengejar mereka. Karena itulah aku, Potter. Aku tidak menyerah."

"Jadi," Harry akhirnya berkata, mencoba memecah keheningan, "kau akan memilih bertahan, apapun yang terjadi."

Draco mendesah, menatap Harry dengan tatapan lelah. "Ya, Potter. Bertahan. Tapi kau tahu apa yang benar-benar membuatku lelah? Bukan penyakit, bukan penderitaan, tapi pertanyaan bodoh seperti ini di saat aku mencoba menyelesaikan pekerjaanku."

Draco mengangkat berkas di tangannya, melambaikannya di udara. "Jika kau punya lebih banyak pertanyaan filosofis tentang drama Muggle, kau bisa menyimpannya sampai aku selesai dengan ini."

If Tomorrow Was Yesterday | DrarryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora