Beberapa anak kini mulai berkerumun di sekitar Harry, mengadukan berbagai ulah Draco.

"Guru Harry, dia sembunyikan boneka saya di tasnya!" seru seorang anak laki-laki.

"Guru Harry, dia bilang kalau unicorn itu tidak ada!" tambah anak lain, matanya berkaca-kaca.

"Dia juga makan permenku tanpa izin!"

Harry menatap Draco dengan tatapan tajam.

"Kau tahu apa, Malfoy? Ayo, kita bicara di luar. Sekarang."

Draco, yang tampak tak terganggu oleh seruan anak-anak itu, hanya tersenyum tipis dan mengikuti Harry keluar ke koridor.

"Serius, Malfoy?" Harry berkata dengan nada tegas, suaranya pelan tapi penuh emosi.

"Kau tidak bisa seenaknya datang dan membuat kekacauan seperti ini. Anak-anak ini butuh lingkungan yang aman dan nyaman."

"Aman dan nyaman?" Draco mengulangi dengan nada mengejek.

"Potter, kau benar-benar cocok jadi pengasuh anak. Aku terkejut kau tidak memakai celemek pink."

Harry mengatupkan rahangnya, berusaha keras menahan amarah. "Mengapa kau benar-benar ada di sini, Malfoy? Apa ini bagian dari tugas kementerianmu mengawasiku?"

"Oh, tentu," jawab Draco dengan nada santai. "Aku hanya memastikan kau tidak diam-diam mengajarkan mereka mantra terlarang, seperti... Avada Kedavra."

Harry menatapnya dengan wajah penuh ketidakpercayaan. "Astaga, Malfoy. Kau sungguh tidak tahu kapan harus berhenti."

"Ah, tapi lihat sisi positifnya, Potter. Anak-anak itu kini punya cerita menarik untuk diceritakan kepada orang tua mereka. 'Hari ini, seorang pria tampan datang dan mengajari kami tentang kehidupan,'" ucap Draco dengan senyum puas, seolah benar-benar percaya pada omongannya sendiri.

Harry mengusap wajahnya, merasa lelah hanya dengan berbicara dengannya. "Malfoy, aku serius. Jika kau tidak berhenti mengganggu, aku akan meminta kepala sekolah untuk melarangmu masuk."

Draco hanya tertawa kecil. "Baiklah, Potter. Aku akan bermain lebih baik... untuk sekarang. Tapi jangan terlalu berharap aku bisa seperti kau, si guru TK yang sempurna."

Harry memandangnya dengan tatapan tajam sebelum kembali ke kelas, merasa bahwa kehadiran Draco di hidupnya adalah ujian kesabaran paling berat yang pernah ia hadapi. Sementara itu, Draco melenggang masuk dengan senyum penuh kemenangan, siap membuat kekacauan kecil berikutnya.


⋆.˚🦋༘⋆

~ Continue ~

°❀⋆.ೃ࿔*:・°❀⋆.ೃ࿔*:・°❀⋆.ೃ࿔*:・°❀⋆.ೃ࿔*:・°❀⋆
𓇢𓆸 ɪғ ᴛᴏᴍᴏʀʀᴏᴡ ᴡᴀs ʏᴇsᴛᴇʀᴅᴀʏ ・:*。☃︎𓏲ּ

𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧𖡼


✧˖ °📽✧˚ ༘ ⋆。˚

╔═══.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.═══╗
☆𝗙𝗮𝗸𝘁𝗮 𝗸𝗲𝗰𝗶𝗹☆
ᵀᵉʳʲᵃᵈⁱ ᵈⁱᵈᵃˡᵃᵐ ᶜᵉʳⁱᵗᵃ
╚═══.·:·.☽✧ ✦ ✧☾.·:·.═══╝

[Fakta 1]

Draco, mengerang, mengerutkan kening sambil memijat punggungnya : "Sial, punggungku lagi-lagi sakit. Tidur di sofa itu bencana!"

Harry, dengan langkah pelan, mendekati Draco dan melihatnya yang tampak kesakitan : "Kau harus tidur lebih nyaman, Malfoy."

Draco, menggeram sambil memegangi punggungnya, matanya menyipit marah : "Aku tidur di sofa karena kamu, Potter. Jangan salahkan aku."

Harry, menghela napas, kemudian duduk di belakang Draco, merasakan otot-otot punggungnya yang kaku : "Kau pasti butuh pijatan. Tunggu sebentar."

𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘨𝘦𝘳𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘵𝘪-𝘩𝘢𝘵𝘪, 𝘏𝘢𝘳𝘳𝘺 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘳𝘶𝘵 𝘱𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨 𝘋𝘳𝘢𝘤𝘰, 𝘫𝘢𝘳𝘪-𝘫𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘵𝘪𝘬-𝘵𝘪𝘵𝘪𝘬 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘨𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢.

Draco, membelalak, merasakan ketidaknyamanan dari pijatan, lalu mengeluh : "Sakit! Ini bukan pijatan, ini penyiksaan!"

Harry, terus mengurut dengan sabar meski Draco mengomel : "Aku tidak tahu apa yang lebih buruk, punggungmu atau mulutmu yang terus mengeluh."

Draco, menahan napas, berusaha tetap tidak merasa terlalu nyaman : "Kau tidak perlu peduli, Potter. Aku bisa mengurus diriku sendiri!"

𝘏𝘢𝘳𝘳𝘺 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘪𝘫𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘭𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵, 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘵𝘰𝘵-𝘰𝘵𝘰𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘥𝘪𝘬𝘪𝘵 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘳𝘪𝘭𝘦𝘬𝘴. 𝘛𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢, 𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘋𝘳𝘢𝘤𝘰 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘰𝘮𝘦𝘭.

[Fakta 2]

Draco, melihat Harry meniup makanan di sendok : "Kenapa kau selalu meniup makanan sebelum makan? Apa itu kebiasaan muggle?"

Harry, menoleh sambil meniup makanannya, lalu menyuap Draco : "Kalau tidak ditiup, bisa kepanasan."

Draco,memandang Harry dengan ekspresi heran : "Kau benar-benar aneh. Kau pikir aku takut pada panas?"

Harry, tersenyum tipis, menyuapi Draco dengan hati-hati : "Aku lebih peduli kalau kau tidak akan bisa bicara karena lidah melepuh."

Draco, mendengus dan memutar bola mata, tapi tetap membuka mulutnya untuk menerima makanan : "Ini bukan masalah besar, Potter. Kau tidak perlu terlalu memperhatikan."

[Fakta 3]

Draco, melihat Harry dengan tatapan bingung : "Kenapa kau selalu mengurus semuanya untukku? Aku bukan anak kecil."

Harry, tersenyum tipis : "Kau pasti akan lebih nyaman kalau ada yang merawat, kan?"

Draco, mengangkat alis, sedikit tersenyum sinis : "Aku tidak butuh bantuan dari siapa pun. Aku tidak manja."

Harry, tertawa pelan, menatap Draco yang tampak bingung : "Tentu, aku tahu, Malfoy. Tapi kau panik jika tidak ada yang mengurusmu."

𝘋𝘳𝘢𝘤𝘰 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬, 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘳𝘶-𝘣𝘶𝘳𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘨𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘮𝘦𝘫𝘢 𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢. 𝘞𝘢𝘫𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘩, 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘥𝘪𝘬𝘪𝘵 𝘮𝘢𝘭𝘶.

ೃ⁀➷

▶︎ •၊၊||၊|။||||| ♡

If Tomorrow Was Yesterday | DrarryWhere stories live. Discover now