Harry mengangkat bahu. "Aku tidak memintamu tinggal di sini."

Draco mendengus, lalu membuang dirinya ke sofa di ruang tamu. Sofa itu mengeluarkan bunyi derit keras saat menahan tubuhnya. "Ini penyiksaan! Apa mereka mencoba mengajarkanku bagaimana rasanya hidup seperti kau?"

Harry, yang sedang mencuci gelas di dapur, hanya tersenyum kecil tanpa menoleh. "Mungkin itu pelajaran yang kau butuhkan, Malfoy."

Draco memutar matanya, lalu merebahkan tubuhnya sambil menggerutu. "Ini baru hari pertama, Potter, dan aku sudah muak. Tapi jangan lupa-aku di sini untuk mencari kebenaran. Dan saat aku menemukannya..." Draco menyeringai tipis.

"Azkaban menunggumu."

Setelah beberapa menit di dapur, Harry kembali muncul dengan nampan kecil di tangannya. Di atasnya ada beberapa potongan treacle tart yang disusun rapi di atas piring mungil. Wajahnya seperti biasa-datar dan tanpa emosi, hanya mata hijau yang terlihat lelah.

Draco, yang masih duduk di sofa tua yang berderit setiap ia bergerak, mendongak dengan ekspresi skeptis. "Akhirnya," ujarnya dengan nada setengah sarkastik. "Aku pikir kau sudah menyerah untuk melayaniku."

Harry tidak menggubris komentar itu. Ia meletakkan nampan di meja kopi yang hampir roboh karena salah satu kakinya yang goyah.

"Mau treacle tart?" tawarnya dengan nada yang begitu tenang, seolah-olah mengundang seorang tamu.

"Ini yang kau pesan."

Draco menatapnya dengan alis terangkat.

"Oh? Jadi kau menyukainya juga?" katanya, matanya menyipit seperti sedang membaca sebuah lelucon tersembunyi.

Harry hanya mengangguk kecil, lalu mengambil sepotong dan mulai memakannya tanpa sepatah kata pun. Ia terlihat menikmati makanan itu, meskipun ekspresinya tetap datar.

Setelah beberapa saat menikmati treacle tart-nya, Harry melirik ke arah sofa.

"Tidurlah di sofa di ruang tamu. Kau tidak boleh tidur di ranjang yang sama denganku," katanya tanpa basa-basi. Suaranya begitu tenang, seperti itu adalah aturan tak tertulis yang jelas.

Draco tertawa kecil, sebuah tawa rendah yang dingin dan penuh ejekan. Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa yang langsung berderit pelan.

"Apa kau takut aku akan tidur di ranjangmu tanpa pakaian, Potter?" tanyanya, nadanya penuh kesenangan saat melihat ekspresi Harry yang seketika berubah merah padam.

Potongan treacle tart di tangan Harry hampir saja terjatuh. Ia memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan pipinya yang semakin merah.

"Seolah-olah aku akan membiarkan seorang pria tidur di ranjangku," gumamnya dengan suara yang bergetar tipis.

Draco menyeringai, jelas menikmati reaksinya. "Kenapa? Kau takut aku akan membuatmu jatuh cinta?" tanyanya sambil menyandarkan dagunya di tangannya dengan ekspresi pura-pura penasaran.

Harry tergagap, lalu buru-buru menjawab. "Tidak! Aku hanya-" Ia menghentikan kalimatnya, mencoba mengatur napas.

"Aku hanya ingin ruang sendiri, itu saja," akhirnya ia berkata dengan nada datar, berusaha menguasai diri.

Draco mengangkat bahu, seringai kecil masih menghiasi wajahnya.

"Oke, oke. Jangan khawatir, Potter. Aku tidak akan tidur denganmu. Lagi pula..." Ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya melembut menjadi hampir berbisik.

If Tomorrow Was Yesterday | DrarryWhere stories live. Discover now