"Dan kau akan tinggal di sini selama setahun. Nikmatilah."
Draco mengikutinya, kakinya sengaja menghentak lantai beton dengan keras. "Nikmatilah? Potter, aku bahkan tak yakin aku akan bertahan di sini lebih dari sehari."
Harry hanya mengangkat bahu, tidak terpengaruh. Ia membuka pintu apartemennya dengan kunci sederhana. Begitu mereka melangkah masuk, Draco terdiam. Apartemen itu kecil, dengan dinding putih polos yang sudah mulai menguning di beberapa sudut. Sebuah sofa tua yang sudah kempes berdiri di ruang tamu, ditemani meja kecil yang permukaannya penuh dengan sticky notes berwarna-warni.
Sticky notes itu tidak hanya ada di meja-mereka juga menempel di lemari es, dinding, bahkan ada papan tulis kecil yang penuh dengan daftar to-do list yang bercampur coretan acak.
"Kau sedang mencoba memecahkan misteri atau membangun kerajaan sticky notes?" tanya Draco, suaranya penuh sarkasme.
"Apa ini... semacam sistem hidup aneh yang hanya kau mengerti?"
Harry mengabaikan komentar Draco. Ia berjalan ke dapur kecil, mengambil dua gelas, dan mengisi keduanya dengan air.
"Mau minum?" tawarnya tanpa menoleh.
Draco mengerutkan hidungnya sambil melangkah masuk lebih jauh, meneliti ruangan itu. Ia menunjuk sebuah sticky note di dinding dekat pintu, membacanya keras-keras.
"'Jangan lupa makan siang.' Kau serius, Potter? Kau bahkan perlu mengingatkan dirimu untuk makan?"
Harry menyerahkan gelas air kepada Draco tanpa berkata apa-apa.
"Sudah kubilang aku pelupa" jawabnya akhirnya, suaranya datar. Ia meneguk airnya pelan sebelum berbalik menuju ruang tamu.
Draco mengamati Harry dengan tatapan penuh kecurigaan, tapi ia tidak mengatakan apa-apa untuk saat ini. Ia hanya meneguk airnya, lalu menaruh gelas kosong di meja dengan sedikit bunyi keras.
"Kau tahu, apartemen ini cocok sekali untukmu," lanjut Draco, menyeringai.
"Kecil, berantakan, dan penuh dengan keanehan."
Harry hanya mendengus kecil. Ia sudah terbiasa dengan ejekan seperti itu, terutama dari Draco.
"Kalau kau tidak suka, pintunya ada di sana," balasnya sambil menunjuk ke arah pintu masuk.
"Oh, aku akan pergi, Potter, tapi tidak sebelum aku menyelesaikan tugasku. Kau tahu, membuktikan bahwa kau menyimpan sesuatu yang jauh lebih gelap daripada sticky notes ini."
Draco menyentuh dinding, seolah mencoba menyingkap rahasia dari cat yang mengelupas.
Harry menoleh sekilas, matanya lelah tapi kosong. "Lakukan apa yang harus kau lakukan, Malfoy. Aku tidak peduli."
Mereka akhirnya sampai di kamar tidur Harry. Ruangan itu lebih kecil lagi, dengan kasur queen size yang terlihat nyaman tapi sederhana. Sebuah meja belajar berada di sudut ruangan, penuh dengan tumpukan buku dan kertas yang berantakan. Sticky notes menempel di tepi meja dan bahkan di lampu meja kecil.
"Kau tidur di lantai," ujar Harry datar, menunjuk sebuah karpet tipis yang tergeletak di sisi tempat tidur.
Draco berhenti di ambang pintu, menatap Harry seolah-olah pria itu baru saja mengucapkan sesuatu yang tidak masuk akal. "Aku apa?" tanyanya, suaranya meninggi.
"Tidur di lantai," ulang Harry tanpa emosi. "Atau di sofa, terserah."
Draco mengerutkan kening. "Kau serius, Potter? Aku ini Auror, bukan anak magang yang harus tidur di lantai!"
YOU ARE READING
If Tomorrow Was Yesterday | Drarry
Fanfiction𝑺𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊, 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒅𝒊 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒕𝒖𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒎𝒖. 𝑰𝒕𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒓𝒓𝒚 𝑷𝒐𝒕𝒕𝒆𝒓. ⸻Draco Malfoy 𝑫𝒖𝒍𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈�...
~~ Chapter 04 ~~
Start from the beginning
