"Ini pesanan Anda," ujar pelayan itu, meletakkan nampan di atas meja. Harry menatap Draco dengan pandangan yang sulit diartikan. Draco hanya mengangkat bahu acuh tak acuh.
"Ya" jawab Draco dengan nada datar. "Dan bungkuskan juga satu paket Treacle tart untuk dibawa pulang."
Pelayan itu mengangguk dan segera menuruti perintah Draco.
Cahaya lampu kafe kecil itu memantul lembut di permukaan meja kayu yang sudah sedikit usang. Draco Malfoy duduk dengan sikap tegak, jubah Auror-nya terlipat rapi di sandaran kursi. Wajahnya menunjukkan perpaduan antara frustrasi dan ketidaksabaran, sementara matanya terus memperhatikan Harry Potter, yang duduk di depannya dengan tenang, menyeruput susu hangat dari cangkir.
Interior kafe itu sebenarnya cukup nyaman-dengan dinding bata merah dan aroma kopi yang menguar lembut-tetapi suasana antara mereka berdua justru dipenuhi ketegangan yang tak kasatmata.
"Kau benar-benar berubah, Potter," Draco membuka percakapan dengan nada datar, tapi sorot matanya mengamati Harry seperti elang mengawasi mangsanya.
"Dulu kau heroik, sok tahu, dan selalu ikut campur urusan orang lain. Sekarang, lihat dirimu. Duduk di sini seperti... seperti muggle yang kebingungan."
Harry hanya tersenyum kecil, meletakkan cangkirnya dengan tenang.
"Aku tidak merasa ada yang berubah," jawabnya pelan. "Mungkin kau yang terlalu banyak berpikir."
Draco hampir terbatuk mendengar respons itu. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap Harry dengan tatapan penuh intensitas.
"Terlalu banyak berpikir? Potter, kau tidak paham, ya? Kementerian mengiraku seorang idiot karena harus melacak seseorang yang bahkan tidak tahu dirinya sendiri. Mereka mengira kau Obscurus! Kau tahu apa artinya itu?"
Harry memiringkan kepalanya sedikit, seperti anak kecil yang mencoba memahami penjelasan pelajaran yang terlalu rumit. "Obscurus? Itu istilah sihir, kan? Jujur saja, aku sudah lama tidak mengikuti urusan seperti itu."
Draco mendengus, suaranya terdengar penuh frustrasi. "Ya, jelas sekali. Kau bahkan terlihat lebih muggle daripada orang muggle. Potter, kau ini serius? Aku di sini, membuang waktu berhargaku, hanya untuk menjelaskan sesuatu yang bahkan seharusnya kau pahami tanpa perlu dibahas."
Harry mengangguk perlahan, senyum tipis tetap menghiasi wajahnya. "Kalau itu mengganggumu, Malfoy, kau tidak perlu repot-repot. Aku hanya guru taman kanak-kanak. Masa lalu sudah berlalu. Aku tidak paham kenapa kau harus peduli."
Draco terdiam sejenak. Tatapan dinginnya berubah menjadi sorot penuh ketidakpercayaan. "Tidak peduli?" ulangnya, seperti kata-kata itu benar-benar tak masuk akal.
"Potter, kau bercanda, kan? Kau hilang selama bertahun-tahun, kembali dengan hidup yang... yang... seperti ini," ia mengayunkan tangannya ke arah pakaian sederhana Harry, "dan kau bilang aku tidak perlu peduli?"
Harry hanya mengangkat bahu. "Sejujurnya, aku bahkan tidak ingat banyak hal dari masa lalu. Aku tahu kau Draco Malfoy, salah satu murid di Hogwarts, tapi... selebihnya kabur."
Draco merasa darahnya naik ke kepala. "Kabur? Kabur?!" suaranya meninggi, menarik perhatian beberapa pelanggan kafe lainnya. Ia memukul meja dengan telapak tangannya, membuat cangkir kopinya bergetar.
"Kau serius tidak ingat? Kau lupa tentang Voldemort? Tentang perang? Tentang AKU?!"
Harry tampak berpikir sejenak, lalu menatap Draco dengan ekspresi polos. "Aku ingat kau adalah salah satu murid Slytherin. Tapi kau terlihat berbeda sekarang. Rasanya seperti... kau orang lain. Aku tidak tahu, mungkin aku hanya terlalu banyak lupa."
ESTÁS LEYENDO
If Tomorrow Was Yesterday | Drarry
Fanfiction𝑺𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊, 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒅𝒊 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒕𝒖𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒎𝒖. 𝑰𝒕𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒓𝒓𝒚 𝑷𝒐𝒕𝒕𝒆𝒓. ⸻Draco Malfoy 𝑫𝒖𝒍𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈�...
~~ Chapter 04 ~~
Comenzar desde el principio
