Harry terkejut. "Hei, kau tidak bisa merampas barang orang lain. Itu tidak sopan."

Draco menatap Harry dengan tatapan yang bisa membakar gunung es. "Aku tidak peduli. Sekarang dengarkan aku! Kau akan ikut denganku."

Harry hanya mengangguk datar. "Baiklah. Tapi, boleh aku meminta ponselku kembali dulu?"

Permintaan itu membuat Draco semakin bingung. Setelah semua ini, Harry menyerah hanya demi ponselnya?

Tanpa aba-aba, Draco membungkuk dan mengangkat Harry ke bahunya seperti membawa karung tepung. Harry, yang tidak menduganya, segera menepuk-nepuk punggung Draco dengan kesal.

"Turunkan aku! Ini tidak sopan!" seru Harry.

"Sopan? Kau pikir aku peduli soal sopan santun setelah kau membuatku gila seperti ini?!" Draco mengabaikan protes Harry dan terus berjalan ke arah mobilnya.

Di dalam mobil, Draco melempar Harry ke kursi penumpang, lalu menatapnya tajam.

"Kau tidak akan bisa lolos kali ini, Potter. Aku akan memastikan kau mengakui siapa dirimu!"

Harry dengan tenang memasang sabuk pengaman, lalu memiringkan kepala sambil bertanya, "Boleh aku tahu, ke mana kau akan membawaku?"

Draco menatap langit-langit mobilnya, berusaha keras untuk tidak kehilangan akal. "Ke tempat di mana kau tidak bisa lagi berpura-pura."

Harry mengangguk datar. "Oke. Tapi, tolong kembalikan ponselku."

Draco menatapnya, frustasi. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa telah dikalahkan oleh seseorang yang bahkan tidak berusaha melawan.

Draco membawa Harry ke sebuah kafe kecil yang terletak di sudut jalan dengan mobil nya. Interior kafe didominasi oleh warna cokelat tua dan pencahayaan remang-remang, menciptakan suasana yang agak suram. Draco memilih sebuah meja di sudut yang paling jauh dari pintu masuk, lalu duduk tanpa mengundang Harry.

"Pelayan!" panggil Draco dengan nada agak tinggi, seolah merasa dirinya adalah satu-satunya pelanggan di kafe itu.

Seorang pelayan wanita dengan apron putih datang menghampiri mereka. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan Malfoy?" tanyanya dengan ramah.

Draco tanpa memandang Harry, langsung menunjuk-nunjuk buku menu dengan jari panjangnya.

"Bawakan aku secangkir kopi hitam dan sepotong Croissant. Dan untuknya..." ia menunjuk ke arah Harry dengan dagunya.

"... ini." Ia menunjuk sebuah menu yang terlihat cukup menarik.

Harry mengerutkan kening. Ia tidak tahu apa yang telah dipesan Draco untuknya.

Pelayan itu mengangguk dan pergi untuk menyiapkan pesanan. Draco kembali menatap Harry dengan tatapan datar.

"Kau tahu, Kementerian mengirim surat untukku," ujarnya, sambil menyerahkan sebuah amplop tebal kepada Harry.

"Mereka menyuruhku tinggal bersamamu selama setahun."

Harry membuka amplop itu dan membaca suratnya dengan seksama.

"Apa maksud mereka?" tanyanya datar.

Draco menyeringai. "Mereka mengira kau adalah seorang Obscurus. Kau tahu, semacam penyihir gelap yang menyembunyikan kekuatan sihirnya." Ia tertawa kecil, suaranya terdengar dingin dan merendahkan.

"Sungguh memalukan, bukan? Seorang Potter yang ternyata adalah seorang Obscurus."

Ketika pelayan itu membawa pesanan mereka, Harry tertegun. Di hadapannya terhidang segelas susu hangat dan sepiring penuh treacle tart beraneka rasa, disajikan di piring berbentuk bulan sabit yang indah. Harry menyukai bentuk bulan sabit, dan treacle tart adalah makanan kesukaannya.

If Tomorrow Was Yesterday | DrarryWhere stories live. Discover now