"Sakit! Sakit! Lepaskan aku!" jerit Draco sambil meringis kesakitan.
"Aku adalah seorang Auror, bukan boneka!"
"Kau bukan Princess Aurora-!" teriak salah satu anak perempuan yang ikut menarik baju nya.
Draco mendengus sinis.
"Aurora? Dasar Muggle bodoh! Aku adalah Draco Malfoy, pewaris sejati Slytherin, dan kau hanya..." ia menjeda kalimatnya, menatap anak itu dengan tatapan menghina, "anak TK."
"Serang Om Jahat ini!" seru seorang anak laki-laki, memukuli punggung Draco dengan sekuat tenaga.
"Habisi dia!" timpal anak lainnya, ikut-ikutan memukuli Draco.
Harry berlari menghampiri kerumunan anak-anak itu. "Hei, hei! Berhenti!" teriaknya.
"Lepaskan aku! Bocah- bocah sialan!" jerit Draco saat salah satu anak berhasil menjambak rambut emasnya.
"Aku sedang menjalankan misi rahasia!"
Harry menggelengkan kepala, tak kuasa menahan tawa. "Misi rahasia apa? Menaklukkan anak-anak TK?" tanyanya.
Draco melirik ke arah Harry dengan tatapan memohon bantuan. "Tolong aku, Potter! Aku alergi terhadap anak kecil!"
Harry tidak bisa menahan tawanya. "Alergi terhadap anak kecil? Sepertinya itu alergi yang cukup langka, Malfoy. Mungkin kamu harus berkonsultasi dengan seorang Muggle, mereka pasti punya obatnya."
Anak-anak itu menoleh ke arah Harry dengan tatapan penasaran. Draco, yang sedang berusaha melepaskan diri dari cengkeraman anak-anak itu, langsung menatap Harry dengan tatapan penuh harap.
"Potter! SINGKIRKAN MEREKA! Atau aku akan mengutukmu menjadi katak!" ancamnya.
Sebelum Harry bisa bereaksi, keributan semakin menjadi-jadi. Draco, yang awalnya hanya menjadi korban, kini ikut terbawa suasana. Ia menarik-narik rambut salah satu anak laki-laki yang paling keras memukulnya.
"Rasakan ini, bocah nakal!" teriak Draco sambil mengacak-acak rambut anak itu.
Harry berusaha melerai mereka berdua, namun percuma. Anak-anak lainnya malah ikut-ikutan menarik-narik baju Draco dan Harry. Suasana menjadi semakin kacau, seperti badai kecil yang menerjang taman kanak-kanak.
"Hei, kalian ini seperti anak kecil saja!" seru Harry kesal.
Draco menyeringai. "Aku memang sedang menjadi anak kecil, Potter. Dan kau? Kau lebih mirip seorang pengasuh daripada seorang penyihir. Mungkin aku harus meminta Ibu ku untuk memberimu pekerjaan baru."
"Kau ini benar-benar tidak tahu malu, Malfoy. Bagaimana bisa kau melakukan hal seperti ini pada anak-anak kecil?"
Draco mendengus. "Mereka yang memulai, Potter. Aku hanya membela diri. Lagipula, apa bedanya aku dengan mereka? Kita sama-sama membuat kekacauan."
"Membela diri? Dengan cara seperti ini?" Harry menunjuk ke arah anak-anak yang masih terlihat marah. "Kau ini lebih mirip badut sirkus daripada seorang Auror."
Draco mendengus lagi. "Aku memang seorang badut, Potter. Badut yang sedang berusaha menghibur anak-anak Muggle yang bodoh ini."
Setelah keributan mereda, Harry berusaha mengatur napasnya. Ia melirik Draco yang sedang sibuk membersihkan jubahnya yang kotor. Di tangan Draco, terdapat seikat bunga mawar merah yang tampak layu. Itu adalah bunga yang diberikan ibu Draco pagi tadi.
"Aku alergi bunga," tegas Harry, seraya mengangkat tangannya seolah-olah sedang bersin-bersin.
Draco mengangkat alisnya. "Oh, benarkah? Aneh, aku ingat bertemu seseorang kemarin yang juga mengaku alergi bunga. Tapi orang itu tidak setampan aku."
DU LIEST GERADE
If Tomorrow Was Yesterday | Drarry
Fanfiction𝑺𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊, 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒅𝒊 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒕𝒖𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒎𝒖. 𝑰𝒕𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒓𝒓𝒚 𝑷𝒐𝒕𝒕𝒆𝒓. ⸻Draco Malfoy 𝑫𝒖𝒍𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈�...
~~ Chapter 03 ~~
Beginne am Anfang
