"Eh, pilihkan saja..."

Harry mengangguk dan berjalan menuju tempat di mana buah zaitun kalengan berada. "Aku suka yang ini. Isinya padat." Dia menunjuk ke sebuah kaleng di rak.

Draco tidak punya nyali untuk mengakui bahwa dia tidak membutuhkan buah zaitun kalengan itu. Saat dia melihat Harry menunjuk ke rak, Draco bergerak untuk berdiri di samping Harry. Dia dapat dengan jelas merasakan kehangatan dari tubuh Harry. Dia menelan ludah dengan berat, hidungnya menghirup aroma yang familiar.

"Ya, benar," Draco menjawab pelan.

Harry menoleh ke arah Draco dan menyadari betapa dekatnya mereka berdiri saat ini. Dia hanya tersenyum kecil dan dengan cepat mengambil sekaleng buah zaitun kalengan dari rak.

"Ini dia," dia menyerahkan kaleng itu pada Draco, jari-jari mereka bersentuhan sedikit.

Draco merasakan sensasi aneh saat jari-jarinya bersentuhan dengan jari Harry. Seolah-olah ada aliran listrik kecil yang mengalir di tubuhnya. Dia menatap mata hijau Harry dengan intens.

"Kau... kau yakin tidak pernah bertemu denganku sebelumnya?" tanyanya dengan suara bergetar.

Harry mengerutkan keningnya. "Pernah bertemu? Maksudmu?"

Sebelum Draco menjawab, Harry tiba-tiba bersin dengan keras. "𝙰𝚌𝚑𝚘𝚘!"

Draco mengambil kaleng dari tangan Harry dan hampir menjatuhkannya saat jari-jari mereka tak sengaja bersenggolan. Dia terlihat seperti patung untuk sesaat saat dia menatap Harry.

Draco bingung ketika mendengar Harry bersin. Dia menatapnya dengan tercengang.

"Bless you"

Harry bersin lagi, kali ini lebih keras.
"Achoo! Achoo!" Hidungnya terasa gatal luar biasa.

Aroma bunga yang sangat menyengat membuatnya bersin-bersin seperti anak kucing. Ia mengusap hidungnya yang dibalik masker, berusaha menghentikan serangan bersin yang tiba-tiba datang.

Draco yang berdiri di dekatnya terlihat terkejut setengah mati. Ia mundur beberapa langkah, menatap Harry dengan tatapan bingung.

"Ada apa denganmu?" tanyanya, sambil menunjuk-nunjuk hidungnya sendiri.

"Kenapa kamu bersin-bersin seperti itu?"

Harry berusaha menjelaskan sambil menahan bersin.

"Aku... aku alergi bunga..Achoo-!"

Mantel tebal Draco ternyata membawa aroma bunga yang sangat menyengat.

"Bu-Bunga?" tanya Draco, sedikit bingung.

Mata Harry sudah berair. "Mantelmu... baunya sangat menyengat."

Lalu Draco segera mencium bau mantelnya sendiri, baru menyadarinya. Ia segera melepas mantelnya dan menggantungkannya di Troli belanjaan.

"Maaf sekali, Aku tidak sengaja." Draco merasa bersalah.

Draco segera membantu Harry membawa belanjaan dan menuju kasir. Harry memilih menunggu di luar supermarket sambil terus bersin. Udara segar di luar sedikit membantu meredakan alerginya.

Draco segera membayar barang-barang yang telah dipilihnya dan bergegas keluar. Ia menemukan Harry duduk di bangku dekat pintu masuk supermarket, masih bersin-bersin. Setiap bersin seperti sebuah tamparan bagi hati nuraninya.

Dia mendekati Harry dengan hati-hati, rasa bersalah sangat membebani hatinya. "Apa kau sudah merasa lebih baik setelah berada di luar?"

Harry mengangguk lemah, masih menggenggam maskernya. Dia tidak bisa berhenti bersin, bahkan dengan udara segar di luar.

If Tomorrow Was Yesterday | DrarryWhere stories live. Discover now