Saat ia berbicara, mata nya terus memandangi kedua semangka itu.
"Kalau mau saran ku, sebaiknya Tuan ketuk-ketuk semangkanya. Kalau suaranya agak nyaring, berarti isinya padat dan manis," saran Harry sambil mendemonstrasikan cara mengetuk semangka dari belakang.
Pria itu mengangguk, mengikuti saran Harry. Setelah beberapa saat, ia memilih salah satu semangka dan memasukkannya ke dalam keranjang belanjanya.
"Terima kasih atas sarannya," ujarnya datar.
"Sama-sama," balas Harry sambil menatap punggung pria itu.
Draco menoleh kebelakang, lalu melihat lelaki yang persis seperti boneka salju. Ia hanya menatap lelaki di depannya yang ia kira adalah Harry Potter, lelaki yang telah ia pikirkan selama beberapa menit. Dia hanya bisa terdiam seakan-akan jantungnya berhenti.
Harry dengan santai mendorong troli nya lagi, Harry tidak menyadari Draco yang sedang menatapnya dari kejauhan. Dia sibuk memeriksa alpukat sambil menyenandungkan melodi acak. Draco yang melihat sikap ceroboh Harry sedikit kesal dan mendekatinya.
Draco mendekati Harry dengan hati-hati, berdiri di samping pria itu. Dengan jantung berdebar, ia berdehem.
"Permisi?"
Harry, yang masih memeriksa buahnya, sedikit terkejut ketika mendengar seseorang memanggilnya dan menoleh ke arah sumber suara.
"Ya?" Harry menjawab dengan polosnya.
Matanya bertemu wajah Draco, Harry masih menatapnya dengan datar. Draco terdiam, dia tidak bisa berkata-kata dan menatap pria yang mengenakan masker, beanie dikepala dengan syal hijau yang ia lilit dilehernya, jadi hanya mata hijaunya yang terlihat. Dalam jarak dekat, Draco bisa merasakan aroma familiar dari pakaian Harry.
Pikirannya berantakan sampai diinterupsi oleh Harry yang kembali berbicara.
"Ada yang bisa kubantu?" Harry bertanya lagi.
Draco tersadar dengan pertanyaan Harry, dia terlalu sibuk terpesona oleh mata hijau itu. Dia hendak menyuruh Harry untuk membuka maskernya tapi dia menelannya dan mengganti kata-katanya.
"Eh, aku ingin tahu apakah kau bisa membantuku menemukan sesuatu?"
Mata Harry berbinar-binar penuh minat. Dia tampak bersedia membantu.
"Tentu, apa yang ingin kau cari?" tanya Harry dengan ramah.
Draco tidak menyangka kalau pria di depannya mau membantu.
"Ehm, apa kau tahu di mana letak buah zaitun kalengan itu?" Draco bertanya, agar tidak terlihat mencurigakan karena menatapnya.
Harry tersenyum sebagai tanggapan. Jantung Draco kembali berdetak kencang hanya karena melihat senyum di mata Harry.
"Tentu, ikuti aku," jawab Harry. Dia kemudian mulai berjalan menyeberangi lorong menuju bagian makanan kaleng.
Draco menampar dirinya sendiri secara mental untuk mengendalikan kupu-kupu di dalam perutnya. Dia mengikuti langkah Harry dan berjalan di belakangnya, berusaha untuk tidak terlalu dekat sambil tetap mengamati setiap sudut wajah Harry. Mata hijaunya yang familiar, bekas luka di dahinya, dan postur tubuh yang tegap... semua itu mengingatkannya pada Harry Potter.
Dia pasti Harry.
Mereka berhenti di bagian makanan kaleng. Rak-rak penuh dengan berbagai macam makanan kaleng dan botol. "Jadi, buah zaitun kalengan yang mana yang kamu butuhkan?" tanya Harry.
Draco melihat berbagai macam makanan kalengan di rak. Dia sebenarnya tidak membutuhkannya. Dia hanya mengatakan itu karena dia ingin berbicara dengan pria yang tampak seperti Harry ini. Tapi pertanyaan itu masih memaksanya untuk berpikir sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Tomorrow Was Yesterday | Drarry
Fanfiction𝑺𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊, 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒅𝒊 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒕𝒖𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒎𝒖. 𝑰𝒕𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒓𝒓𝒚 𝑷𝒐𝒕𝒕𝒆𝒓. ⸻Draco Malfoy 𝑫𝒖𝒍𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈�...
~~ Chapter 02 ~~
Mulai dari awal
