Ron, di sisi lain, memutuskan untuk melanjutkan tradisi keluarganya sebagai salah satu Auror di Kementerian Sihir. Setelah bertahun-tahun bekerja di Weasleys' Wizard Wheezes bersama George, ia akhirnya kembali ke dunia aksi. Ron menjadi Auror yang dihormati, meskipun ia sering mengeluh tentang dokumen-dokumen panjang yang harus ia isi setiap kali ada misi selesai.

Mereka berdua adalah pasangan yang tak terpisahkan. Anak-anak mereka, Rose dan Hugo, tumbuh dengan cinta yang melimpah. Hermione sering mengajari mereka membaca sebelum tidur, sedangkan Ron mengisi malam-malam mereka dengan cerita-cerita lucu dari masa mudanya bersama Harry.

Namun, di tengah kebahagiaan itu, ada kekosongan yang tak bisa mereka abaikan: Harry.

Hermione selalu menyempatkan diri untuk mencari tahu tentang keberadaan sahabatnya. Bahkan dengan semua tanggung jawabnya di Kementerian, ia tidak pernah berhenti mencoba. Ia membaca semua laporan, memeriksa setiap jejak, dan mengirim surat kepada kenalan-kenalan lama, berharap mendapatkan kabar tentang Harry. Tapi hasilnya selalu nihil.

Ron, meskipun tampak lebih santai, juga merasakan kehilangan yang mendalam. Setiap kali ada misi yang membawanya ke tempat-tempat terpencil, ia diam-diam berharap menemukan jejak Harry. Tetapi yang ia temukan hanyalah kekecewaan.

"Dia pasti punya alasannya sendiri," kata Ron suatu malam saat Hermione mengeluhkan kebisuannya Harry.

"Harry selalu keras kepala. Kalau dia ingin ditemukan, dia akan muncul sendiri."

Hermione hanya menghela napas, menatap foto lama mereka bertiga yang tergantung di dinding ruang keluarga. "Tapi bagaimana jika dia butuh bantuan kita? Bagaimana jika dia terlalu takut untuk memintanya?"

Artikel tentang Hermione, misalnya, menggambarkan sosoknya sebagai pemimpin yang brilian dan penuh dedikasi.

"Hermione Granger-Weasley adalah bukti nyata bahwa kecerdasan dan kerja keras dapat membawa perubahan besar di dunia sihir," tulis salah satu kolom pujian. Harry membaca kalimat itu dengan senyum kecil, mengenang Hermione yang selalu memiliki jawaban untuk segalanya.

Di artikel lain, Ron disebut sebagai Auror yang "tanpa basa-basi tetapi sangat efektif". Foto Ron dengan rambut merah cerahnya tampak mencolok di halaman surat kabar. Ia berdiri gagah di depan kantor Auror, tangannya menggenggam tongkat sihirnya dengan percaya diri.

Namun, di setiap artikel itu, selalu ada komentar tentang dirinya.

"Apa pendapat Harry Potter tentang keberhasilan kedua sahabatnya?"

"Di mana Sang Anak yang Bertahan itu sekarang?"

Dalam keheningan yang mendalam, sebuah nama berbisik di benaknya. Draco Malfoy. Nama itu terulang berkali-kali, seolah-olah otaknya mencoba menahannya agar tidak terhapus.

"Draco..." gumam Harry, suaranya nyaris tenggelam di tengah deru napasnya yang berat. Ada sesuatu tentang nama itu yang berbeda dari yang lain. Ketika nama-nama lain, bahkan milik Ron atau Hermione, mulai kabur, nama ini tetap bertahan, seperti coretan yang tidak bisa dihapus.

Draco Malfoy. Harry tahu nama itu penting, tetapi ia tidak bisa mengingat kenapa. Wajahnya muncul di benaknya, tetapi hanya dalam kilasan yang samar. Rambut pirang seperti perak, ekspresi angkuh, dan mata abu-abu yang dulu selalu menatapnya dengan penuh penghinaan. Itu ingatan terakhirnya yang jelas, dan bahkan ingatan itu terasa seperti sebuah potongan dari mimpi yang jauh.

Harry mencoba lebih keras untuk mengingat. Ada lebih banyak tentang Draco. Lebih dari sekadar permusuhan masa lalu. Ia tahu mereka pernah memiliki hubungan yang kompleks, tetapi detail-detailnya menghilang seperti pasir yang mengalir di sela-sela jari.

If Tomorrow Was Yesterday | DrarryWhere stories live. Discover now