Feeling seorang Ayah.

Start from the beginning
                                    

"Hah! Syukurlah." Elsa berjalan kearah kulkas hendak mengambil air minum, untuk meredakan kekagetan nya tadi. Ada secarik kertas menempel di pintu kulkas

Jangan khawatir. Aku sudah mengurus Verel tadi. Menganti popok, memandikan, memakaikan baju, membedaki, memberi minyak telon, memberi makan, sedikit merepotkan sih, tapi aku bisa mengatasi nya kecuali yang satu itu, memberikan ASI. Dan hari ini aku mengajak Verel untuk berbelanja. Aku akan membeli bahan makanan. Aku akan membelikan apa-apa yang telah kau tulis itu. Selamat bertemu nanti dirumah, tukang tidur.

Mr. Faraday♥

Elsa tersenyum. Hah, suami nya ini.

Tes!

Bibir tersenyum. Tapi air mata itu terjatuh. Ia bersyukur suami nya itu bisa melakukan itu semua. Tapi ia juga sedih, dengan ini Wilson sudah sanggup untuk menjadi single parent. Berapa bulan lagi ia bisa bersama dengan mereka? Sungguh, diri nya ini sudah sangat menyayangi mereka berdua.

Elsa mulai membereskan hal-hal yang berantakan ini. Menyapu dan mengepel. Memasak juga.

Ting!

Elsa menoleh kearah pintu, Wilson sedang berdiri sambil menenteng belanjaan nya dan juga Verel yang digendong di depan dengan kaki yang mencuat (posisi punggung Verel menempel pada dada Wilson). Lihat lah, ayah dan anak itu sangat mirip wajah nya.

Elsa membantu menaruh belanjaan nya, lalu membantu membuka alat gendongan. Elsa mengendong Verel lalu dibawa nya duduk di kursi meja makan.

"Seperti nya dia kehausan. Dari pagi tidak minum ASI kan?" Ujar Wilson sambil mengeluarkan belanjaan nya dari kantong kertas.

"Benarkah? Dia bahkan sudah jarang menyusu padaku."

"Hey! feeling seorang ayah tidak pernah tidak tepat."

"Ya, ya, ya." Elsa mulai memberikan ASI pada Verel dan memang ternyata benar, Verel kehausan.

"Yak! Kenapa kau membeli bubur rasa beras merah itu? Si Verel biasa nya suka rasa kacang hijau!"

"Tadi ketika aku menyuapi bubur ke dia, dia tampak sudah bosan dengan rasa itu, dan setelah kucoba juga bubur nya ternyata memang tidak enak. Jadi kubelikan saja rasa beras merah, dan feeling seorang ayah tidak pernah tidak tepat. Jadi Verel pasti suka."

Elsa memutar bola mata nya jengah, 'feeling seorang ayah tidak pernah tidak tepat.' kata-kata itu selalu keluar dari mulut Wilson jika mengenai Verel

"Dan biasa nya feeling seorang Ibu lebih kuat dari sang ayah."

ΔΔΔΔ

Elsa mengamati sepasang ayah dan anak itu, tangan nya mengelus dagu nya, ini mengherankan, akhir-akhir ini Verel rewel dalam makan tapi setelah melihat ini bahkan Verel terlihat sangat lahap memakan makanan nya. Elsa mengamati Wilson yang sedang menyuapi Verel dengan bubur rasa beras merah itu, dan tampak nya Verel sangat lahab

"Apa benar ya, kalau feeling seorang ayah itu tepat?" gumam Elsa dalam hati nya

"Sudah kubilang kan.. kalau Verel akan suka dengan ini.. Seharus nya kau berkonsultasi dulu dengan ku masalah bubur Verel. Karena memang sebenarnya aku tidak suka kacang hijau. Jadi kupikir Verel memang memiliki selera makan yang sama dengan ku." Ujar Wilson setelah menangkap basah Elsa yang sedang melihat nya dengan tatapan 'kok bisa?'

"Ppfftt... Baiklah, Verel memang kloning mu." Elsa menyerah

ΔΔΔΔ

Elsa dan Wilson saling berpelukan, didepan gedung pengadilan. Semua nya telah usai. Mereka telah bercerai. Semua nya sudah berakhir, pernikahan kontrak mereka, hubungan hangat mereka, keluarga kecil mereka, semua nya sudah hilang. Hanya kata 'mantan' yang terseling diantara mereka, kecuali anak nya, Verel.

"Harus nya rasa cintaku juga berakhir sampai disini." pekik Elsa dalam hati nya. Mata nya sudah mulai melupuk, air melapisi mata nya, hanya saja tidak terjatuh.

Mereka melepaskan pelukan itu, dan saling bertatapan.

"Aku tidak mau kau menangis, jangan buat aku seperti pria jahat disini." Ujar Wilson

Elsa lalu mendongakkan kepala nya dan juga mengedip-ngedipkan kelopak mata nya. Dengan begitu air mata itu tidak akan terjatuh, melainkan akan meresap kembali kedalam mata nya. Dan siapa tau hal itu sangat berguna untuk membersihkan mata dari kotoran. (mumgkin saja)

Setelah dirasa cukup, Elsa lalu mengendalikan emosi nya. Jangan terlalu sedih, ini semua kan hanya kontrak. Kesalahan nya adalah tidak prefesional.

"Tidak, aku tidak menangis. Hanya terharu saja. Kita bisa melewati semua nya. Lagipula dirimu malah terlalu baik bagiku." Ujar Elsa tenang.

"Ini tiket mu dan kembaran mu." Wilson menyerahkan 2 lembar tiket pesawat

"Wahh... gratis? pesawat ini termasuk elit lho."

"Ahh.. kau ini terlalu bercanda. Dan kurasa kau butuh liburan."

"Yaa.. seperti nya begitu, kenapa? kau mau membelikan ku tiket liburan juga?" Elsa sangat berharap

"Iya, aku punya tiket liburan ke korea selatan. Kau mau? tapi hanya untuk satu orang."

"Mau.." Elsa antusias 'kurasa aku butuh liburan untuk membenarkan hatiku yang sedang buruk ini.' lanjut nya dalam hati

Dari jauh Olsa mengamati kakak nya itu dengan menangis. Keluarga mereka harus nya tidak berakhir seperti ini. Olsa menggandeng tangan Verel yang sedang membelakangi perpisahan Ibu dan Ayah nya itu. Verel sedang sibuk melihat merpati-merpati yang halang mudik terbang.

Olsa membalikkan kepala nya lagi kearah depan, mengamati merpati-merpati putih itu, tangan nya turut menghapus air mata nya yang telah terjatuh.

Olsa mengajak Verel untuk menjauh dari kedua orang tua nya karena dengan alasan "tidak ada yang putus dengan Verel, Verel tetap anak mereka berdua. Jadi seharus nya Verel tidak membutuhkan sebuah perpisahana. Dan memang Verel tidak boleh tau mengenai perpisahan kedua orang tua nya."

Memang Verel masih kecil, masih berumur 2 tahun. Tapi perasaan hati nya pasti akan mengerti. Jadi lebih baik seperti ini.

Olsa mensejajarkan tubuh nya dengan Verel. Dielus nya pipi tembem anak itu

"Untuk sementara Verel akan selalu bersama Ayah yah. Karena Mama akan meminjam Ibu mu sebentar. Oke? Jangan ditunggu, karena menunggu akan membuat waktu menjadi lama. Ibu dan Mama sayang sama Verel." Biarlah walaupun Verel kecil ini tidak mengerti perkataan nya, mungkin saja perasaan nya akan mengerti.

"Hey! Apa yang kau katakan pada anak ku? Memantrai nya ya?" Olsa menoleh kearah wanita yang sedang berjalan menghampiri nya itu, dan disusul juga oleh mantan suami nya.

"Ngomong-ngomong, mana upah nya? Menjadi pengacara yang terspecial itu tidak gratis lho.." Kata Olsa sambil berdiri mengendong Verel

"Yah masa tidak cuma-cuma sih? memang nya ikatan diantara kita apa? Kau sudah lupa ya?"

"Hehe bercanda. Aku tau kamu sangat beruntung mempunyai kembaran seperti ku. Iya kan?" Ujar Olsa, Wilson lalu mengambil Verel dari gendongan adik ipar nya ini

"Ohya, mantan suami ku ini baik sekali. Kita sudah mempunyai 2 tiket untuk pulang ke Indonesia." Elsa menunjukkan 2 tiket itu

"Kurasa aku akan kembali." Elsa berkata kepada Wilson dengan tingkat intonasi yang lebih serius

"Baiklah. Aku akan selalu mengingat mu."

"Jangan sungkan untuk memberikan ku sebuah undangan pernikahan ya." Elsa memeluk Wilson sekali lagi, tepatnya memeluk Wilson dan Verel. Hanya sekejap.

"Kau juga."

"Verel... Jangan menunggu Ibu ya. Ibu selalu ada di hati mu. Selalu ada disini" Elsa menunjuk dada Verel, mencium kedua pipi anak nya dan juga di kening anak nya

Sementara Verel hanya terdiam sambil mengamati Ibu dan Ayah nya bergantian

Triangle by Riani ✔Where stories live. Discover now